Pengertian dan Perbedaan dari Joint Cost (Biaya Bersama) dengan Joint Product Cost (Biaya Produk Bersama)

pengertian_dan_perbedaan_dari_joint_cost__biaya_bersama__dengan_joint_product_cost__biaya_produk_bersama

Pada saat kita mengkonsumsi suatu makanan, seperti makanan ringan, adalah produk yang sering kita jumpai sehari-hari. Makanan ringan tersebut diproduksi secara masif di pabrik. Mari bayangkan secara singkat bagaimana makanan ringan tersebut diproduksi. Hal pertama yang dibutuhkan tentunya bahan baku. Bahan baku tersebut diolah di dalam pabrik sampai menghasilkan produk jadi berupa makanan, seperti keripik atau biskuit. Kemudian, makanan yang dihasilkan akan dikemas dengan kemasan yang menarik dan khas dengan merk masing-masing produk. Dari penjelasan singkat tersebut kita melihat bahwa dalam suatu proses produksi pasti akan timbul biaya-biaya yang harus dibayarkan.Dalam suatu produksi, ada dua jenis biaya yang timbul, yaitu joint cost (biaya bersama) dan joint product cost (biaya produk bersama).“Biaya bersama dan biaya produk bersama adalah dua hal yang berbeda.”Biaya bersama adalah seluruh biaya yang timbul untuk menghasilkan dua jenis produk atau lebih dimana proses produksi tersebut berjalan secara simultan. Penghitungan biaya ini dibatasi sampai dengan split of point (titik pemisahan) yang merupakan suatu waktu dimana produk utama dan produk sampingan (yang diproduksi secara bersama-sama) dapat dipisahkan. Produk yang dihasilkan dapat langsung dijual pada titik ini namun dapat juga diproses lebih lanjut sehingga dihasilkan produk yang lebih menguntungkan. Sebelum kita masuk ke definisi dari biaya produk bersama, kita perlu mengetahui terlebih dahulu definisi dari produk utama dan produk sampingan. Produk utama adalah produk yang dihasilkan secara bersama-sama dengan produk sampingan namun memiliki nilai atau kuantitas yang lebih besar daripada produk sampingan. Sementara itu, produk sampingan adalah produk yang walaupun proses produksinya berbarengan dengan produk utama, mempunyai harga jual yang relatif lebih rendah.Ada beberapa contoh produk bersama yang akan memudahkan kita untuk memahami definisi produk utama dan produk sampingan. Contoh pertama adalah penggilingan padi. Mesin akan menghasilkan beras serta sisanya yang dalam bentuk dedak. Beras dalam hal ini merupakan produk utama sedangkan dedak merupakan produk sampingan. Contoh berikutnya adalah pengilangan minyak bumi. Minyak akan dihasilkan namun akan ada sisa produk berupa aspal. Dalam kasus ini, minyak bumi merupakan produk utama sedangkan aspal merupakan produk sampingan.Berbeda dengan biaya bersama (joint cost), biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang timbul sejak awal proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya ini timbul selama pengolahan beberapa jenis produk. Kedua jenis produk tersebut dapat dibedakan berdasarkan sudut alokasinya. Alokasi biaya bersama dapat ditelusuri ke produk tertentu yang berarti kita bisa melakukan penelusuran aliran biaya tersebut dalam proses produksi. Disinilah perbedaan tersebut berada dimana pada biaya produk bersama, biaya dialokasikan untuk berbagai macam produk.Sesuai dengan definisi di atas, biaya bersama memang dialokasikan untuk suatu produk tertentu dan hal ini nantinya akan dicatat di dalam laporan keuangan. Dikarenakan kekhususan pengalokasiannya untuk produk tertentu, maka ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama:

  1. Metode unit fisik

Dalam metode unit fisik, alokasi biaya bersama pada produk yang dihasilkan didasarkan pada ukuran fisik. Ukuran-ukuran ini dapat dinyatakan dalam satuan seperti pon, ton, galon, ukuran papan, dan unit panas. Berikut ini contoh yang penghitungannya: jika suatu proses menghasilkan 300 pon produk A dan 700 pon produk B, maka produk A akan menerima alokasi biaya sebesar 30% sedangkan produk B akan menerima alokasi biaya sebesar 70%. Untuk menemukan rata-rata biaya unit, kita bisa membagi total biaya bersama dengan total keluaran.

  1. Metode rata-rata seimbang

Dalam metode unit fisik, hanya kuantitas barang yang dijadikan acuan dalam menentukan alokasi biaya. Padahal dalam proses produksi, ada beberapa faktor lain yang harus diperhitungkan juga, seperti kesulitan dalam memproduksi, waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi, dan perbedaan jenis tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Faktor-faktor tersebut akan diperhitungkan jika metode rata-rata seimbang digunakan. Faktor-faktor dan masing-masing bobot relatifnya akan dikombinasikan dalam nilai tunggal yang kemudian akan disebut faktor bobot.

  1. Alokasi biaya berdasarkan nilai pasar relatif

Pendekatan ini dianggap lebih unggul dibandingkan dengan metode unit fisik dan metode rata-rata seimbang. Mengapa? Karena pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak akan ada biaya yang timbul jika seluruh produk yang diproduksi menghasilkan pendapatan dan tingkat pengembalian (yang wajar) yang cukup untuk menutupi semua biaya. Hal ini konsisten dengan teori bahwa biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku dan biaya bersama lainnya dalam proses produksi barang berhubungan dengan nilai jual produk tersebut.

  1. Metode nilai jual terpisah

Alokasi biaya pada metode ini didasarkan pada nilai pasar atau penjualan suatu produk pada titik pemisahan. Maka, semakin tinggi nilai pasar dari suatu produk, semakin besar biaya yang dialokasikan bagi produk tersebut. Apakah mungkin terjadi alokasi dari masing-masing biaya bersifat konstan? Sangat mungkin. Hal tersebut akan terjadi selama harga jual pada titik pemisahan bersifat stabil atau fluktuasi harga produk-produk yang dihasilkan sinkron.

  1. Metode nilai realisasi bersih

Nilai pasar yang pada titik pemisahan adalah suatu nilai yang belum tentu sesuai dengan konsumen. oleh karena itulah pada metode ini digunakan nilai jual hipotesis yang diperoleh dengan mengurangi semua biaya produksi yang dapat dipisahkan dari nilai pasar. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat mengalokasikan biaya bersama secara merata dengan didasarkan pada bagian setiap produk pada dari nilai jual hipotesis.

  1. Metode persentase margin bruto konstan

Pada metode ini, biaya-biaya yang terjadi pada titik pemisahan dimasukkan juga ke dalam biaya keseluruhan yang berarti laba juga diharapkan dari bagian biaya ini. Metode ini juga mengalokasikan biaya bersama pada masing-masing produk yang akan menyebabkan persentase margin bruto yang sama.Rasio penjualan terhadap produksi.Metode rasio penjualan terhadap produksi akan mengalokasikan biaya bersama sesuai dengan faktor pembobot dimana faktor pembobot menunjukkan persentase penjualan dengan persentase produksi. Dengan demikian, produk dengan harga jual tertinggi akan memperoleh alokasi biaya bersama yang terbesar.


You Might Also Like