Prosedur Audit Persediaan Untuk Perusahaan Dagang

prosedur_audit_persediaan_untuk_perusahaan_dagang

Begitu banyak prosedur audit dan pendekatan yang bisa diambil auditor untuk melakukan pemeriksaan mendetil tentang persediaan yang nantinya akan dilaporkan pada manajemen dalam rangka membuat laporan keuangan. Persediaan yang dimaksud berupa aset kepemilikan sekarang ini. Persediaan, bisa juga disebut inventaris, bisa beragam sifatnya. Khusus untuk perusahaan dagang, persediaan yang maksud bisa berbentuk bahan mentah yang dibeli dari penyedia, proses produksi, dan barang jadi yang siap dijual atau dikirim. Pemahaman akan audit persediaan bisa membantu memahami alur stok barang untuk memastikan bisnis tetap berjalan.Audit persediaan merupakan saat di mana auditor menggunakan prosedur analisis untuk memeriksa inventaris yang dipunyai perusahaan. Sangat penting untuk melakukan audit persediaan barang untuk menjaga akurasi persediaan yang dipunya, juga untuk memastikan jumlah stok persediaan masih aman untuk periode tertentu.

#1. Physical Inventory Counting

Proses ini akan menghitung semua persediaan yang ada sehingga diketahui jumlah persediaan yang dipunyai perusahaan. Untuk melakukan audit semacam ini, auditor harus benar-benar meluangkan waktu karena audit jenis ini memakan banyak waktu dapat mengganggu jalannya bisnis perusahaan.Jauh lebih bagus jika audit dengan penerapan teknologi, seperti pemindai barcode, untuk menghitung semua persediaan secara fisik. Kebanyakan auditor sekarang ini sudah memakai alat pemindai semacam ini karena berbagai keunggulan, seperti hemat waktu dan lebih akurat dibanding menghitung manual.

#2. Cut-Off Analysis

Auditor akan menguji prosedur penyimpanan produk yang baru diterima ke dalam gudang penyimpanan atau pengiriman setelah sebelumnya dilakukan audit physical inventory accounting. Audit ini tidak menyertakan penghitungan kelebihan persediaan item.Prosedur audit ini melibatkan pengujian produk yang diterima terakhir dan transaksi pengiriman yang diprioritaskan pada item secara fisik, baru kemudian proses transaksi untuk melihat perhitungan sebelumnya sudah dilakukan secara layak untuk semua item produk yang disimpan.

#3. Test High Value Items

Semisal ada item dalam persediaan yang secara tidak wajar dianggap memiliki nilai tinggi, auditor akan membutuhkan waktu ekstra untuk menghitungnya sebagai bagian dari persediaan dan memastikan bahwa item semacam ini akan dihargai sebagaimana mestinya, baru kemudian memasukkan dalam laporan valuasi yang nantinya akan dimasukkan dalam saldo persediaan akhir.

#4. Inventory Layer

Ada dua macam cara penyimpanan persediaan dalam perusahaan dagang. Pertama yaitu first-in first-out (FIFO) yang berarti barang yang masuk lebih dulu akan keluar lebih dulu. Kedua yaitu last-in first-out (LIFO) yang berarti produk yang masuk terakhir akan keluar lebih dulu.Apapun metode yang dipilih, proses audit yang dilakukan harus dengan melihat susunan tiap produk yang disimpan. Ada semacam klasifikasi berdasarkan waktu produk masuk dan keluar. Ini sangat diperlukan guna memastikan tingkat valid suatu produk sebelum dilepas ke pasar.

#5. High Value Item Inventory Analysis

Audit semacam ini lebih familiar dengan sebutan analisis ABC. Produk atau item dengan kualitas tinggi dimasukkan dalam grup A, kualitas menengah masuk grup B, dan grup C khusus untuk kualitas rendah. Analisis ABC dapat membantu mengelola gudang lebih baik dan juga hemat waktu.Misalnya, karena item dari grup C cenderung berkualitas rendah, ada peluang produk ini akan lebih cepat terjual karena berharga murah. Itu sebabnya, grup C harus diletakkan di dekat pintu masuk supaya mempercepat perpindahan barang ke bagian penjualan. Sementara item dari grup A diletakkan paling dalam demi alasan keamanan karena termasuk produk premium.

#6. Inventory Transit Analysis

Saat produk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain, misalnya dari gudang ke bagian penjualan, perusahaan pasti ingin mendapat gambaran pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi dari tanggal produk diambil. Audit persediaan akan membantu memastikan tidak adanya kerusakan atau kehilangan dalam proses perpindahan. Auditor melakukan pemeriksaan dengan melihat dokumen pengiriman, juga informasi terkait jasa ekspedisi jika menggunakan.

#7. Freight Cost Analysis

Audit ini akan fokus pada biaya yang dikeluarkan untuk proses pengiriman produk. Analisis ini akan menentukan berapa banyak biaya yang akan rela dihabiskan untuk mengirim suatu produk dari satu lokasi ke lokasi lain yang dituju.

#8. Finished Goods Cost Analysis

Audit jenis ini akan lebih tepat digunakan untuk produk buatan sendiri. Saat semua proses produksi selesai dilakukan, produk akan berubah statusnya menjadi barang jadi dan sudah siap dijual. Audit lalu dilakukan untuk melihat nilai dari persediaan untuk mencocokkan dengan periode produksi.

#9. Direct Labor Analysis

Direct labor merupakan tugas khusus yang ditujukan untuk membuat produk yang spesifik, dana terkontrol, dan berdasarkan pesanan. Biaya yang dikeluarkan untuk direct labor tetap sama dengan jam kerja pada umumnya, termasuk jam lembur yang dikenakan juga tak jauh beda.

#10. Overhead Analysis

Overhead dapat dimaknai dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi tanpa menghitung biaya pengadaan bahan baku dan upah pekerja. Overhead hanya mencakup biaya sewa, listrik, dan lainnya. Saat melakukan analisis untuk biaya overhead, perusahaan secara tak langsung menghitung biaya tak langsung saat melakukan produksi.Dengan melakukan audit biaya overhead, perusahaan nantinya dapat menghitung berapa perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menjalan bisnis untuk periode waktu tertentu. Tapi audit overhead hanya bisa dilakukan dengan catatan biaya overhead dimasukkan sebagai bagian persediaan.

#11. Reconciling Items Investigation

Jika terdapat perbedaan antara jumlah persediaan dalam catatan perusahaan dengan jumlah barang yang ada di dalam gudang penyimpanan, perusahaan perlu mencari tahu sebabnya kenapa terjadi perbedaan hitungan kemudian membuat penyesuaian pada catatan dari hasil analisis yang dilakukan. Pencocokan persedian termasuk langkah penting dalam menjaga siklus produksi.

#12. Test Invoice Listed Receivable Report

Dalam hal ini, auditor akan memilih faktur dari laporan keuangan periode yang berlalu secara acak kemudian membandingkan dengan dokumen pendukung untuk melihat apakah jumlah tagihan yang dibebankan pada klien sudah tepat. Dapat dikatakan ini merupakan semacam pemeriksaan seluruh sistem pelaporan keuangan perusahaan.

#13. Match Invoice to Shipping Log

Pada proses ini, auditor akan memverifikasi apakah faktur yang dikeluarkan untuk suatu produk sudah sesuai dengan jumlah item dan biaya yang diperlukan untuk pengiriman dari gudang penyimpanan.

#14. Cash Receipt Review

Dalam hal keuangan, auditor akan menghitung kembali semua kwitansi dari produk yang sudah dibayarkan secara tunai. Audit ini tidak menyertakan penghitungan selain dari pembayaran tunai karena jenis pembayaran lain masuk dalam faktur.


You Might Also Like