Dalam mencatat ketersediaan barang atau produk, ada dua metode cara yaitu dengan metode perpetual dan metode periodik. Tidak masalah jika perusahaan itu menggunakan metode perpetual, karena saldo persediaan akhir dapat Anda ketahui kapan saja waktu yang anda inginkan. Nah, yang terkadang membuat para pebisnis pusing adalah, bagaimana jika perusahaan itu menggunakan metode periodik? Kita tahu bahwa tidak sedikit perusahaan kecil-menengah yang masih menggunakan sistem periodik sebagai metode pencatat ketersediaan barang atau produk, sehingga agar hasil perhitungan persediaan akhir menjadi akurat, harus dilakukan stock opname.
Apa itu stock opname? Stock Opname adalah kegiatan menghitung ketersedian barang secara fisik atas persediaan barang yang sedang disimpan di gudang dengan tujuan barang tersebut akan dijual.
Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui secara detail dan akurat mengenai catatan pembukuan ketersediaan barang yang merupakan fungsi dari salah satu sistem pengendalian internal.
Kegiatan ini bisa dibilang menjadi kegiatan yang sangat menyita waktu karena Anda akan harus terjun secara langsung ke gudang penyimpanan untuk memeriksa keadaan serta kondisi persediaan barang perusahaan Anda. Untuk mengatasi persoalan ini, perusahaan harus mengatur waktu secara efisien ketika akan melakukan stock opname. Karena perhitungan fisik yang seperti ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, kini perhitungan ketersediaan barang secara fisik sudah semakin dimudahkan dengan menggunakan adanya teknologi barcode. Kehadiran Barcode dipercaya dapat dengan mudah dan akurat membantu perusahaan untuk mengurangi kesalahan dalam mencatat dan menghitung ketersediaan barang didalam gudang.Namun,bagaimana jika perusahaan yang anda miliki tidak menggunakan metode ini sebagai sarana penghitung ketersediaan barang anda? apakah anda merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus anda lakukan ataukah anda akan tetap tenang dan tahu strategi yang harus ditempuh? Tenang,tidak perlu bingung atau bahkan stres akan hal itu. Ok, tetap tenang dan berpikiran jernih. Ada strategi atau metode cara menghitung saldo persediaan akhir tanpa harus melakukan stock opname terdahulu.Lalu, bagaimana caranya? pasti anda mulai merasakan rasa penasaran yang luar biasa atau bahkan sembari menerka-nerka cara apa yang dimaksud. Caranya sebenarnya cukup sederhana dan bisa anda pelajari dengan mudah. Ok, berikut penjelasannya tentang cara dan contoh perhitungan persediaan akhir tanpa stok opname barang di gudang:Strategi Cara Perhitungan Saldo Persediaan Akhir Tanpa Stock Opname1. Dengan melihat Kartu persediaan Hal yang pertama kali kita lihat adalah kartu persediaan.Dengan melihat kartu persediaan kita bisa langsung dapat mengetahui saldo akhir dari per item yang masih tersedia dan bisa langsung dijumlahkan. Hal ini berlaku jika perusahaan Anda memiliki atau menggunakan kartu persediaan. Lalu bagaimana jika perusahaan tidak menggunakan kartu persediaan? Ada cara lain untuk menghitung persediaan akhir tanpa stock opname,yakni dengan cara sebagai berikut. 2. menghitung dengan rumus laba kotor atau Gross profit method.Kita semua tahu bahwa rumus untuk menghitung laba kotor adalah sebagai berikut:Laba kotor = Penjualan bersih - HPPHPP = Penjualan Bersih - Laba kotoratau HPP = Persediaan awal + pembelian - persediaan akhirPersediaan Akhir = Persediaan awal + pembelian - HPPpermasalahannya disini adalah HPP yang tidak diketahui (karena kita memakai cara periodik).Jika demikian kita dapat melakukan perhitungan perkiraan laba kotor untuk menghitung persediaan akhir item barang.dengan syarat, ketiga data dibawah ini tersedia semua,yaituPenjualan bersih, Persediaan Awal, pembelian persediaan.Contoh kasus; anda merupakan seorang akuntan yang bekerja di Perusahaan XYZ. Bos anda secara mendadak meminta Laporan keuangan perusahaan sampai dengan tgl 30 September. Kebetulan pula perusahaan tempat anda bekerja memakai metode perhitungan periodik dan stock opname hanya bisa dilakukan di akhir tahun saja, tepatnya pada tanggal 31 desember. Data yang saat itu anda miliki hanya:- Penjualan bersih dari 1 januari - 30 september sebesar 90.000,
- persediaan awal 35.000,
- pembelian persediaan dari tanggal 1 januari -30 september sebesar 40.000.
dari data diatas, berapakah jumlah saldo persediaan pada akhir 30 september yang dimiliki perusahaan?Jawaban:ada dua langkah yang harus ditempuh untuk menghitung laba kotor yaitu menghitung estimasi HPP nya dulu, baru kemudian menghitung perkiraan saldo persediaan akhir.karena ditempat Anda bekerja tidak memiliki kartu persediaan, maka anda pun memutuskan untuk memperkirakan jumlah persediaan akhir dengan cara menggunakan metode perhitungan Gross profit method. Untuk mengestimasi laba kotor, maka anda pun bertanya ke atasan tentang berapa tarif laba kotor per barang, lalu bos anda mematok laba kotor untuk semua barang persediaan sebanyak 50%. Sehingga untuk cara perhitungannya sebagai berikut:Estimasi HPP = Penjualan bersih - Estimasi laba kotor = 90.000 - (50% x 90.000) = 90.000 - 45.000 = 45.000Estimasi persediaan akhir = Persediaan awal + pembelian - estimasi HPP = 35.000 + 40.000 - 45.000 = 30.000jadi jumlah perkiraan persediaan akhir sebesar 30.000 yang anda masukkan ke dalam laporan keuangan untuk disetorkan ke bos anda.itu tadi bagaimana caranya menghitung persediaan akhir tanpa stok opname barang di gudang yang bisa anda terapkan pada usaha anda. Semoga bermanfaat.