Dalam kegiatan ekonominya, suatu negara tidak bisa berjalan sendirian. Satu negara pasti membutuhkan bantuan negara lainnya, sama seperti manusia yang makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendirian, pasti membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika seorang manusia membutuhkan kehadiran manusia lainnya untuk melengkapi hidupnya, menyalurkan hobinya, memenuhi kebutuhan dan keinginannya sebagai kebutuhan seorang individu, maka seyogyanya negara pun juga melalui proses tersebut. 


Suatu negara membutuhkan kehadiran pihak lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya, terutama rakyatnya. Dalam memenuhi kebutuhan antar negara tersebut, akan terjadi transaksi antar negara. Baik itu perdagangan ekspor dan impor, penanaman dan penjualan modal, dan juga pengajuan dan pemberian hutang. 


Semua transaksi yang melibatkan negara lain dan bersifat internasional ini harus dicatat baik-baik dan didokumentasikan dalam sebuah laporan keuangan. Kenapa? Karena dengan semua pencatatan tersebut, negara dapat mengetahui bagaimana keadaan keuangannya, bagaimana arus perdagangannya juga dapat berguna sebagai bahan pijakan ketika negara membutuhkan pinjaman luar negeri. 


Pencatatan seluruh arus keuangan internasional suatu negara ini dicatat dalam sebuah neraca pembayaran. Apa itu? Mari kita bahas bersama.


Neraca Pembayaran 

Pertama, kita butuh memahami terlebih dahulu definisi neraca pembayaran. Pemahaman awal ini untuk meminimalisir perbedaan asumsi dan persepsi mengenai neraca pembayaran. Dirangkum dari banyak sumber, neraca pembayaran ini dapat kita tafsirkan sebagai sebuah pencatatan dan laporan arus keuangan internasional suatu negara. Jadi, semua aktivitas keuangan negara yang melibatkan negara lainnya, akan dicatat tersendiri dalam sebuah neraca pembayaran. 


Apa saja yang termasuk dalam arus keuangan dalam neraca pembayaran itu? semua transaksi, seperti transaksi arus modal negara dengan negara lainnya, hasil deviden dari perdagangan dan investasi, arus ekspor dan impor juga pembayaran hutang-hutang negara. Pencatatan neraca pembayaran ini berlaku setiap periodenya yakni selama 1 tahun masa akuntansi. 


Jadi, di akhir periode, pencatatan akan ditinjau dan dievaluasi sebagai bahan pijakan penentuan kebijakan dan evaluasi pelaksanaan program-program ekonomi pemerintah. Untuk lebih jelasnya mengenai tujuan manfaat neraca pembayaran, kita bahas berikut ini.


Tujuan dan Manfaat Dibuat Neraca Pembayaran

  1. Sebagai landasan pembuatan kebijakan ekonomi negara 

Neraca pembayaran mencatat semua transaksi negara yang berhubungan dengan negara lain. Pencatatan ini akan memberikan banyak data bagi pemerintah mengenai kondisi keuangannya, apakah neracanya surplus atau defisit. 


Data yang diperoleh tersebut dapat menjadi pijakan dan pertimbangan pemerintah merumuskan opsi-opsi kebijakan yang sesuai. Neraca yang surplus atau defisit atau juga seimbang tentunya membutuhkan kebijakan-kebijakan yang berbeda.


  1. Sebagai pijakan data pengajuan bantuan keuangan kepada IMF 

Dalam situasi yang sulit, atau krisis ekonomi, ada kalanya negara sangat membutuhkan suntikan dana agar proses pemerintahan tetap bisa berjalan. Negara akan membuka opsi untuk pengajuan pinjaman dana kepada negara lain atau kepada IMF. 


Agar pengajuan dana pinjaman itu disetujui, pihak pemberi pinjaman akan meninjau terlebih dahulu keadaan ekonomi suatu negara untuk melihat kemampuan negara membayar hutang di masa depan. Neraca pembayaran dapat menjadi pijakan data untuk meninjau peluang negara bisa ataukah tidak membayar hutang sebelum pengajuan disetujui.


Komponen Neraca Pembayaran 

Dalam neraca pembayaran, ada empat komponen yang pasti ada. Empat tersebut adalah neraca perdagangan, jasa, hasil modal dan lalu lintas moneter. 

  1. Neraca Perdagangan 

Dalam komponen neraca perdagangan ini, yang dicatat adalah daftar nilai aktivitas ekspor dan impor yang dilakukan negara maupun pihak swasta. Intinya semua aktivitas perdagangan yang terjadi dalam wilayah negara. 


Dalam neraca perdagangan ini dapat terlihat besaran nilai ekspor dan impornya. Mana yang lebih besar nilainya, apakah nilai ekspor negara atau impor yang dilakukan negara. Akan terjadi defisit jika negara lebih banyak mengimpor dari luar dibandingkan mengekspor keluar. Namun jika negara berhasil mengekspor lebih banyak dibanding mengimpor, neraca perdagangan akan mengalami surplus. 


  1. Neraca Jasa 

Neraca jasa ini berfokus pada penerimaan negara karena pembayaran atas jasa-jasa yang dilakukan di dalam negara. Misalnya, laba jasa dari pariwisata, aktivitas perbankan, jasa-jasa dalam dunia asuransi dan juga perdagangan. Semua keuntungan dari aktivitas jasa tersebut akan dicatat tersendiri dalam neraca jasa.


  1. Neraca Hasil Modal 

Berbeda dengan dua komponen neraca sebelumnya, neraca hasil modal spesifik mencatat hasil-hasil dari aktivitas permodalan di dalam negeri yang berhubungan dengan luar negeri. Contohnya dividen, upah TKI di luar negeri dan lain-lain. 


  1. Neraca Lalu Lintas Modal

Neraca keempat ini konsentrasi pada aktivitas modal yang berhubungan dengan investasi, penanaman modal asing di indonesia, pemberian bantuan dari atau ke luar negeri juga untuk mencatat pembayaran utang ke luar negeri.


Jenis dan Contoh Neraca Pembayaran 

Selain komponen, neraca pembayaran juga memiliki 3 jenis. Ketiga jenis neraca ini bisa kita lihat melalui hasil dari perhitungan komponen-komponen neraca yang ada. Ada 3 jenis neraca pembayaran yaitu neraca surplus, defisit dan seimbang. Berikut penjelasan lebih lengkapnya!

  1. Neraca Surplus 

Neraca pembayaran yang surplus adalah ketika hasil akhir dari perhitungan neraca menunjukan debit yang lebih tinggi dari kredit. Jadi masih ada sisa uang yang dimiliki. Bisa dikatakan juga keadaan surplus adalah ketika pendapatan negara lebih besar dari pengeluaran yang dikeluarkan. 


Contoh dalam ekspor dan impor pada neraca perdagangan. Pada 2032, hasil ekspor Indonesia yang tercatat dalam neraca sebesar 70T, sedangkan hasil impornya hanya 50T. maka terjadi surplus neraca sebesar 20 T.


  1. Neraca Defisit 

Neraca defisit adalah kebalikan dari neraca surplus. Jadi pengeluaran yang dilakukan negara lebih besar dibanding pendapatan dari aktivitas perdagangan atau jasa lainnya. 


Contoh, ternyata pada tahun 2025 ekspor Indonesia mencapai 70T, namun impor yang dilakukan lebih besar yakni 90T. maka, neraca mengalami defisit sebesar 20 T.


  1. Neraca Seimbang 

Neraca yang seimbang adalah ketika kedua sisi debit dan kredit menunjukan jumlah yang sama atau sama dengan nol. Jadi, neraca tidak surplus maupun defisit. Keadaan neraca yang seimbang ini adalah tujuan dari dibuatnya neraca pembayaran. Karena neraca yang seimbang menunjukan keadaan keuangan yang sehat dan pencatatan yang baik. 


Contoh, pada tahun 2037, hasil neraca perdagangan indonesia menunjukan angka yang sama antara ekspor dan impornya yakni 100T.