Dalam dunia akuntansi tidak jarang kita akan menemui istilah ‘penyusutan’. Apa yang dimaksud dengan penyusutan ini? Secara sederhana, penyusutan dapat didefinisikan sebagai penurunan nilai dari suatu aset akibat dari konsumsi/ penggunaan aktiva tersebut selama waktu berjalan. Setiap perusahaan pasti memiliki aset atau aktiva untuk menjalankan bisnisnya.Aset merupakan kekayaan/ barang berharga/ sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang membantu membuat bisnis tetap berjalan. Aset ini dapat berupa benda-benda fisik seperti uang tunai, perabot, gedung, mesin, peralatan kantor, dll. Maupun non-fisik seperti kekayaan intelektual meliputi merek, hak cipta, dan lainnya. Lebih spesifik lagi, aset bisnis bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, mencakup aktiva tetap, aktiva lancar, aktiva berwujud, dan aktiva tidak berwujud. Disini kami secara khusus akan membahas terkait penyusutan yang bisa dialami oleh aktiva tetap. Pasalnya, penyusutan nilai aset tetap sejatinya merupakan beban yang mempengaruhi laba rugi sehingga harus dicatat dalam laporan keuangan.
Pengertian penyusutan atau depresiasi
Penyusutan adalah penurunan nilai suatu aset atau aktiva perusahaan dari waktu ke waktu karena penggunaan, keausan, ataupun keusangan. Selain akibat digunakan/ dikonsumsi, penurunan nilai dari aset ini juga dapat disebabkan oleh sejumlah faktor lain seperti kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Penurunan nilai aset ini juga sering disebut sebagai depresiasi. Sedangkan kebalikan dari depresiasi ini yaitu apresiasi yang merupakan suatu peningkatan nilai aset selama periode waktu tertentuAset apa saja yang dapat menyusut/ terdepresiasi?
Seperti sudah yang disinggung di atas, penyusutan dapat dialami oleh aset tetap yang digunakan bisnis untuk mendapatkan pendapatan. Dan biasanya aset tersebut harus memiliki masa manfaat yang dapat ditentukan dan diharapkan dapat bertahan lebih dari satu tahun. Contoh aset tetap termasuk bangunan, kendaraan, perabot dan peralatan kantor, dan mesin. Tanah sebenarnya juga merupakan aset tetap, hanya saja tanah menjadi satu-satunya aset tetap yang tidak dapat disusutkan karena nilai atau harga tanah secara konsisten terus meningkat seiring waktu.Mengapa biaya penyusutan harus dihitung?
Perhitungan biaya depresiasi tidak dipungkiri lagi merupakan hal yang penting karena ini sangat bisa menunjang perkembangan bisnis. Tentunya terdapat dampak buruk jika Anda tidak memperhitungkan depresiasi aset. Mulai dari Anda tidak akan tahu kapan harus mengganti aset-aset tersebut yang diperparah dengan tidak adanya persiapan anggaran untuk menggantinya.Hingga masalah perpajakan, dimana pajak yang Anda keluarkan bisa jadi lebih besar dari yang seharusnya. Hal ini bisa terjadi karena Anda mengabaikan pendepresasian nilai aset modal. Dengan kata lain, nilai aset Anda yang tercatat dalam laporan keuangan akan melebihi nilai seharusnya. Permasalahan ini menjadikan laba bisnis yang tercatat justru lebih besar dari yang ada. Mengingat pencatatan laba pun lebih besar dari yang ada, maka pajak yang Anda tanggung pun menjadi lebih besar pula.Apa saja faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan aset?
Tinggi rendahnya biaya penyusutan pada suatu aset bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:Biaya akuisisi (acquisition cost)
Faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan yang pertama yaitu biaya akuisisi atau biasa disebut dengan istilah biaya perolehan. Biaya perolehan menjadi salah satu faktor utama yang menentukan seberapa besar nilai penyusutan dalam setiap periode akuntansi. Biaya perolehan adalah total biaya yang diakui perusahaan dalam pembukuannya untuk aset tetap yang didapatkan. Ini biasanya merupakan harga yang telah disesuaikan dengan diskon, intensif, biaya penutupan, maupun pengeluaran lain yang diperlukan. Jadi biaya perolehan disini bukan sekedar melihat harga pembelian asli.Nilai residu (salvage value)
Faktor selanjutnya yaitu nilai residu atau nilai sisa. Nilai residu merupakan perkiraan nilai suatu aktiva tetap setelah dikurangi dengan semua nilai penyusutan yang sudah dibebankan sepenuhnya. Pada umumnya nilai sisa suatu aset ini didasarkan pada apa yang diharapkan akan diterima oleh perusahaan sebagai imbalan atas penjualan aset pada akhir masa manfaatnya. Tetapi nilai residu tidak berlaku atau tidak ada alias nol jika aktiva tetap yang habis masa manfaatnya tersebut tidak dijual.Umur ekonomis aktiva (economical life time)
Terakhir, ada faktor umur ekonomis aktiva yang mempengaruhi seberapa besar biaya penyusutan aset. Umur ekonomis aktiva atau bisa juga disebut dengan umur manfaat mengacu pada lamanya waktu suatu aset diharapkan berguna bagi pemiliknya. Umumnya aktiva memiliki 2 (dua) jenis umur ekonomis, yaitu umur fisik dan fungsional. Umur fisik berkaitan dengan baik tidaknya kondisi aset. Sementara umur fungsional berkaitan dengan operasional aset dalam memberikan kontribusi pada aktivitas bisnis. Sebab boleh jadi aset yang masih terlihat bagus ternyata tidak memiliki umur fungsional atau tidak bisa digunakan seperti karena sudah tidak mendukung sistem kerja terbaru yang diperlukan.Lalu bagaimana cara perhitungan biaya penyusutan?
Perhitungan biaya penyusutan bisa dilakukan dengan beberapa metode. Metode perhitungan biaya penyusutan yang paling sering digunakan antara lain yaitu:Metode garis lurus
Metode garis lurus adalah metode perhitungan biaya penyusutan yang paling mudah dari semuanya. Ini melibatkan alokasi sederhana dari tingkat depresiasi yang merata setiap tahun selama masa manfaat aset. Dengan kata lain, jumlah biaya penyusutan/ depresiasi aset akan selalu sama per tahunnya. Metode ini seringkali digunakan ketika nilai ekonomis aset terus sama setiap periode akuntansi, juga berfokus pada sisi waktu penggunaan bukan dari sisi fungsi penggunaannya. Untuk lebih jelasnya, berikut rumus dan contoh perhitungan depresiasi metode garis lurus:- Rumus apabila memiliki nilai residu/ nilai sisa
Penyusutan = (harga perolehan dikurangi nilai residu) dibagi dengan umur ekonomis asetContoh: Perusahaan Z membeli mesin produksi senilai 80 juta rupiah. Mesin tersebut diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 10 tahun dengan nilai residu 20 juta. Maka dengan rumus diatas dapat dihitung nilai depresiasi sebesar = (Rp 80.000.000 - Rp 20.000.000) : 10 tahun = Rp 6.00.000 per tahun.
- Tanpa nilai residu/ nilai sisa
Penyusutan = harga perolehan dibagi dengan umur ekonomisDengan contoh kasus yang sama seperti pada poin a, namun tidak ada nilai residu maka biaya penyusutan mesin produksi tersebut adalah = Rp 80.000.000 : 10 tahun = Rp 8.000.000 per tahun.