Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumsi adalah pemakaian barang hasil produksi, dimana barang yang dimaksud dapat berupa pakaian, makanan, dan lain-lain. KBBI juga memberikan definisi konsumsi sebagai barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup kita. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konsumsi adalah suatu kegiatan pemakaian manfaat atau nilai dari barang dan atau jasa dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Di atas sudah disebutkan dua buah contoh dari barang yang dipakai pada saat konsumsi, yaitu pakaian dan makanan. Pada prinsipnya, ada dua jenis barang manfaatnya dapat dipakai pada saat konsumsi, yaitu barang yang sekali digunakan langsung habis (makanan) dan barang yang habis secara perlahan-lahan (pakaian).
Berdasarkan definisi dari konsumsi, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi dari kegiatan konsumsi maka akan terjadi kepuasan. Harus diingat bahwa jika kegiatan yang dilakukan tidak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, maka kegiatan tersebut bukan dianggap sebagai kegiatan konsumsi. Contohnya, jika seseorang membeli beras dimana setelahnya beras tersebut dimasak dan dijual, maka kegiatan tersebut bukan contoh kegiatan konsumsi.
Untuk memudahkan kita mengetahui apakah suatu barang termasuk barang konsumsi, berikut adalah ciri-ciri barang konsumsi:
Barang konsumsi memiliki manfaat atau nilai yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan ini akan mengakibatkan berkurang atau habisnya nilai atau manfaat dari barang tersebut. Jenis barang tersebut pun dibagi menjadi dua tipe. Pertama, barang yang manfaat atau nilainya akan habis pada satu kali pemakaian, seperti makanan dan minuman. Kedua, barang yang manfaat atau nilainya akan habis secara perlahan-lahan yang berarti penggunaan dapat dilakukan secara berulang. Contohnya adalah pakaian dan buku.
Barang konsumsi dapat memenuhi kebutuhan hidup. Contoh, moda transportasi seperti motor yang digunakan untuk bepergian dari rumah ke tempat kerja termasuk ke dalam barang konsumsi.
Barang konsumsi harus merupakan barang ekonomi yang diperoleh dengan pengorbanan. Sebagai contoh, makanan, minuman, dan pakaian diperoleh dengan melakukan transaksi ekonomi di pasar. Oksigen atau sinar matahari yang manfaatnya dirasakan setiap hari tentu saja bukan barang konsumsi karena keduanya bukan merupakan barang ekonomi.
Sekarang kita sudah mengetahui ciri-ciri dari barang konsumsi. Dengan demikian kita dapat mengklasifikasikan apakah suatu barang termasuk barang konsumsi atau tidak. Kita hanya perlu mencocokkan ciri-ciri barang tersebut apakah sesuai dengan ciri-ciri barang konsumsi: memiliki manfaat atau nilai, dapat memenuhi kebutuhan hidup, dan termasuk barang ekonomi.
Dengan diketahuinya ciri-ciri barang konsumsi, maka kita dapat memberikan contoh dari beberapa kegiatan konsumsi. Seperti yang sudah dijelaskan pada ciri-ciri barang konsumsi, ada dua tipe barang konsumsi. Pertama, barang yang nilainya langsung habis. Contohnya adalah A mengonsumsi roti dan B meminum segelas air. A dan B menunjukkan suatu kegiatan menghabiskan nilai atau manfaat dari suatu barang konsumsi. Kedua, barang nilainya habis secara perlahan. Contohnya adalah C membaca buku.
Kegiatan membaca buku akan mengurangi nilai, dalam hal ini nilai guna, dari buku tersebut. Oleh sebab itu membaca buku termasuk dalam kegiatan konsumsi. Contoh lainnya adalah D menggunakan lampu pada saat belajar. Setelah jangka waktu tertentu, lampu tersebut akan kehabisan nilai guna dan padam. Kegiatan D menggunakan lampu tersebut juga dapat dikategorikan sebagai kegiatan konsumsi.
Konsumen, sebagai pihak yang menggunakan barang konsumsi, diasumsikan sudah memiliki informasi terkait barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Informasi mengenai barang atau jasa tersebut yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dalam pembelian barang atau jasa. Selain informasi yang dimiliki, tentu saja ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan konsumsi. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi:
Faktor internal, yang merupakan faktor yang berasal dari diri atau pribadi konsumen itu sendiri. Contoh: informasi, motivasi, selera, dan pendapatan.
Faktor eksternal, yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri atau pribadi konsumen. Contoh: kelas sosial, kebudayaan, jumlah anggota keluarga, dan harga barang atau jasa.
Faktor-faktor internal dan eksternal akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Sebagai contoh semakin banyaknya jumlah anggota dalam satu keluarga akan menyebabkan semakin tingginya tingkat konsumsi. Tren yang sedang berlangsung juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Harga barang pun akan mempengaruhi perilaku konsumsi. Pada saat harga barang murah, konsumen cenderung akan membeli lebih banyak barang. Selera konsumen yang berbeda-beda tentu juga berperan dalam proses pengambilan keputusan konsumsi. Contohnya selera dalam hal pakaian atau makanan.
Pada praktiknya tentu saja pengambilan keputusan untuk melakukan konsumsi tidak sesederhana itu. Tentu saja ada kondisi-kondisi dimana lebih dari satu faktor akan bersinggungan. Sebagai contoh, jika pada suatu periode harga barang atau jasa mengalami kenaikan namun pendapatan yang dimiliki tetap, maka tingkat konsumsi akan menurun.
Faktor lainnya yang juga mempengaruhi keputusan konsumsi adalah gaya hidup. Ada begitu banyak konsumen yang memiliki gaya hidup konsumtif. Hal ini terjadi tidak hanya pada orang-orang yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi tetapi juga pada orang-orang berpendapatan rendah. Konsumen yang konsumtif percaya bahwa dengan gaya hidup yang menunjukkan kemampuan dalam membeli barang ekonomi akan meningkatkan kelas sosial mereka. Contoh perilaku ini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup dapat memiliki pengaruh yang lebih besar daripada faktor pendapatan dalam menentukan kegiatan konsumsi.
Dengan adanya contoh dimana gaya hidup tidak sesuai dengan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa ada aspek negatif dari perilaku konsumsi. Gaya hidup konsumtif secara otomatis menunjukkan sikap yang tidak hemat. Bahkan, jika sikap atau kebiasaan ini terus berlanjut bisa menjadi penyebab terjebaknya seseorang dalam utang-piutang. Pada kondisi seperti ini, motivasi untuk menabung atau memanajemen pendapatan menjadi investasi akan semakin menurun.
Tentu saja tidak hanya aspek negatif yang timbul dari pelaku konsumsi. Aspek positif pun timbul dari perilaku konsumsi. Adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari sisi konsumen akan menimbulkan permintaan. Produsen pun akan melakukan produksi barang dan jasa untuk memenuhi permintaan tersebut. Dengan demikian keberlangsungan ekonomi akan terjaga. Kegiatan konsumsi yang berkelanjutan akan menyebabkan perputaran barang dan jasa terus berlangsung, bahkan meningkat.