Persediaan tentu menjadi salah satu hal terpenting bagi sebuah perusahaan, tak terkecuali perusahaan manufaktur. Namun tak jarang sebuah perusahaan mengalami kesulitan dalam mengendalikan persediaannya. Masalah kemudian timbul sebagai dampak dari pengendalian yang buruk tersebut, atau dalam bahasa ekonomi disebut poor inventory management.

 

Pada tahun 70-80an, dunia manufaktur bersaing dengan semakin ketat mengingat timbulnya perusahaan baru dan mencuatnya industri Jepang di persaingan global. Banyaknya output yang diproduksi per satuan waktu mulai tak begitu penting karena kesadaran pelanggan semakin meningkat tentang kualitas sebuah produk.

 

Kemudian, persaingan berubah lebih ketat lagi ketika teknologi informasi muncul ke permukaan. Konsumen tak lagi hanya menginginkan produk yang murah dan berkualitas, tapi juga variatif. Semua elemen yang ada pada bisnis pun bergerak dinamis seiring dengan persaingan tersebut. Tak terkecuali manajemen persediaan dalam sebuah perusahaan manufaktur.

 

Munculnya Persediaan

Persediaan muncul bisa karena sengaja atau sebaliknya. Artinya, perusahaan memang merencanakan adanya persediaan karena ingin memproduksi lebih awal atau lebih banyak dalam satuan waktu tertentu.

 

Namun sayangnya, banyak perusahaan yang mengalami penimbunan persediaan akibat ketidakpastian. Ketidakpastian ini bisa berasal dari permintaan yang terlalu sedikit dibanding perkiraan awal. Tak hanya dari permintaan, arah pasokan dan operasi internal juga menyebabkan ketidakpastian tersebut. Misalnya saja ketidakpastian pengiriman dan harga dari pabrik membuat perusahaan menimbun persediaan. Kemudian mesin yang kurang mutakhir juga membuat pabrik menimbun persediaan setengah jadi.

 

Persediaan juga muncul karena perbedaan lokasi sehingga timbul lead time pengiriman. Misalnya saja pabrik di Indonesia membutuhkan barang dari Eropa yang memakan waktu selama kurang lebih tiga hari. Tentu dengan rentang waktu tersebut, pabrik Indonesia memerlukan cadangan persediaan.

 

Terakhir, persediaan juga muncul akibat dari motif ekonomi. Artinya, pabrik harus membuat cadangan persediaan karena jika membelinya dengan jumlah sedikit, maka tak akan mencapai apa yang dinamakan skala ekonomi. Begitu juga pengiriman barangnya. Tentu tak akan ekonomis bila sebuah truk hanya mengirim sedikit barang untuk pabrik tertentu.

 

Klasifikasi Persediaan

Ada 3 klasifikasi persediaan seperti yang dikutip I Nyoman Pujawan Mahendrawathi pada bukunya "Supply Chain Management", yakni:

  1. Berdasarkan bentuk

Klasifikasi ini biasanya ada pada perusahaan manufaktur. Persediaan berdasarkan bentuk bisa berupa bahan baku, barang setengah jadi dan produk jadi.

 

  1. Berdasarkan fungsi

Pada klasifikasi ini, terdapat empat kategori:

  1. Pipeline/transit inventory: muncul karena adanya lead time.

  2. Cycle stock: muncul akibat motif ekonomi.

  3. Safety stock: muncul sebagai perlindungan dari ketidakpastian.

  4. Anticipation stock: muncul untuk mengantisipasi tingginya permintaan akibat sifat musiman.

 

  1. Berdasarkan sifat ketergantungan

Persediaan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu item dengan item lainnya. Persediaan kemudian bisa menjadi hal buruk dan penting untuk diperhatikan bila pengendaliannya tak berjalan dengan sesuai. Akibat dari hal tersebut muncullah poor inventory management.

 

Ya, setiap perusahaan manufaktur akan menghadapi tantangan ini. Setiap masalah poor inventory management yang timbul bisa jadi karena beberapa faktor seperti pemaparan dari Chron berikut ini:

  1. Kegagalan dalam perencanaan

Tentu sebuah perusahaan akan mengalami kegagalan dalam pengendalian bila perencanaan di awal tak dijalani dengan sesuai.

  1. Terlalu banyak membeli persediaan

Terlalu banyak membeli persediaan tanpa memperhitungkan faktor eksternal dan internal perusahaan bisa melukai bisnis Anda.

  1. Gagal memonitor vendor

Perusahaan tak bisa menutup mata bahwa ada beberapa vendor yang tak bisa menjalani tugasnya dengan baik ketika memasok produknya.

  1. Gagal melihat tren

Sebuah perusahaan tentu harus melihat tren sebagai faktor eksternal agar persediaan yang dibeli sudah sesuai.

 

Bagaimana Bila Poor Inventory Management Terjadi?

Tentu saja bisa merugikan perusahaan. Menurut situs Micro Channel, kondisi pengendalian persediaan yang buruk bisa mengakibatkan beberapa hal seperti hilangnya konsumen. Pengendalian persediaan yang buruk membuat perusahaan gagal memenuhi permintaan konsumen. Akibatnya, konsumen mencari perusahaan lain yang bisa memenuhi permintaannya.

 

Anda juga akan merugi secara finansial. Bayangkan bila Anda sudah membeli banyak persediaan, tapi persediaan tersebut tak terpakai untuk produksi. Belum lagi biaya yang harus dibayar jika persediaan ini disimpan di dalam gudang yang harus Anda sewa.

 

Tak hanya itu, kondisi buruk ini menyebabkan inefisiensi karena Anda tak memiliki informasi real time yang akurat tentang jumlah inventaris yang Anda miliki. Tentu risiko kesalahan dalam menata ulang persediaan dari pemasok atau menjual persediaan tersebut juga akan meningkat.

 

Itu sebabnya Anda perlu memperhatikan kembali manajemen persediaan yang ada pada perusahaan. Tak ingin kan, sejumlah akibat buruk di atas terjadi pada bisnis Anda?

 

Nah, untuk memudahkan Anda dalam melakukan pengelolaan persediaan, akan lebih baik jika Anda menggunakan sistem yang terintegrasi seperti Ukirama ERP. Sistem ERP ini mampu mencatat, menganalisis dan mengatur keuangan dan akuntansi bisnis Anda dengan berbagai fitur dan layanan yang ditawarkan. Beberapa fitur keren dari Ukirama ERP adalah manajemen stok termasuk proses stock opname, pembelian, penjualan, pengelolaan SDM, manufaktur, reparasi hingga sistem akuntansi. Tidak hanya itu, Ukirama ERP juga menampilkan laporan secara terperinci dan terintegrasi.