banner iklan

Bagaimana Melakukan Akuntansi Keuangan untuk Bisnis Kecil : Panduan Cepat untuk Memulai

bagaimana_melakukan_akuntansi_keuangan_untuk_bisnis_kecil_panduan_cepat_unt

Saat seseorang menjalankan sebuah bisnis meskipun berskala kecil, sistem akuntansi dalam pencatatan keuangan dalam bisnis perlu dilakukan. Hal ini berguna bagi wirausaha memantau perkembangan bisnis serta mengambil kebijakan terkait usaha yang dilakukan. Apakah terus lanjut atau banting setir? Apakah perlu penambahan modal atau tidak, jika iya maka sumbernya dari mana? Apakah dari penambahan harta pribadi atau perlu pinjaman dan mencari investor? Jika memerlukan pinjaman pihak ketiga atau investasi pihak ketiga, usaha yang membuat laporan keuangan dengan prinsip akuntansi akan memberikan kemudahan investor dan peminjam dalam keputusannya. Bahkan dengan adanya laporan keuangan yang berbasis akuntansi akan memberikan kemudahan terkait kebijakan operasional usaha tersebut membutuhkan karyawan tambahan atau tidak. Di bawah ini dijelaskan cara bagaimana melakukan akuntansi pada bisnis kecil!

Pemisahan Keuangan

Tanpa pemisahan keuangan antara pribadi dan usaha, pebisnis akan kesulitan melihat berapa pendapatan usahanya. Sehingga untuk mengevaluasi dan membuat kebijakan akan sulit, karena tidak tahu usahanya membuahkan laba atau kerugian. Selain itu, usaha yang bangkrut terkadang bukan karena usahanya sepi pembeli, melainkan uang yang tercampur untuk bisnis dan keperluan pribadi. Terlebih lagi tanpa pencatatan dan tidak akan kontrol dalam pengambilan dana usaha untuk keperluan pribadi. Hasilnya, omset usaha yang harusnya diputar kembali untuk bisnis, tidak sengaja digunakan untuk keperluan pribadi. 

Memahami Akuntansi Dasar

Dalam bisnis kecil biasanya transaksi yang terjadi cukup komplek. Sehingga buat wirausaha yang akan menggunakan akuntansi dalam pelaporan keuangan bisa menggunakan dasar-dasar akuntansi dalam membuat menyediakan laporan keuangan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami adalah;

  1. Nomor dan Nama Akun

Induk nomor dan nama akun dalam akuntansi ada 5 yaitu;

  1. Harta (Debet)
  2. Modal (Kredit)
  3. Utang/ Kewajiban (Kredit)
  4. Pendapatan (Kredit)
  5. Beban (Debet)

Penomoran 1 sampai dengan 5 merupakan nomor akun. Sedangkan Harta, Modal, Utang/ Kewajiban, Pendapatan, dan Beban merupakan nama akun. Sedangkan untuk akun-akun yang lebih rinci, maka nanti akan dilihat induk pengelompokannya pada akun apa, dan nomor akun nantinya mencantumkan nomor induk diikuti akun yang lebih rinci. Misalnya. Kas, Piutang dan perlengkapan merupakan akun Harta. Utang dagang dan utang bank merupakan akun kewajiban. Maka nantinya dalam penomorannya adalah.

  1. Kas
  2. Piutang
  3. Perlengkapan.

Keterangan angka satu di depan menjelaskan induk akun yang termasuk harta. Sedangkan angka setelah titik adalah perincian akun dari harta yang terdapat kas, piutang, perlengkapan. Metode seperti diatas juga berlaku untuk penomoran akun selain harta. Contohnya;3.1 Utang Dagang3.2 Utang BankUntuk keterangan debet atau kredit yang terdapat di sebelah nama akun pada di atas merupakan keterangan posisi jika akun tersebut terjadi transaksi yang mengakibatkan penambahan.

  1. Prinsip dasar akuntansi

Prinsip dasar akuntansi adalah berimbang. Dimana jika ada akun yang ditambah dengan nominal tertentu, maka akan berpengaruh penambahan pada akun yang terkait. Misalnya, pebisnis menjual barang dagangan secara tunai. Maka pencatatan berimbangnya adalah pebisnis yang menjual barang dagangan pengarus pada kasnya bertambah dan pendapatannya bertambah. Jika Kas bertambah pada posisi Debet, sedangkan pendapatan bertambah pada posisi Kredit. Ditulis dengan nominal sesuai transaksi, begitu seterusnya. Maka nantinya posisi nominal debet dan kredit akan sama.

  1. Siklus akuntansi

Untuk bisnis kecil setidaknya siklus laporan keuangan yang seharusnya dikuasai atau pahami antara lain;

  1. Jurnal Umum
  2. Buku Besar
  3. Neraca Lajur (opsional)
  4. Laporan Laba-Rugi
  5. Laporan Perubahan Ekuitas
  6. Neraca Keuangan

Untuk yang belum mahir menggunakan akuntansi, disarankan untuk membuat laporan neraca lajur yang umumnya sepuluh kolom. Versi kecil delapan kolom dan versi besar dua belas kolom. Pembuatan neraca lajur nantinya akan memudahkan pembuatan laporan keuangan. Namun, jika sudah terbiasa proses ini bisa ditinggalkan. Sehingga setelah membuat buku besar bisa langsung membuat laporan keuangan.

Menjaga Kelancaran Arus Kas

Kelancaran arus kas bisa dilakukan dengan salah satunya adalah membatasi piutang. Hal ini karena bisnis yang masih kecil membutuhkan kelancaran kas agar bisa memutar roda bisnis. Jika tidak dilakukan dilakukan pembatasan piutang, maka ketika barang dijual secara kredit pada konsumen akan mempengaruhi posisi kas yang kecil/sedikit. Kondisi ini akan sulit membuat pebisnis melakukan re-stok barang dagangan untuk dijual kembali. Piutang juga besar potensinya pembayaran yang akan melebihi tenggat atau bahkan menjadi piutang tak tertagih. Kondisi seperti ini bagi bisnis kecil yang keuangannya tidak seberapa akan mengalami kerugian atau bahkan gulung tikar.

Evaluasi Berkala

Dengan adanya laporan keuangan wirausaha bisa mengerti bagaimana kondisi usaha yang dimilikinya. Dari laporan keuangan yang merupakan data akan memberikan ruang bagi pebisnis melakukan evaluasi secara berkala.  Hasil evaluasi berkala nantinya akan melahirkan kebijakan terhadap usaha seperti perlukah melakukan pengembangan usaha, pengadaan peralatan/perlengkapan tertentu ataupun melakukan perekrutan karyawan yang disesuaikan dengan posisi sumber daya keuangan rill dari laporan keuangan. 

Penerapan Akuntansi Bisnis Kecil

  1. Menyiapkan dan menyimpan bukti transaksi

Setiap bukti transaksi yang membuat kas masuk atau keluar seperti nota, kuitansi dan bukti transaksi lainnya ini perlu disiapkan sebagai bahan dan juga pijakan pengecekan jika terjadi selisih pada catatan pembukuan atau tidak sama kondisi fisik dan catatan. Maka dari itu, bukti transaksi nantinya bisa diurutkan sesuai dengan tanggal transaksi yang terjadi. Hal ini selain memudahkan pencatatan dan pengecekan.

  1. Mencatat secara berkala jurnal keuangan

Dari bukti transaksi kemudian dicatat detail transaksi pada jurnal. Alangkah baiknya jika pencatatan jurnal dilakukan setiap hari, terlebih lagi jika transaksi di hari tersebut lebih dari sepuluh transaksi. Hal ini untuk menghindari ada pencatatan yang terlewat karena ditunda.

  1. Menggunakan end of period untuk prosedur laporan keuangan

Setelah membuat jurnal maka bisa dilanjutkan ke siklus akuntansi selanjutnya hingga nantinya menjadi laporan keuangan. Mulai dengan membuat Buku Besar, Neraca lajur (opsional), Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca Keuangan yang dilakukan di akhir periode umumnya adalah bulanan (di akhir bulan). End of Period untuk bisnis kecil dipandang lebih sesuai karena transaksi yang terjadi sedikit, sehingga akan menghemat waktu dari tenaga keuangan/ pemilik usaha jika melakukan pembukuan sendir. Dan tidak khawatir akan terjadi kesalahan atau sulit koreksi jika terjadi kesalahan karena transaksi masih mudah ditelusuri.


You Might Also Like