Mengenal Manajemen Pendapatan dengan Laba Akrual dan Laba Riil

mengenal_manajemen_pendapatan_dengan_laba_akrual_dan_laba_riil

Bagi pelaku usaha, mengadopsi Manajemen Pendapatan merupakan hal yang wajib dilakukan karena kemampuannya yang berhasil meningkatkan penjualan dan profit perusahaan. Untuk bisa mengenal Manajemen Pendapatan secara lebih mendalam, perlu diketahui bahwa Manajemen Pendapatan awalnya mulai dikenal pada akhir tahun 1960-an yang pengadopsiannya dipelopori oleh British Airways. Setelahnya, konsep ini semakin dikenal luas dan mulai diterapkan oleh berbagai perusahaan di berbagai industri seperti akomodasi, sewa mobil, dan juga restoran.Menerapkan konsep Manajemen Pendapatan pada bisnis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjual produk yang tepat kepada pelanggan yang tepat, di waktu yang tepat, dan untuk harga yang tepat. Hal ini dikarenakan Manajemen Pendapatan merupakan strategi dinamis yang dapat membantu mengoptimalkan produk dan harga yang dimiliki untuk nantinya mampu memaksimalkan pendapatan, terutama pertumbuhan perusahaan. Selain itu juga Manajemen Pendapatan merupakan alat untuk memperkirakan hasil dengan mencocokkan antara pasokan barang yang dimiliki dengan permintaan yang ada di pasar terhadap barang tersebut dengan cara melakukan pembagian pelanggan menjadi beberapa kelompok yang berbeda berdasarkan perilakunya.

Cara Kerja Manajemen Pendapatan

Secara umum, proses penerapan konsep Manajemen Pendapatan terdiri dari 4 proses menurut Talluri dan Rizn (2005) dalam Jerenz (2008):

  1. Pengumpulan Data

Tahap awal yang harus dilakukan ketika menerapkan Manajemen Pendapatan adalah melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk mengetahui hal-hal dasar seperti harga yang akan diterapkan dengan mempertimbangkan harga yang diinginkan oleh pelanggan serta setelah membandingkan dengan pemain lain di pasar, seberapa banyak permintaan atas produk yang akan dijual, dan faktor apa saja yang menyebabkan munculnya permintaan tersebut.

  1. Estimasi dan Perkiraan

Setelah terkumpulnya semua data yang diperlukan, data-data tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan estimasi dan perkiraan akan permintaan di masa depan untuk produk yang akan dijual. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui model produk seperti apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen dan memperkirakan seberapa banyak jumlah permintaan pelanggan akan produk tersebut nantinya. 

  1. Optimasi

Pada tahap ini, proses yang dilakukan adalah untuk menemukan strategi yang tepat setelah mendapatkan hasil dari estimasi dan perkiraan serta data yang telah terkumpul. Tahap ini akan memberikan ide strategi seperti apa yang dapat mengoptimalkan penjualan.

  1. Kontrol

Melakukan kontrol terhadap penjualan agar menjadi optimal salah satunya dengan mengawasi sistem distribusi.Setelah memahami dengan lebih baik mengenai apa itu Manajemen Pendapatan serta empat proses yang harus dilakukan untuk menerapkan konsep tersebut pada bisnis, dapat dipahami bahwa Manajemen Pendapatan digunakan dengan tujuan untuk melakukan estimasi serta perkiraan yang dibutuhkan oleh bisnis untuk mengoptimalkan penjualan dan pendapatannya.Manajemen Pendapatan bisnis juga dapat dilakukan dengan Laba Akrual dan Laba Riil. Biasanya, perusahaan akan melakukan perekayasaan laba dengan pola menaikkan laba pada saat laba perusahaan sedang mengalami penurunan. Perekayasaan laba juga akan dilakukan ketika perusahaan akan melakukan pelaporan pajak dimana perusahaan akan menurunkan laba perusahaannya dengan tujuan untuk dapat membayar pajak dengan jumlah yang lebih sedikit.

Mengatur Pendapatan dengan Laba Akrual

Apa itu Laba Akrual? Laba Akrual merupakan tindakan perekayasaan keuntungan yang akan didapat melalui aktivitas akrual seperti metode akuntansi. Akrual adalah metode pada akuntansi dimana pencatatan atas penerimaan dan pengeluaraan akan dicatat ketika transaksi terjadi. Metode ini tidak melakukan pencatatan ketika uang kas atas transaksi-transaksi yang dilakukan diterima atau dibayarkan oleh pihak lain. Secara teknis, akrual merupakan selisih antara laba dengan kas.Munculnya akrual pada umumnya muncul karena aturan-aturan akuntansi seperti depresiasi, cadangan kerugian dan sebagainya. Keputusan atas aturan-aturan akuntansi ini dibuat oleh manajemen perusahaan. Alhasil, muncullah dua istilah yaitu diskresioner dan nondiskresioner. Akrual Diskresioner muncul karena kebijakan manajemen perusahaan yang berkaitan dengan keadaan ekonomi perusahaan. Sedangkan nondiskresioner merupakan akrual yang hasilnya dapat dijelaskan berdasarkan keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya, ketika aset perusahaan semakin besar maka akrual terkait aset tersebut juga akan semakin besar. Apabila model akrual nondiskresioner yang digunakan adalah versi Jones (1991), maka ada 3 kondisi ekonomi perusahaan yang mempengaruhi akrual nondiskresioner yang perlu diketahui, yaitu aset, perubahan pendapatan, dan Property, Plant, and Equipment (PPE).Manajemen Laba Akrual biasanya akan diukur melalui jangka pendek dan jangka panjang dari akrual diskresioner. Contohnya, Perusahaan Y memiliki rata-rata cadangan kerugian piutang sekitar 10%. Apabila piutang Perusahaan Y mengalami kenaikan atau penurunan sebesar Rp 20 miliar maka hal ini juga akan berdampak pada naik atau turunnya cadangan piutang Perusahaan Y.Akan tetapi terkadang manajemen perusahaan memiliki kebijakannya tersendiri yang membuat keputusan terkait akrual tidak sesuai dengan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya seperti pada kasus nyata Luscent Technologies. Perusahaan ini membuat biaya kerugian piutang yang dialaminya menjadi sebesar $192 juta pada kuartal pertama 2002 padahal angka yang seharusnya adalah sebesar $750 juta. Tentunya dengan kondisi perekonomian perusahaan yang memburuk, akan tampak tidak masuk akal apabila kerugian piutan Luscent justru semakin mengecil secara signifikan. Dari contoh ini, kita bisa mengetahui bahwa inilah yang dimaksud dengan akrual diskresioner dan akrual tidak berhubungan dengan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya melainkan muncul karena kebijakan dari manajemen perusahaan.Jika dilihat dari sisi operasional dalam riset akuntansi, akrual diskresioner merupakan sebuah error term yang muncul dalam akrual total. Akrual Total merupakan keseluruhan akrual yang muncul (laba dikurangi kas) dalam satu periode waktu.

Mengatur Pendapatan dengan Laba Riil

Manajemen Riil adalah tindakan manipulasi laba melalui aktivitas-aktivitas riil. Apabila pada Manajemen Laba Akrual diukur dengan jangka pendek dan jangka panjangnya akrual diskresioner, maka Manajemen Laba Riil biasanya diukur dengan arus kas operasi abnormal atau disebut juga Abnormal CFO, biaya produksi abnormal atau Abnormal Production Cost, dan biaya diskresioner abnormal atau yang sering disebut juga dengan Abnormal Discretionary Expenses.Jika melihat hasil dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, manajer cenderung untuk melakukan manajemen laba dengan laba riil dibandingkan dengan laba akrual. Hal ini dikarenakan aktivitas riil dianggap dapat menangkap pengaruh riil lebih baik serta akan lebih sulit untuk dideteksi oleh auditor.Mengutip dari pemikiran Roychowdhury (2006), manajemen laba riil adalah tindakan manajemen yang tidak sesuai dengan praktek bisnis yang normal dilakukan dimana bertujuan untuk mencapai target laba yang diinginkan oleh perusahaan tersebut. Adapun tiga cara melakukan manajemen laba riil, yaitu:

  1. Manipulasi Penjualan

Cara ini dilakukan dengan meningkatkan penjualan sementara pada periode tertentu dengan memberikan diskon harga produk yang dijual secara berlebihan agar dapat meningkatkan volume penjualan dan laba pada periode tersebut dengan mengasumsikan margin dari laba yang diterima positif. Akan tetapi perlu diketahui adalah cara ini akan menurunkan aliran kas pada periode tersebut.

  1. Penurunan Beban-Beban Diskresioner

Perusahaan dapat melakukan cara ini dengan menurunkan beban pengeluaran untuk hal-hal yang tidak berpengaruh secara langsung pada pendapatan dan laba, seperti penelitian dan pengembangan, iklan, penjualan, dan administrasi.

  1. Produksi yang Berlebihan

Cara yang ketiga adalah dengan memproduksi lebih banyak produk yang akan dijual dengan asumsi bahwa dengan meningkatkan jumlah produksi, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya per unit produk akan lebih rendah sehingga laba yang diterima akan semakin besar.Itulah beberapa cara yang dilakukan untuk manipulasi aktivitas riil agar dapat mencapai laba sedikit diatas nol. Berdasarkan dari hasil survey yang dilakukan oleh Graham dkk (2005) dengan responden manajer, sebesar 78% dari total 401 manajer yang berpartisipasi dalam survei tersebut mengakui bahwa mereka lebih bersedia untuk terlibat dalam manajemen laba riil jika dibandingkan dengan laba akrual untuk mencapai target laba perusahaan.


You Might Also Like