Ketika memulai berbisnis, salah satu aset yang krusial adalah persediaan barang. Artinya, perlu diketahui metode dan cara mengukur baik nilai moneter maupun nilai buku dari persediaan agar sinkron dengan laporan keuangan.Salah satu metode costing untuk menentukan nilai harga pokok penjualan serta nilai persediaan adalah moving average cost atau pergerakan biaya rata-rata. Dengan metode ini, akan ditemukan pergerakan biaya rata-rata yang berlaku ke hampir semua barang.
Cara Menghitung Moving Average Cost
Formula yang digunakan untuk menghitung moving average cost adalah:((Jumlah barang awal x Harga rata-rata) + (Jumlah barang masuk x Harga barang masuk)) / (Jumlah barang awal + Jumlah barang masuk)Dalam metode moving average cost, harga rata-rata setiap barang dihitung ulang setiap kali pembelian barang selesai. Harga rata-rata ini kemudian dihitung dengan cara membagi nilai barang dengan jumlah barang yang tersedia. Dari situlah ditemukan harga rata-rata, seluruhnya bisa diberlakukan ke setiap barang.Contoh cara menghitung Moving Average Cost adalah:Barang: 10 botol minyak goreng ukuran 2 liter (harga Rp20.000) Penjualan: 3 botolPembelian berikutnya: 5 botol (harga Rp25.000)Berdasarkan penghitungan di atas, perusahaan memiliki stok 10 minyak goreng yang dibeli dengan harga Rp20.000. Saat stok tinggal 7, perusahaan kembali membeli 5 minyak baru dengan harga Rp25.000.Dengan demikian, stok minyak goreng saat ini adalah 12 botol dengan harga rata-rata per unit Rp22.083. Angka ini ditemukan setelah dihitung dengan metode moving average cost.Umumnya, metode seperti ini digunakan perusahaan dengan model usaha seperti supermarket. Alasannya karena harga pembelian bahan baku minyak goreng setiap periodenya bisa berbeda-beda akibat berbagai faktor.
Pentingnya Menghitung Moving Average Cost
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang apapun harus memastikan produknya terjual sehingga stok atau inventaris yang dimiliki bisa terjual. Jika jumlah produk yang diperjualbelikan masih sedikit, tentu mudah menghitungnya satu-persatu.Namun, tidak demikian halnya bagi perusahaan yang inventarisnya tidak bisa dihitung satuan. Misalnya jika barang yang dijual berupa cairan, kacang-kacangan, gas, minyak mentah, atau kabel. Contoh-contoh barang itu biasanya dihitung dalam kuantitas besar.Untuk menggambarkan pentingnya moving average cost, ilustrasinya adalah sebuah perusahaan yang menjual bensin. Stok yang tersedia saat ini adalah sekitar 50 galon. Di saat bersamaan, sedang dipesan 200 galon yang baru. Tentunya, mustahil menyimpan stok bensin lama dan baru secara terpisah.Tak hanya itu, harga beli bensin yang lama dan baru juga berbeda. Di sinilah saat metode moving average cost diaplikasikan. Beberapa manfaat dari metode moving average cost adalah:- Menetapkan harga jual
Tujuan utama metode ini adalah agar dapat menghitung harga jual baru dengan tepat sesuai dengan harga beli, baik untuk produk yang lama maupun baru. Dengan demikian, profit yang diterima pun akan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.Itu sebabnya, angka dari moving average cost ini harus segera diperbaharui setelah barang pesanan baru telah diterima. Hasil kalkulasi moving average cost akan diterapkan pada seluruh penjualan berikutnya dan laporan keuangan.
- Memantau posisi finansial perusahaan
Lebih jauh lagi, adanya moving average cost juga membantu memantau posisi finansial perusahaan. Penghitungan ini digunakan saat pencatatan inventaris dan memasukkan data aset. Seluruh nilai penjualan yang dihitung dalam moving average cost akan berpengaruh terhadap penghitungan keuntungan kotor.
- Memastikan pencatatan akurat
Nilai moneter inventaris dari sebuah perusahaan atau bisnis harus terus dipantau secara akurat. Semakin sehat pengelolaan inventaris sebuah perusahaan, akan semakin mudah memenuhi kebutuhan dari konsumen.Metode moving average cost memungkinkan pemilik bisnis untuk melakukan kalkulasi ulang inventaris setelah ada barang masuk yang baru. Hal ini dapat membantu perusahaan menentukan estimasi nilai moneter inventaris secara keseluruhan.
- Metode konservatif yang aman
Metode valuasi inventory moving average cost ini merupakan pilihan antara metode first in, first out (FIFO) dan last in, first out (LIFO). Bagi pebisnis, pilihan metode moving average cost dapat dikatakan opsi yang aman sekaligus konservatif dalam membuat laporan finansial perusahaan.