Berikut Cara Sederhana Menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan Metode Joint Cost

berikut_cara_sederhana_menentukan_harga_pokok_penjualan__hpp_dengan_metode_joint_cost

Menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan hal yang wajib dilakukan dalam sebuah bisnis perdagangan. Pasalnya, HPP akan muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya operasi. Namun yang lebih utama tentu saja adalah HPP digunakan sebagai acuan untuk biaya jual barang.HPP sendiri dalam akuntansi keuangan dan pajak ditujukan sebagai biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual. Harga Pokok Penjualan ini berbeda dengan Harga Pokok Produksi karena di dalamnya termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, tetapi tidak termasuk biaya penjualan, iklan, riset, dan pengembangan. Tujuan dari perhitungan HPP adalah untuk mengetahui besarnya biaya perolehan barang. Artinya, HPP akan berkaitan langsung dalam penentuan harga jual. Oleh karenanya, perhitungannya haruslah tepat, rasional, serta wajar. Untuk itu, sebelum menentukan HPP tersebut, harus dipahami komponen apa saja yang menentukannya.

Komponen Harga Pokok Penjualan

Sebelum mengetahui cara menentukan HPP, maka sebaiknya dipahami dahulu komponen penentu dari HPP itu sendiri. Hal ini penting karena setiap komponen memiliki peranan terhadap HPP yang dicari. Berikut beberapa komponen yang dimaksud:

  1. Persediaan Awal Barang

Persediaan awal barang ialah persediaan dari barang-barang dagang pada awal periode atau tahun buku berjalan. Saldo dari persediaan awal ini bisa dilihat pada saldo awal periode berjalan perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.

  1. Persediaan Akhir Barang

Berkebalikan dari persediaan awal, maka persediaan akhir barang artinya persediaan barang dagang di akhir periode atau akhir tahun buku berjalan. Saldo persediaannya sendiri bisa dilihat di data penyesuaian perusahaan pada akhir periode.

  1. Pembelian Bersih

Maksud dari pembelian bersih adalah seluruh pembelian barang dagang yang oleh perusahaan secara tunai maupun kredit yang ditambahkan biaya angkut pembelian lalu dikurangi diskon pembelian dan retur pembelian selama awal periode sampai akhir periode. Setidaknya ada lima unsur dalam pembelian bersih ini yaitu biaya angkut, pembelian kotor, potongan pembelian, retur, dan pengurangan harga.

Rumus Umum Harga Pokok Penjualan

Sebelum membahas perhitungan HPP dengan metode Joint Cost, ada baiknya diketahui dahulu cara perhitungan umum dari HPP tersebut. Perhitungannya tentu berkaitan dengan komponen yang sudah dijelaskan di atas. Perhitungan masing-masing komponen juga harus dilakukan sebelum sampai pada perhitungan Harga Pokok Penjualan itu sendiri:

  1. Persediaan Barang Siap Jual

Dalam perhitungan persediaan barang yang siap dijual ini, terdiri dari persediaan awal dan pembelian bersih. Rumusnya adalah sebagai berikut:Persediaan Barang Siap Dijual = Persediaan Awal + Pembelian Bersih

  1. Pembelian Bersih

Pembelian bersih sendiri terdiri dari pembelian kotor, biaya angkut, potongan pembelian, dan retur pembelian. Perhitungannya bisa dirumuskan sebagai berikut.Pembelian Bersih = (Total pembelian tunai dan kredit + Biaya angkut) – (potongan pembelian + retur pembelian)Setelah mendapatkan nilai dari dua komponen tersebut, maka barulah nilai HPP bisa dicari. HPP didapat dari penjumlahan harga pokok produksi dan persediaan barang awal, lalu dikurangi persediaan akhir. HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan AkhirRumus di atas adalah rumus umum HPP. Rumus ini harus dipahami karena akan berkaitan dengan berbagai cara atau metode dalam penghitungan HPP itu sendiri, termasuk untuk metode Joint Cost.

Mengenal Joint Cost dalam Kegiatan Produksi

Joint Cost atau Biaya Bersama merupakan biaya yang muncul karena ada produk bersama yang diproduksi secara serentak dengan rangkaian prosesnya. Secara sederhana bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang sama dari beberapa produk. Metode joint cost ini sendiri lumrah dipakai dalam perusahaan manufaktur. Dalam penerapannya, terdapat beberapa biaya yang terhitung sebagai joint cost yakni biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang terjadi sejak awal bahan baku diolah sampai proses pemisahan sesuai jenis produk. Alasan perlunya joint cost ini adalah seperti untuk mengetahui biaya per unit produk, prinsip pengakuan biaya, membantu menentukan tarif, mendapatkan penggantian atas biaya produksi yang sudah dikeluarkan, dan untuk mengalokasikan biaya ke persediaan akhir ataupun ke Harga Pokok Penjualan.Lantas seperti apa Joint Cost digunakan dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan tersebut? Bagaimana mengalokasikan biaya tersebut untuk HPP dari masing-masing produk yang dihasilkan?

Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan Metode Joint Cost

Menentukan HPP melalui harga bersama merupakan suatu hal yang wajar ditemui dalam akuntansi perusahaan dagang dan manufaktur. Memasukkan joint cost dalam perhitungan HPP dilakukan dengan cara khusus yang disebut Nilai Penjualan Relatif. Maksudnya adalah pembagian joint cost  atau biaya bersama  dilakukan berdasarkan nilai penjualan relatif dari masing-masing barang. Untuk lebih memahami konsep ini, perhatikan contoh kasus berikut:Perusahaan X menghasilkan 2 jenis produk, A dan B. Biaya-biaya dalam proses produksinya adalah sebagai berikut:Bahan Baku = Rp10.000.000Upah Langsung = Rp5.000.000Biaya Produksi Tak Langsung = Rp5.000.000Jumlah = Rp20.000.000Produk yang dihasilkan:Produk A = 100 unitProduk B = 50 unitProduk yang dijual:Produk A = 90 Unit @Rp150.000Produk B = 30 Unit @ Rp300.000Pembagian biaya bersama untuk produk A dan B dilakukan sebagai berikut:

ProdukJumlah ProduksiHarga Satuan (Rp)Total (Rp)Persentase(%)
Produk A 100150.00015.000.00060
Produk B50300.00015.000.00040
Jumlah30.000.000
ProdukAlokasi Biaya Produksi BersamaJumlahUnitHarga Pokok/Unit
Produk A60% x Rp20.000.000Rp12.000.000100120.000
Produk B40% x Rp20.000.000Rp8.000.00050160.000

Setelah mendapatkan harga pokok per unit, maka selanjutnya adalah menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualannya. Caranya adalah sebagai berikut:Persediaan akhir:Produk A = (100 – 90) x Rp120.000 = Rp1.200.000Produk B = (500-30) x Rp160.000 = Rp3.200.000Jumlah = Produk A + Produk B = Rp4.400.000Harga Pokok Penjualan:Produk A = 90 x Rp120.000 = Rp10.800.000Produk B = 30 x Rp160.000 = Rp4.800.000Jumlah = Produk A + Produk B = Rp15.600.000Itulah cara sederhana dalam menentukan Harga Pokok Penjualan dengan metode Joint Cost. Dalam penerapannya, penentuan HPP itu sendiri bisa menggunakan berbagai metode. Namun, metode Joint Cost bisa menjadi pilihan untuk perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan manufaktur, dimana barang produksi digunakan bersama untuk beberapa produk.


You Might Also Like