Pahami Metode Stok Barang FIFO dan Jenis Lainnya

pahami_metode_stok_barang_fifo_dan_jenis_lainnya

Jika kita mendengar kata FIFO, pasti yang terbayang adalah brand suatu smartphone yang terkenal dan banyak di pasaran saat ini. Tentunya ini yang mungkin dibayangkan oleh seseorang yang masih awam atau belum akrab dengan istilah FIFO. Namun, sebenarnya FIFO merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk melakukan stok barang.Penggunaan metode FIFO untuk menghitung stok barang dalam akuntansi merupakan salah satu dari beberapa metode yang bisa pelaku usaha gunakan dan disesuaikan berdasarkan kepentingan serta jenis perusahaannya. Metode-metode yang paling sering digunakan untuk melakukan pencatatan atau perhitungan atas stok barang diantaranya adalah metode LIFO (Last In First Out), FIFO (First In First Out) serta Average.Persediaan barang atau stok barang merupakan total keseluruhan barang atau produk yang perusahaan miliki yang ditujukan untuk kembali dijual atau digunakan dalam operasional perusahaan sehari-hari.Selain ketiga metode diatas, ada pula sistem pencatatan akuntansi persediaan yang dapat digunakan yang terdiri dari dua sistem, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik). Pemilihan untuk menggunakan salah satu dari kedua sistem pencatatan ini bisa bergantung pada kebijakan perusahaan.Tak sedikit perusahaan atau pelaku usaha yang hanya berasumsi tentang mekanisme cost atau biaya pada persediaan yang masuk dan keluar perusahaan. Asumsi atas aliran dana atau biaya persediaan wajib disesuaikan dengan standar yang berlaku serta sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima UMUM (PABU).Oleh karena itu, kita akan membahas lebih detail mengenai metode stok barang apa saja yang dapat digunakan dan apa saja perbedaan dari masing-masing metode tersebut seperti berikut di bawah ini.

Metode FIFO (First In First Out)

Metode yang pertama ada metode FIFO atau juga di First In First Out. Seperti yang sudah dapat ditebak dari nama metodenya, metode pencatatan dengan FIFO (First In First Out) berarti masuk pertama keluar pertama. Artinya, produk atau barang yang masuk ke dalam gudang perusahaan akan dijual pertama.Metode FIFO (First In First Out) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan HPP (Harga Pokok Penjualan) dengan asumsi bahwa produk atau barang yang telah terjual atau keluar dari perusahaan merupakan produk yang berada paling lama di dalam gudang atau inventaris.Biaya yang dihabiskan untuk produk terlama tersebutlah yang akan digunakan dalam perhitungan nantinya. Dengan kata lain, metode FIFO menghapus produk atau barang yang masuk paling awal dari catatan akun persediaan setiap adanya penjualan. Contohnya, bisnis yang Anda geluti adalah kue basah. Maka dari itu, kue yang akan dijual duluan adalah kue yang masuk paling pertama ke dalam toko. Perhitungan biaya kue yang terjual paling pertama inilah yang akan dijadikan sebagai harga pokok penjualan.Metode FIFO adalah metode yang paling populer untuk digunakan dalam melakukan pencatatan stok barang. Perusahaan yang cocok untuk menggunakan metode ini adalah perusahaan yang kegiatan utamanya menjual produk atau barang yang memiliki kadaluarsa.Kelebihan Metode FIFOAdapun kelebihan dari penggunaan metode FIFO adalah:

  • Nilai atau total jumlah dari stok barang ditampilkan dengan baik dan akurat pada laporan posisi keuangan.
  • Memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Kekurangan Metode FIFOSedangkan untuk kekurangan dari menggunakan metode FIFO adalah:

  • Keuntungan lebih besar sama dengan pajak yang harus dibayarkan pun menjadi lebih besar.
  • Keuntungan yang didapat bisa jadi kurang akurat.

Perusahaan yang Cocok Menggunakan FIFOApabila menilik dari proses operasionalnya, ada dua perusahaan yang dapat disebut, yaitu perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.Pada perusahaan manufaktur sendiri pada umumnya membagi stok barang ke dalam tiga kategori, yaitu barang baku, barang proses, dan barang jadi.

Metode LIFO (Last In First Out)

Metode yang kedua ada metode LIFO (Last In First Out). Artinya, barang yang masuk terakhir akan dikeluarkan atau dijual lebih dulu dan sebaliknya, barang yang masuk pertama ke gudang akan dikeluarkan terakhir.Pada metode ini, total jumlah stok akhir barang akan dilihat dari berapa banyak stok barang yang masuk di awal.Pada metode LIFO, diasumsikan bahwa aliran dari biaya stok barang yang keluar berkebalikan dengan urutan terjadinya biaya. Selain itu, harga beli terakhir akan dibebankan atau dilimpahkan pada operasional dalam periode inflasi yang membuat keuntungan yang dihasilkan dan pajak yang harus dibayarkan pun lebih kecil.Akan tetapi, menurut PSAK 14, penggunaan metode LIFO sudah tidak diperbolehkan. Sama dengan metode FIFO, metode LIFO pun memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, diantaranya sebagai berikut.Kelebihan Metode LIFOKelebihan dari metode LIFO adalah:

  • Memberikan kemudahan untuk membandingkan antara biaya saat ini dengan pendapatan sekarang.
  • Adanya kenaikan harga membuat harga barang menjadi konservatif
  • Keuntungan yang dihasilkan selama operasional tidak terpengaruh oleh kerugian maupun keuntungan yang didapat dari fluktuasi harga.
  • Jumlah pajak yang harus dibayarkan lebih kecil

Kekurangan Metode LIFOSedangkan untuk kekurangan dari metode ini adalah:

  • Keuntungan yang didapat oleh bisnis tergolong lebih rendah
  • Karena kerumitan penggunaan metodenya, biaya pembukuan yang dikeluarkan menjadi lebih mahal.
  • Aliran stok barang yang sesungguhnya bisa jadi sangat berbeda

Metode Average

Yang terakhir ada metode Average atau yang juga biasa dikenal dengan metode rata-rata tertimbang. Pada metode Average, biaya stok persediaan untuk dijual dan jumlah barang yang tersedia dibagi, sehingga beban pokok penjualan dan persediaan akhir yang tersedia bisa dihitung dengan menggunakan harga rata-rata. Metode average merupakan kombinasi dari metode FIFO dan LIFO.Karena metode average merupakan titik tengah dari metode FIFO dan LIFO, kekurangan dan kelebihannya pun berada diantara kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh kedua metode tersebut.Dengan menggunakan metode average, perusahaan akan mengeluarkan atau menjual stok barang atau produk yang tersedia di gudang tanpa memikirkan barang atau produk yang mana yang masuk lebih dulu atau yang paling terakhir.

Cara Menghitung Stok Barang dengan Metode FIFO

Setelah memahami apa FIFO serta kelebihan dan kekurangannya, berikut ini merupakan contoh dari bagaimana cara menghitung persediaan barang yang dimiliki dengan menggunakan metode FIFO.Pada awal tahun, perusahaan CV Kue Basah Ibu, memiliki stok awal produk dan sepanjang tahun tersebut, tentunya perusahaan membeli dan menjual produk. Di akhir tahun, perusahaan harus melakukan pencatatan atas pergerakan inventaris tersebut.Kue basah milik CV Kue Basah Ibu dibuat dalam tiga gelombang sepanjang tahun tersebut. Adapun untuk jumlah dan biaya yang dikeluarkan pada setiap gelombangnya yaitu:Gelombang I: 1.500 kue basah dengan biaya Rp3.000.000Gelombang II: 1.200 kue basah dengan biaya Rp2.500.000Gelombang III: 1.700 kue basah dengan biaya Rp3.300.000Total kue basah yang diproduksi sepanjang tahun adalah 4.400 kue basah dengan biaya sebesar Rp8.800.000 dimana biaya rata-rata untuk menghasilkan satu kue basah adalah RP2.000. Unit biaya dari setiap gelombang produksi adalah:Gelombang I: Rp3.000.000/1.500 kue basah = Rp2.000Gelombang II: Rp2.500.000/1.200 kue basah = Rp2.083Gelombang III: Rp3.300.000/1.700 kue basah = Rp1.941Tahun ini, CV Kue Basah Ibu berhasil menjual sebanyak 3.500 kue basah dari total 4.400 kue basah yang diproduksi. Untuk mengetahui biaya dari produk yang terjual dengan menggunakan metode FIFO, pemilik usaha harus mengasumsikan bahwa produk yang terjual adalah produk yang paling pertama masuk. Sehingga, perhitungan untuk 3.400 kue basah yang terjual yaitu:

  • 1.500 kue basah dari gelombang I seharga masing-masing Rp2.000 terjual lebih dulu dengan total Rp3.000.000.
  • 1.200 kue basah dari gelombang II seharga masing-masing Rp2.083 terjual dengan total Rp2.499.600.
  • 700 kue basah dari gelombang II seharga masing-masing Rp1.941 terjual dengan total Rp1.358.700.

Total pendapatan yang dihasilkan dari terjualnya 3.400 kue basah adalah sebesar Rp6.858.300. Total inilah yang ditetapkan sebagai biaya pokok produksi. 


You Might Also Like