Setiap perusahaan tentu memiliki aset penunjang kegiatan usaha. Khususnya aset-aset jangka panjang dengan umur bertahun-tahun. Selama penggunaannya, aset-aset perusahaan akan disusutkan nilainya. Proses penyusutan dikenal dengan depresiasi. Dalam artikel ini, depresiasi akan dibahas secara rinci mulai dari pengertian, karakteristik, faktor, dan tiga metode depresiasi yang bisa diterapkan perusahaan. 

Apa itu Depresiasi?

Sebelum membahas metode depresiasi, ada baiknya bila kita memahami terlebih dahulu pengertian atau definisi dari depresiasi. Secara sederhana, depresiasi diartikan sebagai penyusutan nilai dari peralatan, perlengkapan, gedung, pabrik, atau jenis aktiva tetap perusahaan lainnya. Ketika suatu aset mengalami penyusutan, maka nilai buku atau biaya asli dari aset tersebut akan berkurang sekaligus menjadi beban perusahaan. Hal ini karena beban penyusutan akan masuk ke dalam income statement yang mana mempengaruhi penghitungan laba bersih perusahaan. Itulah mengapa, memahami depresiasi penting bagi perusahaan dengan perannya yang cukup vital dalam siklus akuntansi. 


Walaupun depresiasi merupakan proses penyusutan nilai aktiva tetap perusahaan, tidak semua penurunan nilai seperti nilai harga termasuk dalam lingkup depresiasi. Untuk itu, berikut ini adalah lima karakteristik utama depresiasi yang wajib kamu ketahui:

  1. Ketika sebuah aktiva tetap perusahaan di depresiasi, maka nilai asli aktiva tersebut tidak dapat dikembalikan seperti semula. Hal ini karena depresiasi merupakan penurunan nilai aset tetap secara permanen sesuai dengan umur ekonomisnya. 

  2. Depresiasi adalah proses penyusutan aktiva secara bertahap, berkala, dan berkesinambungan dimana nilai aset berkurang baik saat aktiva digunakan atau tidak sekalipun karena penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomisnya.

  3. Walau depresiasi adalah proses pengurangan nilai buku aset, depresiasi juga adalah proses pengalihan biaya aset untuk mengefektifkan waktu penggunaannya. 

  4. Walau depresiasi dapat mengurangi nilai buku, namun depresiasi tidak dapat mengurangi atau memengaruhi nilai pasar aset. Harga penjualan aset berdasarkan nilai pasar bukan nilai buku. 

  5. Depresiasi khusus diberlakukan untuk aktiva tetap yang berwujud seperti peralatan, pabrik, gedung, dll. Sedangkan untuk aktiva yang tidak berwujud seperti Paten, hak cipta, dll diberlakukan Amortisasi. Untuk penyusutan nilai sumber-sumber alam seperti tambang, dll diberlakukan istilah Deplesi. 

Faktor Depresiasi

Besar kecilnya biaya penyusutan suatu aktiva tetap dalam periode yang telah ditentukan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu biaya perolehan, perkiraan umur ekonomis, dan perkiraan nilai residu yang ditetapkan oleh perusahaan:

  1. Biaya Perolehan atau Acquisition Cost

Biaya perolehan atau juga disebut biaya akuisisi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memiliki aset secara sah. Mulai dari harga pembelian, biaya transportasi, biaya pemasangan, bea masuk, dan biaya lain-lain terkait aset tersebut. Besar kecilnya biaya perolehan secara tidak langsung mempengaruhi biaya penyusutan per bulan, per tahun, atau per periode yang ditentukan perusahaan.


  1. Perkiraan Umur Ekonomis atau Estimated Economical Life Time

Faktor kedua adalah umur ekonomis sebuah aset. Ketika aset memiliki umur ekonomis dengan masa manfaat yang cukup lama maka penyusutannya akan lebih kecil ketimbang umur ekonomis yang pendek. Biasanya umur ekonomis dinyatakan dalam bentuk unit atau jangka waktu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun.


  1. Perkiraan Nilai Residu atau Estimated Residual Value of Asset

Faktor terakhir adalah nilai residu atau nilai sisa dari sebuah aset. Perusahaan dapat menentukan perkiraan nilai residu aset atau bahkan tidak menyisakan nilai residu sama sekali. Ketika nilai residu adalah 0 maka aset digunakan hingga usang sehingga saat dijual atau tidak digunakan kembali nilai yang dapat direalisasi adalah 0. Sedangkan, bila nilai residu ditentukan sebesar 1 juta, maka biaya perolehan akan dikurangi Rp. 1 juta terlebih dahulu sebelum mencari biaya penyusutan aset tersebut. 

Jenis Metode Depresiasi

Dalam dunia akuntansi dan bisnis, terdapat tiga metode depresiasi yang lumrah digunakan. Mulai dari Garis Lurus, Beban Menurun, dan Metode Aktivitas. Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing dan perusahaan bebas memilih metode mana yang paling cocok dengan bisnisnya. 

  1. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus atau straight line method adalah metode yang paling sering digunakan dalam akuntansi. Selain mudah, teknik penghitungannya juga sangat sederhana. Penyusutan difokuskan pada waktu bukan dari fungsi penggunaannya. Namun, nilai depresiasi dari metode ini sering dianggap tidak realistis karena selalu sama setiap tahun. Rumus metode garis lurus cukup sederhana yaitu, 

Biaya Penyusutan=Biaya Perolehan-Nilai ResiduUmur Ekonomis


  1. Metode Beban Menurun

Metode Beban Menurun atau juga disebut sebagai Decreasing Balance Method adalah metode penyusutan dengan biaya penyusutan lebih tinggi di periode awal dan semakin rendah di periode selanjutnya. Metode Beban Menurun memiliki dua bagian lagi yaitu Metode Tahun Menurun dan Metode Saldo Menurun. Dasar perbedaannya terletak pada bagian yang diturunkan, yaitu tahun dan saldo. Berikut ini ulasannya:

  1. Metode Tahun Menurun

Metode tahun menurun menggunakan angka tahun untuk mengetahui besarnya beban penyusutan setiap tahun. Metode ini menggunakan pecahan penyusutan untuk mengetahui depresiasi aset perusahaan. Contoh di bawah adalah menjelaskan aset seharga 150 juta dengan umur ekonomis selama 5 tahun. 

Ketika tahun pertama, menentukan “pecahan penyusutannya” adalah dengan mengurangi 5 tahun dengan 0 karena pemakaian belum mencapai satu tahun. Tahun kedua, 5 tahun dikurangi 1 karena pemakaian sudah berlangsung selama satu tahun, menjadi 4. Kemudian tahun ketiga, 5 tahun dikurangi 2 karena pemakaian sudah berlangsung selama dua tahun menjadi 3, dan seterusnya. Tahun tersebut dijumlahkan menjadi 5+4+3+2+1 sehingga sama dengan 15 dan menjadi penyebut pecahan. Sedangkan pembilang menurun tahun demi tahun.

Tahun

Harga Perolehan

Pecahan Penyusutan

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku Akhir Tahun

1

150.000.000

5/15

50.000.000

50.000.000

100.000.000

2

150.000.000

4/15

40.000.000

90.000.000

60.000.000

3

150.000.000

3/15

30.000.000

120.000.000

30.000.000

4

150.000.000

2/15

20.000.000

140.000.000

10.000.000

5

150.000.000

1/15

10.000.000

150.000.000

0


  1. Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun menggunakan kelipatan dua dari metode garis lurus dalam bentuk persen. Misalnya, ketika aset berumur 5 tahun, maka setiap tahun akan terjadi penyusutan sebesar 20%. Dalam metode saldo menurun, 20% digandakan menjadi 40%. Contohnya adalah sebagai berikut:

Tahun

Harga Perolehan

*NB Awal Tahun

Pecahan Penyusutan

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

*Nilai Buku Akhir Tahun

1

150.000.000

150 jt

40%

60.000.000

60.000.000

90.000.000

2

150.000.000

90 jt

40%

36.000.000

96.000.000

54.000.000

3

150.000.000

54 jt

40%

21.600.000

117.600.000

32.400.000

4

150.000.000

32,4 jt

40%

12.960.000

130.560.000

19.440.000

5

150.000.000

19,44 jt

-

19.440.000

150.000.000

0


Harga perolehan dikalikan 40% terlebih dahulu dan menghasilkan 60.000.000 sebagai biaya penyusutan di tahun pertama. Kemudian, 150.000.000 dikurangi 60.000.000 untuk menemukan Nilai Buku Akhir Tahun sebesar 90.000.000. Nilai Buku Akhir Tahun di tahun pertama menjadi Nilai Buku Awal Tahun di tahun kedua dan menggunakan metode penghitungan yang sama seperti tahun sebelumnya. 

  1. Metode Aktivitas

Metode terakhir adalah metode aktivitas atau metode yang berlandaskan unit penggunaan atau produksi. Metode ini mudah diukur karena berdasarkan unit yang diproduksi atau jam jasa yang digunakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan misalnya dalam satu minggu, satu bulan, atau satu tahun. 


Contoh, PT.Happier membeli aset sebesar Rp.150.000.000 dan taksiran jumlah jam jasanya sebagai umur ekonomis adalah 100.000 jam. Itu berarti, dalam satu jam, biaya depresiasinya adalah 150.000.000 dibagi dengan 100.000 jam yaitu Rp.1.500/jam. Bila dalam tahun pertama aset digunakan selama 10.000 jam, maka biaya penyusutannya adalah Rp.15.000.000 (10.000 x Rp.1500).


Itulah ulasan singkat tentang metode depresiasi akuntansi dan bisnis. Setiap aset atau aktiva tetap perusahaan harus dikalkulasikan biaya penyusutannya sehingga perusahaan tahu nilai buku dari setiap aset. Walaupun terdapat tiga metode depresiasi yang lazim digunakan, perusahaan dapat menggunakan berbagai metode sekaligus sehingga cocok dengan preferensi perusahaan. Semoga artikel ini bermanfaat!