Mengenal Situasi Pent-Up Demand dalam Bisnis

mengenal_situasi_pent_up_demand_dalam_bisnis

Dalam kegiatan bisnis, perusahaan pasti akan sangat memperhatikan permintaan (demand). Hal yang paling dasar untuk dijaga adalah keseimbangan antara supply (penawaran) dan demand (permintaan). Kondisi keseimbangan antara keduanya dipercaya bisa menciptakan stabilitas bisnis. Tetapi tentunya, berbisnis berkaitan erat dengan keinginan mendapat permintaan yang tinggi. Dalam kondisi yang diharapkan, tingginya permintaan pasar akan membuat perusahaan bisa meraup keuntungan lebih. Tentunya hal itu bisa terjadi asalkan perusahaan mampu memenuhi semua permintaan tersebut.Namun, bagaimana jika kondisinya tidak biasa dimana permintaan yang tinggi terjadi secara tiba-tiba? Dalam ilmu bisnis, kondisi seperti ini disebut sebagai pent-up demand. Lantas apa itu pent-up demand dalam bisnis dan seperti apa contohnya? Artikel kali ini akan membahasnya.

Mengenal Pent-Up Demand

Dalam dunia bisnis, pent-up demand merujuk pada kondisi dimana permintaan akan suatu produk atau layanan meningkat secara drastis dan cenderung tiba-tiba. Dinamakan pent-up demand karena permintaan yang tinggi tersebut mengacu karena adanya keinginan terpendam (pent-up) akibat berbagai alasan. Bagi banyak ekonom, istilah ini sendiri menggambarkan kembalinya masyarakat secara umum ke kebiasaan konsumerisme setelah adanya kondisi pengeluaran yang menurun.Berdasarkan pengertian diatas, setidaknya ada 2 hal yang menjadi ciri dari pent-up demand, yaitu sebagai berikut.

  • Pent-up demand mengacu pada peningkatan pesat atas permintaan suatu produk atau jasa.
  • Biasanya, pent-up demand terjadi setelah periode pengeluaran masyarakat umum yang melemah.

Seperti yang sudah disebutkan, pent-up demand umumnya terjadi setelah penurunan permintaan. Alasan penurunan permintaan itu sendiri biasanya karena kondisi pelemahan ekonomi seperti akibat resesi atau depresi. Kondisi tersebut menyebabkan konsumen cenderung menunda pembelian barang atau jasa karena menganggap adanya keperluan yang lebih penting termasuk untuk menabung.Secara agregat, permintaan sebenarnya tidak akan pernah berhenti. Hanya saja masyarakat lebih memilih untuk menunda permintaan atau pembelian ketika kondisi keuangan tidak baik. Pembeli akan kembali melakukan pembelian setelah mereka memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi harga yang diminta penjual. Penundaan inilah yang menyebabkan adanya istilah permintaan terpendam.Sedangkan dalam siklus ekonomi konvensional, permintaan yang terpendam terjadi seiring dengan tingkat penghematan uang.  Layaknya sebuah hasrat akan suatu barang, maka konsumen akan melepaskan keinginan terpendamnya sehingga membelanjakan lebih banyak. Hal ini beriringan dengan tingkat tabungan yang justru menurun di bawah normal.Terkait dengan pent-up demand pula, umumnya barang yang ditahan pembeliannya merupakan barang yang bersifat tahan lama. Sebagai contoh adalah mobil. Mobil tergolong barang tahan lama karena juga membutuhkan perawatan. Namun, oleh karena sebelumnya terjadi penahanan pembelian, maka semakin kuat pula keinginan untuk membelinya. Bahkan seringkali kondisi ini terjadi tidak hanya untuk satu barang, melainkan beberapa. Alhasil, akan terjadi lonjakan pengeluaran ketika pent-up demand terjadi.

Proses Terjadinya Pent-Up Demand 

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, tampak bisa dibuat alur proses bagaimana pent-up demand bisa terjadi. Proses ini diawali dari kondisi ekonomi yang jatuh atau melemah seperti resesi, depresi, atau lock down. Oleh karena kondisi yang tidak biasa ini, maka konsumen cenderung menunda pembelian atas barang atau jasa yang bisa ditunda. Hal itu dilakukan tentunya agar bisa melakukan penghematan dan untuk menabung agar terhindar dari kesulitan ekonomi yang lebih buruk. Penundaan pembelian menyebabkan permintaan akan suatu barang atau jasa menjadi rendah.Setelah kondisi membaik dan ekonomi bangkit kembali, maka dimulailah pent-up demand yang dimaksudkan. Konsumen secara kolektif akan mulai melakukan pengeluaran terhadap hal-hal yang sebelumnya ditangguhkan. Mengapa bisa ditangguhkan? Karena barang atau jasa itu bersifat pengeluaran diskresioner.Pengeluaran diskresioner merupakan pengeluaran yang tanpa keberadaannya maka kehidupan rumah tangga atau bisnis masih bisa bertahan. Dalam bahasa yang umum dikenal, pengeluaran ini mengacu pada keinginan, bukan kebutuhan. Contoh dari pengeluaran diskresioner adalah barang mewah atau hiburan.

Mengukur Pent-Up Demand

Mengukur pent-up demand secara akurat bukanlah hal yang mudah. Namun salah satu metode yang terbilang paling mendekati adalah dengan melihat usia rata-rata stok barang. Usia rata-rata akan suatu barang sendiri dinilai berdasarkan pola konsumsi dan depresiasi untuk beberapa jenis barang. Secara umum, usia rata-rata ini cenderung stabil namun akan meningkat ketika kondisi resesi atau kesulitan ekonomi terjadi.

Contoh Kondisi Pent-Up Demand

Setelah membaca penjelasan di atas, pasti Anda bisa membayangkan contoh dari pent-up demand ini. Tak perlu jauh-jauh, kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi tahun 2020 ini sangat relevan untuk dijadikan contoh. Oleh karena adanya pandemi yang menyebabkan lockdown aktivitas masyarakat hingga pembatasan mobilitas, menyebabkan ekonomi anjlok. Kondisi ini bahkan tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan ke seluruh dunia. Terbayang bagaimana kondisi ini menyebabkan masyarakat secara umum lebih memilih menjaga pemasukannya untuk tidak melakukan pengeluaran terhadap barang dan jasa yang tidak begitu penting.Meskipun belum benar-benar berakhir, tetapi adanya pelonggaran lockdown berupa diperbolehkannya aktivitas di luar, menjadikan masyarakat tiba-tiba menyukai kegiatan  bersepeda. Selera konsumen yang terbilang baru ini menjadi akibat dari permintaan terpendam akan kegiatan diluar rumah yang selama lockdown tidak bisa terpenuhi. Pada akhirnya, bersepeda menjadi tren yang menyebabkan permintaan sepeda menjadi sangat tinggi. Bahkan karena sudah melebihi kemampuan dalam negeri, permintaan sepeda dari Indonesia juga banjir di negara eropa. Kondisi permintaan drastis secara tiba-tiba terhadap produk sepeda inilah yang merupakan salah satu contoh nyata dari Pent-up demand.Apa akibat dari pent-up demand ini terhadap penjualan? Layaknya hukum ekonomi, ketika permintaan meningkat maka harga akan meningkat pula. Ini artinya, penjual yang melakukan kegiatan bisnisnya bisa menawarkan harga yang lebih tinggi dibanding waktu normal. Dari segi pembeli, meningkatkan harga juga bisa tidak berpengaruh karena rasa ingin yang sudah lama terpendam menyebabkan faktor harga tidak begitu diperhitungkan selagi masih dianggap wajar. Ini pula yang terjadi pada contoh sepeda di atas. Bisa dilihat bahwa harga sepeda di pasaran menjadi sangat tinggi, terutama untuk merek tertentu yang menjadi tren.Demikianlah penjelasan tentang pent-up demand dalam bisnis. Kondisi pent-up seperti ini bisa dikatakan menciptakan siklus aktivitas ekonomi yang meningkat. Artinya, secara ekonomi hal ini baik guna menjaga permintaan sehingga pemulihan ekonomi lebih cepat tercapai.


You Might Also Like