Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Contoh Konsep Metode Six Sigma dalam Produksi

pengertian_tujuan_manfaat_dan_contoh_metode_six_sigma_dalam_produksi

Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produksi atau manufaktur pasti akan terus mencari metode terbaik. Dalam proses pencarian ini artinya ada perbandingan antara satu metode dengan metode lain. Jika kita membicarakan berat dua atau lebih barang, maka bisa dengan mudah mengukur mana yang lebih berat dengan menggunakan timbangan. Tapi bagaimana dengan produksi? Dalam membandingkan dua atau lebih proses produksi yang berbeda, maka ‘alat ukur’ yang digunakan adalah dengan Metode Six Sigma.

Pengertian Metode Six Sigma

Six Sigma berasal dari dua kata, six yang artinya enam (6) dan sigma yang merupakan satuan standar deviasi (σ), sehingga Six Sigma bisa disimbolkan dengan 6σ. Six Sigma sendiri merupakan metode dalam manajemen produksi yang berfokus pada peningkatan kualitas produksi. Peningkatan kualitas yang dimaksud adalah dengan memperbaiki proses serta mengidentifikasi dan meminimalisasi cacat produk. Selain itu, upaya lainnya juga dilakukan dengan mengurangi pemborosan agar menghasilkan produk dan layanan yang lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat.Metode Six Sigma dibuat untuk menggantikan metode TQM (Total Quality Management) yang sudah lebih dulu dikenal. Namun secara konsep, Six Sigma bisa dikatakan sebagai penggabungan antara konsep TQM dengan SPC (Statistical Process Control). Kesuksesan pelaksanaan Six Sigma sendiri akan tergantung pada kemampuan dasar untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

Tujuan Metode Six Sigma

Seperti yang sudah disinggung dalam pengertian di atas, Metode Six Sigma diberlakukan untuk peningkatan proses produksi atau lebih umumnya adalah untuk mencapai efisiensi dan optimalisasi proses produksi. Hal ini dilakukan agar enam standar deviasi (Sigma) antara rata-rata dengan batas perincian terdekat tidak melebihi batas yang ditentukan.Metode Six Sigma juga berfokus pada proses pencegahan atau meminimalisasi cacat produk. Proses pencegahan cacat produk ini dilakukan dengan beberapa cara yang juga merupakan tujuan dari penerapan metode six sigma ini, yaitu:

  • Mengurangi variasi yang ada dalam proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal umum.
  • Proses yang dilakukan harus memiliki kesalahan paling sedikit dari 3,4 per satu juta peluang atau persentase keberhasilannya mencapai 99,9966%. Makin tinggi nilai sigma, maka artinya variasi makin sedikit sehingga kesalahan bisa ditekan. 

Dengan kata lain, Metode Six Sigma dipakai sebagai tool dalam memecahkan masalah produksi sehingga bisa dirumuskan terobosan dalam peningkatan produksi, mengurangi cacat produk, mengurangi biaya, mengurangi siklus produksi, meningkatkan pertumbuhan pangsa pasar, hingga retensi pelanggan. 

Manfaat Metode Six Sigma

Bagi perusahaan, penerapan Metode Six Sigma yang berhasil akan memberikan beberapa manfaat yang diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Menunjang Kesuksesan yang Berkesinambungan

Six Sigma menjadi metode kunci bagi perusahaan untuk terus melakukan terobosan dalam menciptakan strategi produksi terbaik. Manfaatnya tidak hanya untuk menunjang kesuksesan perusahaan, tetapi juga agar kesuksesan itu bersifat kontinu atau berkesinambungan.

  1. Memperkuat Nilai di Mata Konsumen

Six Sigma diterapkan untuk menciptakan mutu yang lebih baik sehingga bernilai tinggi bagi konsumen, bahkan menjadi satu-satunya pilihan konsumen. Hal ini bisa dicapai dengan mempelajari perspektif konsumen.

  1. Mempercepat Perbaikan

Perbaikan proses produksi akan menjadi lebih cepat dan terjaga melalui metode Six Sigma. Perbaikan ini penting dalam usaha mencukupi desakan konsumen.

  1. Menjadi Standar Baru

Six Sigma menggunakan kerangka bisnis untuk mewujudkan tujuannya. Dengan persentase keberhasilan yang cukup tinggi yaitu mencapai 99,9966%, Six Sigma bisa menjadi standar baru bagi siapapun yang terlibat agar memperbaiki kemampuannya.

  1. Melakukan Perubahan Strategis

Bisa melakukan perubahan strategis dari mulai memperkenalkan produk baru, menjalin kerja sama baru, memasuki pasar baru, dan lain sebagainya bisa menjadi manfaat dari penerapan Six Sigma bagi perusahaan. Manfaat dari Metode Six Sigma ini bisa dirasakan maksimal apabila dalam implementasinya didukung baik oleh top level, kerja tim yang solid, program training yang tepat, alat ukur terbaru, serta etos kerja yang lebih baik.

Contoh Konsep Metode Six Sigma dalam Produksi

Konsep Six Sigma sendiri mengikuti siklus 5 fase DMAIC. Apa itu DMAIC? DMAIC merupakan fase Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Berikut adalah penjelasan kelimanya beserta rumus dan contoh kasusnya.

  1. Define

Seperti namanya, define merupakan tahap mendefinisi. Tahap ini bertujuan untuk menentukan objek masalah, mengidentifikasi critical to quality, serta mendefinisikan proses kunci. Sebagai contoh, didapatkan data bahwa rata-rata jumlah produk cacat pada Bulan Januari 2019 adalah 6%. Data ini didapatkan dari rumus jumlah defect (cacat) per jumlah produk yang dihasilkan (output).%Defect = Jumlah Defect / OutputKategori cacat sendiri disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan perusahaan berdasarkan perspektif pelanggan.

  1. Measure

Measure artinya tahap pengukuran. Tahap kedua dari Six Sigma ini dilakukan untuk menganalisa kondisi yang terjadi serta pengukuran performa kinerja sebelum melakukan perbaikan. Pada tahap ini menggunakan acuan Critical to Process (CTP) yang sudah didefinisikan pada tahap define serta menghitung DPO (Defect Per Opportunities), DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan Sigma Level.DPMO = DPO x 1.000.000 = (D/(U x O)) x 1.000.000dimana, D = Jumlah Defect (produk cacat), U = Jumlah Unit yang Diproduksi, dan O = Opportunities of defect per unit atau jumlah kesempatan yang mengakibatkan produk cacat.Contohnya adalah dalam sebuah proses produksi, terdapat 4 langkah proses yang dianggap paling berpeluang terjadi kegagalan atau cacat. Jumlah input yang dimasukkan dalam proses adalah 500 unit dengan 5 produk cacat. Maka DPMO produksinya adalah sebagai berikut.DPMO = (5/(500x4)) x 1.000.000 = (0,0025) x 1.000.000 = 2.500 DPMOSedangkan untuk sigma levelnya dihitung menggunakan rumus excel dengan konversi DPMO sebagai berikut.DPMO = NORMSINV((1.000.000-DPMO)/1.000.000) + 1,5

  1. Analyze

Merupakan tahap untuk mengukur dan menganalisa penyebab timbulnya masalah atau cacat. Alat yang digunakan untuk metode Six Sigma tahap Analyze kini adalah check sheet, diagram sebab-akibat, histogram, diagram pareto, run chart, control chart, dan scatter diagram. Hasil dari tahap ini berupa informasi mengenai penyebab cacat produk.

  1. Improve

Setelah mengetahui penyebab terjadinya cacat produk, maka tahap selanjutnya adalah dengan menentukan usulan perbaikan. Pada tahap ini bisa dilakukan usulan perbaikan dengan melakukan pelatihan atau brainstorming bersama manajer, supervisor, dan pemimpin tim. Melalui kolaborasi ini, diharapkan bisa memberi usulan perbaikan yang tepat untuk perusahaan.

  1. Control

Tahap terakhir dalam Six Sigma adalah upaya pengawasan. Tahap ini berupa pengawasan kinerja, khususnya setelah dilakukan perbaikan agar tidak terjadi rejection atau penolakan barang karena kecacatan produksi. Pada tahap ini juga dibuat laporan kualitas yang disebarluaskan ke setiap unit perusahaan agar setiap pihak yang berkepentingan bisa menindaklanjuti hasil yang dicapai.Metode Six Sigma memang sangat diperlukan perusahaan terutama bagian produksi untuk meningkatkan kualitas produksinya. Apalagi di era teknologi seperti sekarang, daya saing produk sangat ketat dan menuntut kecepatan yang tinggi. Penggunaan aplikasi atau software seperti yang disediakan Ukirama ERP juga penting agar metode yang digunakan bisa saling mendukung dalam pemenuhan target.


You Might Also Like