3 Jenis Rasio Likuiditas, Fungsi, Contoh, dan Cara Menghitungnya

tiga_jenis_rasio_likuiditas__fungsi__contoh__dan_cara_menghitungnya.png

Dalam akuntansi, pencatatan aktiva lancar, aktiva tidak lancar, utang lancar, serta utang tidak lancar selalu dilakukan secara berkala. Sebenarnya, informasi tersebut juga bisa dimanfaatkan dalam mengetahui rasio likuiditas perusahaan. Mulai dari rasio lancar, rasio sangat lancar, dan rasio kas yang berguna untuk mengetahui apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo.Dalam artikel ini, 3 jenis rasio likuiditas akan dibahas sekaligus fungsi, contoh, serta cara menghitungnya dengan menyertakan rumus yang biasa digunakan. Mari kita simak.

Pengertian Likuiditas

Sebelum membahas jenis-jenis rasio likuiditas, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu apa itu likuiditas. Pada dasarnya, likuiditas adalah kondisi seberapa cepat dan besar perusahaan mampu memenuhi kewajiban lancarnya. Likuiditas bisa menjadi tolak ukur seberapa cepat perusahaan dalam mencairkan aset-asetnya baik dalam bentuk tunai maupun sumber-sumber tertentu untuk memenuhi kebutuhan, kegiatan, atau menanggung risiko yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.Beberapa ahli juga ikut menyatakan pendapat mereka mengenai pengertian likuiditas seperti Amrin (2009), Riyanto (2001), dan Syamsuddin (2000). Amrin berpandangan bahwa likuiditas adalah situasi di mana perusahaan mampu untuk selalu memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya dalam waktu yang singkat. Amrin juga menambahkan semakin tinggi likuiditas berarti perusahaan mampu dan siap lebih cepat ketika kewajiban ditagih. Selain Amrin, Riyanto pada tahun 2001 juga menyatakan bahwa likuiditas berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dituntaskan. Sedangkan Syamsuddin berpendapat bahwa likuiditas adalah kondisi di mana perusahaan memanfaatkan aktiva lancar yang dimiliki untuk memenuhi kewajiban finansial tepat saat jatuh tempo. Ia juga menambahkan bahwa likuiditas bisa dijadikan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya (utang lancar maupun utang tidak lancar). Tak hanya ahli, Ikatan Bankir Indonesia atau disingkat IBI (2014) juga ikut mendefinisikan likuiditas. IBI mengartikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) secepat mungkin sesuai dengan jumlah sesuai tagihan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kondisi yang menunjukkan seberapa cepat perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya dengan memanfaatkan aktiva lancarnya.

3 Jenis Rasio Likuiditas

Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, terdapat tiga jenis rasio likuiditas yang bisa digunakan. Mulai dari Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio), dan Rasio Kas (Cash Ratio). Berikut ini adalah ulasannya:

  1. Rasio Lancar atau Current Ratio

Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar perusahaan dengan utang lancar atau utang jangka pendek. Utang lancar berarti utang yang harus dilunasi dalam satu tahun seperti utang gaji, pajak, dividen, wesel, dan lain-lain. Ketika rasio aktiva lancar jauh lebih besar dari utang lancar perusahaan, hal tersebut tidak selamanya bermakna positif. Kemungkinan pertama adalah adanya keuntungan besar sehingga perusahaan memiliki kas yang besar dengan utang lancar yang kecil. Kemungkinan kedua adalah tidak efisiennya perusahaan dalam mengelola aktiva lancar seperti uang kas sehingga mengendap dan tidak digunakan untuk berinvestasi. 

  1. Rasio Sangat Lancar atau Quick Ratio

Rasio ini secara khusus menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Aktiva lancar adalah kekayaan atau aset perusahaan yang bisa diuangkan dengan cepat sehingga utang bisa langsung dibayar. Aktiva lancar termasuk kas, bank, efek, dan piutang. Sedangkan ‘persediaan’, peralatan, tanah, dan bangunan adalah contoh aktiva tidak lancar. Aktiva selain aktiva lancar tidak akan diperhitungkan karena membutuhkan waktu yang cukup lama saat dicairkan atau diuangkan. Semakin tinggi rasio aktiva lancar terhadap hutang, semakin baik kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. 

  1. Rasio Kas atau Cash Ratio

Rasio kas atau juga dikenal dengan cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan uang kas perusahaan dalam memenuhi kewajiban alias membayar utang. Kas dalam konteks ini dapat berupa rekening giro, tunai, maupun tabungan di bank. Menghitung cash ratio, bermanfaat untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki kas yang cukup bila seandainya utang jatuh tempo saat itu. Bila rasio atau perbandingan antara kas dan utang sama 1:1 misalnya, maka perusahaan memiliki kas yang cukup dan baik dari segi keuangan karena uang kas mampu menutupi semua utang perusahaan. 

Fungsi Rasio Likuiditas

Berdasarkan ketiga jenis rasio likuiditas di atas, dapat ditentukan bahwa fungsi rasio likuiditas adalah sebagai berikut ini:

  1. Untuk menilai dan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini khususnya bermanfaat bagi kreditur atau pihak pemberi pinjaman. 
  2. Untuk mengetahui dan menganalisis aktiva lancar mana yang paling membantu perusahaan untuk memenuhi kewajiban sekaligus mengetahui utang lancar mana yang paling membenani perusahaan.
  3. Untuk melihat dan membandingkan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu sehingga perusahaan mampu menentukan strategi serta langkah untuk meningkatkan rasio likuiditas. 
  4. Untuk merencanakan keuangan perusahaan di masa depan terutama yang berkaitan dengan kas dan utang perusahaan sehingga kas dan utang benar-benar efisien untuk perusahaan. 
  5. Sebagai inspirasi bagi manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan perusahaan di masa depan dengan memanfaatkan rasio likuiditas di tahun berjalan. 

Contoh dan Cara Menghitung Rasio Likuiditas

Sebelum membahas contoh dan cara menghitung rasio likuiditas, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu rumus masing-masing dari jenis likuiditas. 

  1. Rasio Lancar

Rasio Lancar=Aktiva LancarUtang Lancar

  1. Rasio Sangat Lancar 

Rasio Sangat Lancar=Aktiva Lancar-PersediaanUtang Lancar

  1. Rasio Kas

Rasio Kas=Kas+BankUtang LancarContoh:PT.Happier memiliki aktiva lancar sebesar sebesar Rp.200 juta yang terdiri dari Kas dan Bank masing-masing sebesar Rp.50 juta dan Rp.100 juta. PT.Happier juga memiliki utang lancar sebesar Rp.150 juta dan inventory sebesar Rp.40 juta. Berapakah rasio lancar, rasio sangat lancar, dan rasio kas perusahaan?Jawab:

  1. Rasio Lancar

Rasio Lancar=Aktiva Lancar-PersediaanUtang Lancar =200.000.000150.000.000=1,333Rasio lancar 1,333 yang dimiliki PT.Happier mengartikan bahwa perusahaan mampu membayar utang atau memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo. Rasio yang tidak terlalu besar mengindikasikan bahwa perusahaan sudah mampu mengefisienkan kas-nya dengan baik. 

  1. Rasio Sangat Lancar

Rasio Sangat Lancar=Aktiva Lancar-PersediaanUtang Lancar =200.000.000-40.000.000150.000.000  Rasio Sangat Lancar=160.000.000150.000.000=1,067Rasio sangat lancar 1,067 yang dimiliki PT.Happier mengartikan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban walau dengan aktiva lancar dikurangi persediaan. 

  1. Rasio Kas

Rasio Kas=Kas+BankUtang Lancar =50.000.000+100.000.000150.000.000=1Rasio kas sebesar 1 mengindikasikan bahwa kas perusahaan mampu memenuhi kewajiban perusahaan dengan baik dan tepat waktu.

Itulah ulasan lengkap mengenai tiga jenis rasio likuiditas yang biasa digunakan perusahaan, mulai dari pengertian likuiditas, jenis, fungsi, serta contoh dan cara menghitungnya. Rasio lancar, rasio sangat lancar, serta rasio kas harus diperhitungkan perusahaan sehingga komponen aktiva lancar serta utang lancar tetap terkontrol dan bermanfaat bagi perusahaan. Semakin baik rasio likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang mana akan membuat kreditur tidak enggan untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan di masa depan. Semoga artikel ini bermanfaat!


You Might Also Like