Indikator dan Pengelompokan Inflasi dalam Bisnis

indikator_dan_pengelompokan_inflasi_dalam_bisnis

Informasi mengenai inflasi menjadi hal yang ditunggu oleh para pemangku kepentingan seperti pemerintah, birokrat, pengamat ekonomi, dan tentunya para pebisnis. Bagi pebisnis, informasi mengenai inflasi menjadi sinyal kondisi perekonomian yang akan dipakai sebagai bahan rujukan dalam mengambil kebijakan bisnis. Hal ini juga berkaitan untuk kegiatan investasi. Para investor menanti informasi inflasi untuk mengetahui pergerakan nilai saham sehingga bisa diputuskan apakah perlu menjual atau membeli. Inflasi dan kegiatan bisnis memang dua hal yang tak bisa dipisahkan. Bagi pelaku bisnis, inflasi bisa memberi keuntungan karena artinya jumlah pendapatan lebih tinggi dibanding kenaikan biaya produksi. Namun selain itu, ada banyak hal-hal lain yang juga harus dipahami, seperti soal indikator dan pengelompokkan inflasi itu sendiri.

Memahami Inflasi dalam Bisnis

Dalam ilmu ekonomi, inflasi diartikan sebagai proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Hal ini terjadi karena adanya mekanisme pasar yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti peningkatan konsumsi masyarakat, likuiditas berlebih, hingga karena ketidaklancaran distribusi. Berkaitan dengan kenaikan harga-harga tersebut, maka inflasi juga berarti menurunnya nilai mata uang.Terjadinya inflasi tentu saja berpengaruh dalam bisnis. Inflasi dapat mengurangi daya beli masyarakat. Penurunan daya beli secara umum ini otomatis membuat pertumbuhan ekonomi nasional juga melambat, bahkan bisa stagnan hingga menurun.Dari sisi ekspor, inflasi juga akan mempengaruhi kemampuan ekspor perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Pasalnya, inflasi juga membuat biaya ekspor menjadi lebih mahal. Daya saing produk ekspor pun akan menurun hingga akhirnya membuat devisa menjadi berkurang.Secara umum, inflasi memang bisa mengakibatkan banyak dampak. Berkurangnya investasi di suatu negara berdampak pada semakin tingginya kenaikan suku bunga, penanaman modal yang spekulatif, pembangunan dan ekonomi yang tidak stabil, defisit neraca pembayaran, sampai dengan merosotnya taraf kesejahteraan yang bisa mengakibatkan inflasi. Semua hal itu tentu saja berpengaruh langsung dalam dunia bisnis.

Indikator Inflasi dalam Bisnis

Pengukuran tingkat inflasi dilakukan dengan beberapa indikator. Indikator yang paling umum adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Namun, Bank Sentral juga menyatakan bahwa indikator lain yaitu berdasarkan International Best Practice, yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga Produsen (IHP), Deflator Produk Domestik Bruto (PDB), dan Indeks Harga Aset. 

  1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga. Artinya, perubahan IHK dari waktu ke waktu akan menunjukkan bagaimana pergerakan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itulah, IHK ini menjadi indikator yang paling umum dipakai untuk mengukur inflasi.Penentuan barang dan jasa dalam IHK sendiri dilakukan berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS memonitor perkembangan harga barang dan jasa di semua pasar tiap bulan di beberapa kota. Hasil dari survei inilah yang akan dipakai untuk menganalisa perekonomian.

  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) adalah harga dari hasil transaksi antara penjual besar pertama dengan pembeli atau pedagang besar berikutnya. Penjualan sendiri dilakukan dalam jumlah besar pada pasar pertama dari suatu komoditas. Komoditas yang dimaksud merupakan produksi dalam negeri yang dipasarkan di dalam atau luar negeri, serta komoditas impor.IHPB disajikan dalam tiga kelompok, yaitu:

  • Menurut komponen penyediaan atau penawaran barang atau sektor
  • Menurut penggunaan barang
  • Menurut kelompok barang dalam proses produksi
  1. Indeks Harga Produsen (IHP)

Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan pengukuran perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik untuk barang yang mereka hasilkan. IHP juga kerap dipakai dalam mengukur tingkat IHK karena perubahan harga bahan baku akan meningkatkan biaya produksi. Efeknya tentu saja akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

  1. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)

Deflator dari PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa. Deflator PDB sendiri dihasilkan dengan membagi PDB dari harga nominal dengan PDB dari harga konstan.

  1. Indeks Harga Aset

 Indeks Harga Aset merupakan indeks yang mengukur pergerakan harga aset, seperti properti dan saham yang dijadikan indikator dari adanya tekanan terhadap harga secara keseluruhan.

Pengelompokan Inflasi dalam Bisnis

Terdapat beberapa jenis pengelompokan dari inflasi. Seperti yang diatur dalam IHK Indonesia, pengelompokan didasarkan pada Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP). Berdasarkan klasifikasi ini, inflasi dikelompokan ke dalam tujuh bagian, yaitu:

  1. Kelompok bahan makanan
  2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
  3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
  4. Kelompok sandang
  5. Kelompok kesehatan
  6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
  7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Selain ketujuh pengelompokan tersebut, ada juga pengelompokan inflasi berdasarkan aturan Badan Pusat Statistik (BPS). Pengelompokan ini dinamakan disagregasi inflasi yang berguna untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh secara fundamental.Terdapat dua pengelompokan dari disagregasi inflasi yang dimaksud, yaitu Inflasi inti dan inflasi non inti:

  1. Inflasi Inti

Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung persisten atau menetap dalam pergerakannya. Inflasi ini sendiri dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi akan permintaan dan penawaran, nilai tukar mata uang, harga komoditas internasional, serta inflasi mitra dagang. Di sisi lain, ada juga pengaruh dari ekspektasi pedagang dan konsumen.

  1. Inflasi Non-inti

Inflasi non-inti maksudnya adalah komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitas atau besaran perubahan harga karena fluktuasi pasar dalam satu periodenya. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor fundamental.Terdapat dua komponen dari inflasi non-inti. Pertama yaitu inflasi komponen bergejolak yang umumnya dipengaruhi oleh shock di kelompok bahan makanan. Contohnya adalah gangguan alam, perkembangan harga komoditas pangan, dan pengaruh penen. Sedangkan yang kedua yaitu inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah. Inflasi kelompok ini umumnya dipengaruhi oleh shock dari kebijakan harga pemerintah, seperti subsidi BBM, harga tarif listrik, tarif angkutan, dan sebagainya.Demikianlah penjelasan tentang inflasi dalam bisnis. Masalah inflasi adalah hal yang pasti dihadapi oleh semua pelaku bisnis. Oleh karenanya, pengelolaan keuangan harus benar-benar teliti dan tepat agar inflasi tidak merugikan perusahaan dalam jumlah besar.


You Might Also Like