Pengertian dan Perbedaan Buffer Stock dan Threshold stock dalam Persediaan Barang di Bisnis Anda

pengertian_dan_perbedaan_buffer_stock_dan_threshold_stock_dalam_persediaan_barang_di_bisnis_anda

Bagi pelaku bisnis manufaktur, persediaan barang menjadi hal penting. Barang menjadi elemen bahan baku yang artinya jika ada kekurangan maka akan mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Dampaknya tentu besar karena seolah menjadi efek domino bagi proses produksi.Berkaitan dengan persediaan barang tersebut, dikenal dua istilah yaitu Buffer stock dan Threshold Stok. Apa maksud dari kedua istilah ini dan apa saja perbedaannya? Artikel kali ini akan membahas hal tersebut.

Pengertian Buffer Stock

Buffer jika diartikan adalah penyangga atau untuk menjaga. Oleh karena itulah, Buffer stock sering juga disebut safety stock. Ya, Buffer stock adalah stok barang yang disediakan untuk menjaga operasional produksi agar tetap berjalan sampai ada barang kembali yang masuk sebagai stok. Dengan kata lain, buffer stock dilakukan agar tidak terjadi stockouts atau kekurangan bahan baku. Perlu diingat bahwa pasokan dan permintaan seringkali mengalami ketidakpastian sehingga ‘berjaga-jaga’ adalah solusi terbaik.Terdapat tiga komponen dalam mempertimbangkan perlunya buffer stock, yaitu:

  1. Variasi Permintaan

Di pasar, permintaan sangat variatif. Jarang ditemui kasus permintaan yang selalu stabil tiap bulannya. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh pelaku bisnis. Bayangkan jika variasi permintaan semakin tinggi dari waktu ke waktu, maka resiko stock out semakin besar. Hal ini artinya faktor permintaan berbanding lurus dengan buffer stock yang harus disiapkan.

  1. Lead Time

Lead time adalah waktu antara pemesanan hingga barang dikirim ke konsumen. Waktu ini juga sifatnya variatif karena banyak faktor. Semakin besar lead time-nya maka semakin besar pula buffer stock yang dibutuhkan. Lead time sendiri terdiri dari beberapa macam tergantung dari perusahaan masing-masing, seperti lead time produksi, lead time transportasi, atau lead time inspeksi.

  1. Service Level

Service level adalah kemampuan perusahaan mentolerir permintaan konsumen. Sebagai contoh jika ada 100 permintaan, maka berapa banyak yang ditolerir untuk tidak bisa terpenuhi? Misalkan, ada 10 yang dirasa tidak bisa dipenuhi, maka itu artinya service level perusahaan adalah 90 persen. Idealnya memang 100 persen, namun kita tak bisa menutup mata karena artinya buffer stock-nya juga harus lebih besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus sudah menentukan service levelnya masing-masing.Lantas bagaimana cara mengukur buffer stock? Cara paling sederhana yang paling populer adalah dengan menghitung kebutuhan rata-rata bahan per minggu atau per bulan. Sebagai contoh sederhana, barang A lebih murah jika dibeli per box. Namun untuk mendapatkan satu box itu, dibutuhkan waktu 3 hari. Jika seminggu dibutuhkan 2 box barang A, maka buffer stock yang disiapkan adalah 2 box juga (di luar 2 box keperluan). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika pemasokan barang A lebih dari 3 hari, maka produksi tetap bisa berjalan.

Pengertian Threshold Stock

Threshold stock masih sangat berkaitan dengan buffer stock. Hal ini merupakan kelanjutan akan kapan waktu yang aman untuk melakukan pemesanan. Seperti artinya, threshold alias ambang batas, threshold stock merupakan batas jumlah stok yang menjadi tanda atau acuan agar segera melakukan pengisian stock termasuk buffer stock.Perlu diketahui bahwa tidak ada perhitungan pasti akan threshold stock ini. Setiap perusahaan harus bisa menyesuaikan kondisinya masing-masing. Namun ada baiknya, threshold stock lebih dari yang disediakan untuk buffer stock. Pada hakikatnya ini menjadi sejenis kontrol persediaan barang.

Perbedaan Buffer Stock dan Threshold Stock

Berdasarkan penjelasan akan pengertian dari buffer stock dan threshold stock di atas, bisa dilihat dengan jelas apa perbedaan keduanya. Buffer stock lebih menekankan pada banyaknya stok barang untuk menjaga dari kekurangan. Sedangkan Threshold Stock lebih menekankan pada batas persediaan barang yang tersimpan sebagai tanda bahwa harus memasukan stok baru.Secara sederhana, perbedaan ini bisa dipahami pada sebuah kondisi berikut. Anda memiliki bisnis makanan yang menggunakan bahan telur. Setiap hari, dibutuhkan rata-rata 100 butir telur. Namun karena pembeli tidak bisa dipastikan jumlahnya, maka Anda bisa melebihkan telurnya 20 butir menjadi 120 butir telur. Itulah yang disebut sebagai buffer stock. Di sisi lain, Anda juga bisa memperkirakan jika telur sudah habis 80 butir di sore hari. Itu menjadi tanda bahwa sebaiknya segera membeli telur lagi karena waktu berjualan masih panjang. Angka 80 butir telur itulah yang menjadi threshold stock.

Rumus Buffer Stock

Setelah mengetahui pengertian dan perbedaan dari buffer stock dan threshold stock, maka tak ada salahnya pula untuk Anda mengetahui bagaimana rumus dan perhitungan Buffer stock. Kembali lagi perlu diingat bahwa Threshold stock tidak memiliki rumus baku, sehingga tidak akan dibahas pada artikel ini.Sebelumnya sudah dibahas pula tiga komponen penentuan buffer stock. Berdasarkan ketiga komponen itu, didapat rumus dasar dari buffer stock yaitu sebagai berikut.Buffer stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) x Lead TimeContoh sederhananya adalah misalkan perusahaan X memperkirakan pemakaian maksimum dari bahan A perminggu adalah 100 kg. Sedangkan pemakaian rata-ratanya adalah 90 kg dengan lama lead time 2 minggu. Maka, perhitungan buffer stocknya adalah:Buffer stock = (100-90) x 2 = 10 x 2 = 20 kg.Jadi, perusahaan X harus menyediakan stok tambahan sekitar 20 kg agar proses produksi lebih aman.Contoh di atas adalah kasus sederhana. Untuk lebih akurat terutama bagi perusahaan-perusahaan besar, maka sebaiknya menggunakan data. Caranya adalah dengan mengumpulkan data deviasi tiap periodenya. Agar lebih paham, berikut contoh kasusnya.Perusahaan X memiliki data pemakaian barang dari bulan 1 sampai bulan 12.

BulanTaksiran PemakaianPemakaian RealDeviasiDeviasi Kuadrat
113010030900
212011010100
3130140-10100
4120130-10100
511010010100
612010020400
711011000
811010010100
9120130-10100
1011010010100
1112012000
1212010020400
Jumlah1.4201.340802.400

Berdasarkan data 12 bulan sebelumnya di atas, maka perusahaan X bisa mulai menghitung buffer stock untuk periode selanjutnya. Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut.

  1. Menghitung rata-rata deviasi, yaitu 80 dibagi 12 = 6,67
  2. Menghitung selisih total deviasi kuadrat dengan total deviasi dikuadratkan dibagi 12 bulan. Maka hasilnya = 2.400 – (80)2/12 = 2.400 – 533,34 = 1.866,67
  3. Hasil pada langkah-2, dibagi dengan n-1 atau 12-1 kemudian di akar kuadratkan. Maka hasilnya √ (– 1.866,67/11) = 13,03

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan tentang buffer stock dan threshold stock. Bagi perusahaan manufaktur, pemahaman tentang ketersediaan stok ini penting agar bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan. Oleh karena penting, maka pemanfaatan teknologi seperti software akuntansi dari Ukirama ERP sangat perlu diaplikasikan agar hasilnya lebih akurat.


You Might Also Like