Contoh Perjanjian Waralaba: Langkah-Langkah Membuatnya

Sindhu Partomo
Ilustrasi Franchise

Daftar Isi


Pengertian Perjanjian Waralaba

Perjanjian waralaba adalah kontrak hukum yang mengatur hubungan antara pemilik franchise (franchisor) dan mitra franchise (franchisee). Dalam perjanjian ini, franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk menggunakan merek dagang, sistem operasional, serta model bisnis yang dimiliki oleh franchisor. Sebagai imbalannya, franchisee biasanya harus membayar biaya awal atau royalti secara berkala kepada franchisor.

Perjanjian waralaba melibatkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Franchisor memiliki kewajiban untuk memberikan pelatihan, dukungan, dan panduan operasional. Sementara itu, franchisee wajib menjalankan bisnis sesuai dengan standar yang ditetapkan franchisor serta menjaga reputasi merek. Perjanjian ini biasanya mencakup detail mengenai durasi kontrak, wilayah usaha, sistem pembayaran, serta syarat perpanjangan kontrak.

Dasar Hukum Perjanjian Waralaba

Secara hukum, perjanjian waralaba didefinisikan sebagai perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba atau pemberi waralaba lanjutan dengan penerima waralaba lanjutan (Pasal 1 angka 8 Permendag 71/2019). Perjanjian ini memberi hak kepada penerima waralaba, untuk memakai merek, produk, dan/atau sistem operasional milik pemberi waralaba. Penerima lalu membayarkan kompensasi berupa biaya, kepada pemberi waralaba.

Selain itu, perjanjian tersebut harus disampaikan kepada calon penerima waralaba atau penerima waralaba lanjutan paling lambat dua minggu sebelum penandatanganan perjanjian waralaba (Pasal 6 ayat (3) Permendag 71/2019).

Muatan perjanjian waralaba dijelaskan dalam Lampiran II Permendag 71/2019, yaitu:

  1. Nama dan alamat para pihak;
  2. Jenis Hak Kekayaan Intelektual (HKI), seperti merek dan logo perusahaan, desain gerai/tempat usaha, sistem manajemen atau pemasaran atau racikan bumbu masakan;
  3. Kegiatan usaha yang diperjanjikan;
  4. Hak dan kewajiban pemberi waralaba atau pemberi waralaba lanjutan dan penerima waralaba atau penerima waralaba lanjutan;
  5. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan;
  6. Batasan wilayah yang diberikan oleh pemberi waralaba atau pemberi waralaba lanjutan;
  7. Jangka waktu perjanjian waralaba;
  8. Tata cara pembayaran;
  9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris;
  10. Penetapan forum penyelesaian sengketa;
  11. Tata cara perpanjangan dan pengakhiran perjanjian waralaba;
  12. Jaminan dari pemberi waralaba atau pemberi waralaba lanjutan;
  13. Jumlah gerai atau tempat usaha yang akan dikelola.

Pentingnya Perjanjian Waralaba yang Baik dan Benar

Membuat perjanjian waralaba yang baik sangat penting untuk menghindari sengketa di kemudian hari. Perjanjian ini berfungsi sebagai dasar hukum yang melindungi kepentingan kedua belah pihak, serta memastikan bahwa setiap pihak memahami hak dan kewajiban masing-masing.

  1. Melindungi Hak dan Kewajiban
    Dengan adanya perjanjian yang jelas, franchisor dan franchisee dapat memahami apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini akan membantu mencegah kesalahpahaman yang mungkin timbul selama berjalannya bisnis.
  2. Menjaga Reputasi Merek
    Sebagai franchisor, menjaga reputasi merek adalah hal utama. Perjanjian waralaba yang baik memastikan bahwa franchisee mengikuti standar dan pedoman yang ditetapkan oleh franchisor. Ini penting untuk menjaga konsistensi kualitas produk atau layanan yang ditawarkan di seluruh cabang franchise.
  3. Menghindari Konflik Hukum
    Tanpa perjanjian yang tepat, konflik antara franchisor dan franchisee bisa berkembang menjadi masalah hukum yang rumit. Sebuah perjanjian waralaba yang baik akan menjelaskan prosedur penyelesaian sengketa, sehingga kedua pihak bisa mengatasi konflik secara efektif tanpa harus melalui proses hukum yang panjang.
  4. Transparansi Bisnis
    Perjanjian yang baik menciptakan transparansi dalam operasional bisnis. Semua aspek, mulai dari sistem pembayaran royalti, penggunaan merek dagang, hingga dukungan operasional, diatur secara jelas dalam perjanjian. Transparansi ini akan membantu menjaga hubungan bisnis yang sehat antara franchisor dan franchisee.

Langkah-Langkah Membuat Perjanjian Waralaba

  1. Identifikasi Hak dan Kewajiban Kedua Pihak Langkah pertama dalam membuat perjanjian waralaba adalah mengidentifikasi dengan jelas hak dan kewajiban franchisor dan franchisee. Ini termasuk hak franchisee untuk menggunakan merek dagang dan model bisnis, serta kewajiban franchisor dalam memberikan pelatihan dan dukungan.
    Franchisor juga perlu menjelaskan standar yang harus diikuti franchisee, seperti protokol operasional, pemasaran, dan layanan pelanggan. Di sisi lain, franchisee perlu mengetahui kewajiban mereka, seperti pembayaran royalti, kepatuhan terhadap kebijakan bisnis, serta tanggung jawab dalam menjaga reputasi merek.
  2. Tetapkan Durasi Perjanjian Durasi perjanjian waralaba harus ditentukan dengan jelas. Biasanya, perjanjian berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun, tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Dalam perjanjian juga harus dijelaskan prosedur perpanjangan kontrak, termasuk syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk memperbarui perjanjian setelah durasi awal berakhir.
  3. Rumuskan Ketentuan Pembayaran Sistem pembayaran harus dijelaskan dengan detail dalam perjanjian waralaba. Franchisee biasanya diharuskan membayar biaya awal untuk mendapatkan hak atas franchise, serta royalti bulanan atau tahunan berdasarkan penjualan atau pendapatan. Perjanjian juga harus mencakup ketentuan lain seperti biaya pemasaran atau biaya pelatihan tambahan yang mungkin dikenakan oleh franchisor.
  4. Tentukan Wilayah Usaha Salah satu aspek penting dalam perjanjian waralaba adalah penentuan wilayah usaha. Franchisor perlu memberikan franchisee hak eksklusif untuk mengoperasikan bisnis di wilayah tertentu, guna menghindari persaingan internal antara sesama franchisee. Wilayah usaha yang jelas membantu mencegah konflik terkait batas-batas geografis.
  5. Atur Ketentuan Penggunaan Merek Dagang Penggunaan merek dagang harus diatur secara ketat dalam perjanjian. Franchisee diberi hak untuk menggunakan merek dagang franchisor dalam operasional bisnis mereka, tetapi dengan syarat bahwa merek tersebut digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Ini termasuk penggunaan logo, warna, desain, dan segala hal yang berhubungan dengan identitas merek.
  6. Masukkan Prosedur Penyelesaian Sengketa Perjanjian waralaba harus mencakup prosedur penyelesaian sengketa yang jelas. Jika terjadi perselisihan antara franchisor dan franchisee, perjanjian harus menjelaskan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut, termasuk mediasi atau arbitrase sebelum mengambil tindakan hukum.

Contoh Perjanjian Waralaba Sederhana

Berikut adalah contoh perjanjian dalam bentuk yang sangat sederhana:

Perjanjian Waralaba Antara [Nama Franchisor] dan [Nama Franchisee]

Tanggal: [Tanggal Perjanjian]
Franchisor: [Nama Perusahaan]
Franchisee: [Nama Individu/Perusahaan]

  1. Hak dan Kewajiban Franchisor
    Franchisor akan menyediakan pelatihan, dukungan operasional, serta hak penggunaan merek dagang kepada franchisee. Franchisor juga akan menyediakan materi pemasaran dan panduan standar operasional.
  2. Hak dan Kewajiban Franchisee
    Franchisee wajib menjalankan bisnis sesuai dengan panduan yang diberikan oleh franchisor. Franchisee juga wajib membayar biaya royalti sebesar [nominal] setiap bulan berdasarkan [persentase penjualan atau pendapatan].
  3. Durasi Perjanjian
    Perjanjian ini berlaku selama [5 atau 10 tahun] sejak tanggal penandatanganan. Franchisee memiliki hak untuk memperpanjang perjanjian dengan syarat [syarat perpanjangan]
  4. Wilayah Usaha
    Franchisee diberikan hak eksklusif untuk mengoperasikan bisnis di wilayah [sebutkan wilayah usaha], dan franchisor tidak akan memberikan hak franchise kepada pihak lain di wilayah tersebut.
  5. Penyelesaian Sengketa
    Jika terjadi sengketa, kedua belah pihak setuju untuk menyelesaikannya melalui mediasi atau arbitrase sebelum membawa masalah ke pengadilan.

Perlu dicatat bahwa dalam prakteknya, kamu sebagai franchisee perlu merinci barang-barang apa saja yang wajib disediakan oleh franchisor, durasi pelatihan yang diberikan, biaya

Tips Menghindari Kesalahan dalam Membuat Perjanjian Waralaba

  1. Libatkan Ahli Hukum Salah satu kesalahan umum dalam membuat perjanjian waralaba adalah tidak melibatkan ahli hukum. Pastikan untuk mengonsultasikan perjanjian dengan pengacara yang berpengalaman dalam bisnis waralaba agar kamu mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.
  2. Perhatikan Detail Kecil Detail kecil seperti jadwal pembayaran, aturan penggunaan merek, atau prosedur penyelesaian sengketa sering kali diabaikan. Pastikan semua detail dicantumkan dengan jelas dalam perjanjian untuk menghindari kebingungan di kemudian hari.
  3. Jangan Terburu-buru Menandatangani Jangan pernah terburu-buru dalam menandatangani perjanjian waralaba. Luangkan waktu untuk membaca dan memahami semua ketentuan yang ada. Jika ada hal yang tidak kamu pahami, segera minta klarifikasi atau revisi sebelum menandatangani.
  4. Lakukan Riset tentang Franchisor Sebelum membuat perjanjian, lakukan riset mendalam tentang franchisor yang ingin kamu ajak kerjasama. Pastikan mereka memiliki reputasi baik dan sudah terbukti sukses dalam menjalankan bisnis waralaba.
  5. Pahami Syarat Perpanjangan Kontrak Perjanjian waralaba biasanya memiliki durasi terbatas. Pastikan kamu memahami syarat perpanjangan kontrak dan siap untuk memenuhi persyaratan tersebut jika ingin melanjutkan bisnis di masa depan.

Sumber:

Detik - Contoh Perjanjian Waralaba yang Benar dan Legal

Neliti - Kedudukan Tidak Seimbang Pada Perjanjian

UNAIR - Karakteristik Perjanjian Waralaba

Ukirama ERP memudahkan ratusan perusahaan mengelola bisnis setiap hari

Jadwalkan Demo

Sindhu Partomo
Sindhu Partomo

Seorang penulis dengan fokus pada Branding dan Digital Marketing

You Might Also Like

Hubungi kami via whatsapp