Saat kita membahas tentang akuntansi, salah satu yang akan sering kita dengar adalah istilah Aset Tidak Lancar, atau yang sering juga disebut Aktiva Tak Lancar. Hal yang tentu saja penting untuk dipahami, terutama oleh orang-orang yang berhubungan langsung dengan laporan keuangan perusahaan.


Istilah Aset Tidak Lancar atau Aktiva Tidak Lancar tentu saja ada karena juga terdapat istilah Aktiva Lancar. Hal ini yang kadang membuat bingung, tentang apa sebenarnya Aktiva atau Aset dan apa bedanya antara yang Tidak Lancar dan Lancar.


Karenanya artikel ini akan membahas secara khusus tentang apa itu sebenarnya Aktiva Tidak Lancar, apa bedanya dengan Aktiva Lancar berikut dengan contoh-contohnya. Bagaimana pembahasan lebih lengkapnya? Simak lebih lanjut di bawah ini!


Definisi Aktiva Tidak Lancar

Istilah Aktiva dalam akuntansi digunakan untuk menyebut sebagian aset perusahaan, yang keberadaannya menambah nilai modal perusahaan dan nilai keuntungan perusahaan. Dimana sebagian dari aktiva dikategorikan ke dalam Aktiva atau Aset Tidak Lancar.


Istilah Aset Tidak Lancar merujuk pada aset-aset perusahaan yang nilainya bisa diukur dengan jelas. Aktiva ini memiliki sifat yang tahan lama, umumnya 1 tahun atau lebih, terhitung sejak aset tersebut dibeli oleh perusahaan.


Selain ciri tersebut, umumnya Aset Tidak Lancar juga biasanya dibeli oleh perusahaan dengan tidak berorientasi untuk menjualnya kembali. Biasanya juga aset jenis ini tak mudah untuk diuangkan ke dalam bentuk tunai dan tak bisa digunakan untuk pembayaran. Karenanya aset kelompok ini dikategorikan ke dalam Aset Tidak Lancar. 


Jenis Aset Tidak Lancar

Karena kita membahas Aset Tidak Lancar, kurang lengkap tentunya jika tak membahas tentang jenis Aset Tidak Lancar. karena kelompok aset ini terdiri dari dua jenis, yaitu Aktiva Tetap dan Aktiva Tidak Berwujud. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya :

  1. Aktiva Tetap (Berwujud)

Bentuk dari aset ini jelas dan nyata wujudnya, karenanya disebut juga  dengan Aktiva Berwujud. Dengan asumsi yang seperti itu, membuat aset ini siap untuk langsung dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan perusahaan.


Jenis aset satu ini sejak awal dibeli untuk digunakan kembali oleh perusahaan. Jadi memang tidak ditujukan untuk dijual kembali atau mendapatkan laba darinya. Berikut ini adalah beberapa contoh Aktiva Tetap :

  • Gedung 

Biasanya perusahaan membeli gedung untuk digunakan sebagai lokasi produksi, kantor, gudang atau sejenisnya. 

  • Tanah 

Tanah yang dibeli perusahaan biasanya ditujukan untuk digunakan membangun gedung atau infrastruktur fisik lainnya. Baik itu yang ditargetkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

  • Peralatan Badan Usaha 

Beberapa yang termasuk kedalam kelompok aset peralatan seperti mesin cetak, mesin produksi, atau infrastruktur lain yang berhubungan langsung dengan proses produksi

  • Perlengkapan badan usaha

Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok peralatan badan usaha seperti alat tulis, printer, komputer, mesin fotocopy dan seterusnya.


  1. Aktiva Tidak Berwujud 

Sebagaimana dengan istilahnya, aset yang termasuk ke dalam kelompok ini tidak memiliki wujud. Namun meski begitu, kelompok aset ini memberikan manfaat besar bagi perusahaan, sehingga dikategorikan ke dalam aset.


Biasanya Aktiva Tidak Berwujud tertulis dalam dokumen resmi, sehingga meski tak memiliki wujud, namun diakui eksistensinya. Berikut beberapa contoh Aktiva Tidak Berwujud :

  • Hak Paten 

Ini adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hak tunggal yang didapatkan perusahaan dari negara, karena telah menemukan inovasi atau karya dari penelitiannya.

  • Merek Dagang

Contoh Aktiva Tidak Berwujud kedua adalah merek dagang. Seperti halnya kita biasanya menyebut Nike, Adidas, Apple, sebagai merek produk ternama. Merek memiliki nilai yang bisa diukur, karenanya juga termasuk sebagai aset perusahaan. 

  • Goodwill (Nama baik)

Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa nama baik perusahaan juga merupakan aset yang penting dan nilainya bisa diukur. Aset ini bisa ditemukan dalam laporan keuangan, terutama ketika perusahaan diakuisisi oleh perusahaan lain. Nilainya akan sangat bergantung pada respon masyarakat terhadap merek dagang perusahaan. 

  • Franchise

Franchise juga menjadi salah satu aset perusahaan yang bernilai karena bisa dijual oleh perusahaan kepada pihak lain. Untuk nantinya pihak tersebut mendapatkan hak menjual produk perusahaan selama masa kontraknya. 

  • Hak Cipta

Seperti halnya Hak Paten, orang yang menciptakan suatu karya, memiliki hak cipta atas hal itu. Termasuk tentu saja untuk memperbanyaknya, mengumumkannya, memberikan izin untuk menggunakannya dan seterusnya.


Hal ini juga menjadi salah satu aset perusahaan karena memiliki nilai yang bisa diukur. Biasanya hak cipta yang dimiliki oleh perusahaan adalah hasil dari proses produksi yang kemudian dijual kepada agen atau konsumen. 


Perbedaan Aset Tidak Lancar dan Aset Lancar

Poin ini menjadi salah satu pertanyaan yang cukup banyak ditujukan kepada para akuntan. Tentang apa saja yang membedakan antara Aset Lancar dengan Aset Tidak Lancar. Dimana hal ini akan kita pahami ketika mengerti apa yang sebenarnya disebut dengan Aset Lancar.


Sederhananya, aset perusahaan yang dikategorikan ke dalam Aset Lancar adalah yang berwujud uang tunai (atau mudah diuangkan). Walaupun bentuknya belum dalam bentuk uang secara langsung, hal itu bisa mudah dicairkan dalam bentuk uang, maksimal dalam waktu 1 tahun.


Beberapa contoh Aset Lancar antara lain :

  • Kas 

Tentu saja kas termasuk Aset Lancar karena memang wujudnya berupa uang tunai. Baik itu yang tersimpan di perusahaan atau disimpan di bank.


  • Investasi Jangka Pendek 

Jenis investasi ini juga termasuk Aktiva Lancar karena umumnya mudah untuk dicairkan dalam bentuk uang tunai. Selain juga tentu saja karena jangka waktunya yang relatif pendek.


Dari beberapa contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua jenis aset perusahaan di atas, dibedakan oleh jangka waktunya, manfaat dan tujuannya. Dimana untuk Aset Tidak Lancar jangka waktunya lebih lama dan tidak ditujukan sebagai alat pembayaran. Karenanya aset ini juga tak bisa digunakan sebagai alat pembayaran sah.


Selain itu juga Aset Tidak Lancar sejak awal ditujukan untuk memberikan manfaat secara langsung bagi perusahaan, terutama bagi proses produksi. Seperti beberapa contoh yang sudah dipaparkan di atas. Semoga bermanfaat!