Pernahkah Anda penasaran bagaimana produk dari berbagai merek bisa mematok harga yang hampir sama? Paling tidak, selisih yang mereka tawarkan tidak jauh berbeda. Dimana kemudian ketika satu merk saja menurunkan harganya, merk lainnya akan berbondong-bondong memberikan diskon besar-besaran agar harga yang ditawarkan bisa turun. Pernahkah bertanya bagaimana mereka bisa melakukan strategi harga itu? Padahal kita tahu, di balik sebuah produk yang beredar di pasaran, ada proses produksi yang panjang, ada biaya yang besar, ada banyak karyawan yang harus digaji, ada proses pemasaran yang juga butuh biaya. Bagaimana perusahaan dapat menawarkan produknya dengan harga yang sama di pasaran, yang mana harganya cenderung murah? Apakah mereka tidak merugi? Bukankah margin yang didapatkan akhirnya mengecil? Jika Anda penasaran akan hal itu, maka topik pembahasan kali ini akan menjawab rasa ingin tahu Anda. Dibalik sebuah harga yang murah dan bersaing di pasaran, ada strategi jitu yang diterapkan perusahaan akan produknya tetap bersaing dengan harga yang murah. Bagaimana strateginya? Jawabannya adalah dengan menentukan target pricing dan target costing. Dua strategi ini sebetulnya hampir sama, mirip namun tetap memiliki perbedaan. Bedanya ada pada kefokusan strateginya. Namun sebelum membahas detail perbedaan, ada baiknya kita pahami satu per satu terlebih dahulu masing-masing strateginya. Selengkapnya akan kita uraikan di bawah ini.
Definisi Target Pricing
Strategi yang pertama akan kita bahas yakni target pricing. Target harga. Sesuai namanya, strategi ini bertujuan merumuskan dan menentukan harga yang cocok untuk produk. harga diriset lebih dahulu sebelum proses produksi dilakukan. Selama ini kita memahami salah satu cara menentukan harga penjualan yakni menghitung semua prosesnya dari A hingga Z, menjumlahkannya, mencari tahu besaran modalnya lebih dahulu, baru kemudian menambahkan dengan berapa margin yang kita inginkan. Hasil penjumlahan modal keseluruhan dengan margin inilah yang menjadi harga produk. Nah, hasil harga yang kita peroleh melalui proses A ke Z ini akan bergantung pada sebesar apa biaya produksi yang dihabiskan. Harga cenderung jadi mahal, karena hasilnya menunggu seluruh prosesnya. Pada target pricing ini, proses penentuan harga yang konvensional diubah dari Z ke A. jadi, harga sudah diriset lebih dahulu sebelum biaya untuk proses produksinya. Tim riset akan melakukan penelitian mengenai permintaan harga di pasaran, dan membandingkannya dengan pesaing. Proses ini akan menghasilkan harga produk lebih dahulu. Baru setelahnya biaya produksi dihitung berdasarkan harga penjualan yang sudah ditentukan.Kelebihan Target Pricing
- Harga produk cenderung murah dan bersaing di pasaran.
Karena harga telah ditentukan lebih dahulu, maka harga sudah pasti sesuai dengan permintaan pasar. Harga tidak akan terlalu mahal ataupun murah. Karena telah melalui riset. Harga ini pun juga sudah dibandingkan dengan harga pesaing.
- Biaya produksi akan terkendali karena hasil akhir sudah ditentukan
Perusahaan dapat mengontrol biaya produksi agar tidak melebihi harga penjualan yang sudah ditentukan. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk mencari cara mendapatkan bahan-bahan produksi dengan harga murah, proses produksi juga akan disederhanakan agar tidak memakan biaya terlalu besar. Melalui strategi target pricing ini, perusahaan dapat menghemat pengeluaran.
Kekurangan Target Pricing
- Satu kesalahan kecil pada proses penentuan harga, menyebabkan kegagalan pada seluruh proses sesudahnya. Jika proses perhitungan harga salah, maka penjualan akan gagal bersaing karena tidak sesuai dengan permintaan pasar.
- Harga yang terlalu rendah akan membebani bagian produksi. Tantangannya adalah bagaimana produksi tidak memakan biaya terlalu banyak supaya bisa tetap untung dengan harga penjualan yang murah. Ini akan memaksa bagian produksi memeras otak untuk mencapai target biaya produksi yang rendah. Lebih jauh lagi, hal ini bisa mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.