Bagi kebanyakan orang, istilah yang ada pada bidang akuntansi merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Tak ayal banyak yang menyerah mencoba memahami maksud dari istilah-istilah tersebut. Mereka yang mempunyai bisnis akan sebisa mungkin merekrut akuntan profesional tidak hanya untuk menangani keuangan perusahaan, tetapi juga memberikan saran bagi manajemen. Tentunya hal ini akan berdampak pada tingginya cost yang harus dikeluarkan. Namun, bagi kaum awam yang ‘kebetulan’ sedang berada di tengah situasi yang mengharuskan mereka untuk mencari tahu sendiri mengenai istilah tersebut, hal ini akan sulit dilakukan mengingat penjelasan yang diberikan pada mesin pencarian sulit untuk dipahami.Ada beberapa istilah yang bermanfaat untuk diketahui, tidak hanya bagi Anda yang mempunyai bisnis dan ingin mengerti apa yang tim Akuntan Anda bicarakan tetapi juga bagi Anda yang awam dan ingin mengatur keuangan pribadi dengan lebih baik. Salah satu istilah yang perlu Anda ketahui dalam bidang keuangan adalah 3 jenis penyusutan yang dikenal dengan Amortisasi, Depresiasi dan Deplesi. Yup, dari namanya saja kita sudah kesulitan untuk mengingatnya apalagi harus memahami arti dari kata-kata tersebut. Namun, mari cari tahu arti sederhana dan perbedaan dari ketiga istilah tersebut.1.AmortisasiMungkin istilah ini merupakan yang paling mudah kita sadari, mengingat setiap orang yang berada di kota besar pasti melakukannya. Amortisasi adalah suatu prosedur pembayaran utang yang dilakukan secara bertahap dalam periode waktu yang telah ditentukan. Contoh amortisasi seperti melakukan pembayaran bulanan atas pinjaman KPR, KTA, utang kartu kredit, kredit kendaraan, kredit modal maupun kredit untuk kebutuhan lainnya.Bagi Anda yang melakukan pembayaran bulanan seperti di atas pasti sudah tidak asing dengan adanya bunga yang dibebankan kepada peminjam, sehingga total angsuran lebih besar dari angka pokok pinjaman di awal. Inilah cara amortisasi berfungsi.Untuk pebisnis, prinsip amortisasi sama dengan penjelasan di atas, namun biasanya amortisasi dilakukan untuk mengukur nilai penjualan nantinya. Contohnya, Perusahaan A memiliki hak paten atas mesin pengolah jagung selama 10 tahun. Apabila perusahaan menghabiskan dana sebesar Rp150.000.000 untuk mengolah jagung menjadi aneka produk, maka biaya amortisasi yang diakui dan dicatat pada buku keuangan adalah sebesar Rp15.000.000 per tahun.2. DepresiasiLanjut ke istilah penyusutan selanjutnya yaitu Depresiasi, suatu prosedur dalam mengalokasikan biaya penyusutan terhadap aset tetap selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset tersebut. Aset tetap sendiri berarti aset yang dapat dilihat dan digunakan dalam operasional perusahaan tetapi tidak diperjual belikan. Contoh dari aset tetap yaitu seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan, perbaikan properti perusahaan seperti jalanan di sekitar area perusahaan, tempat parkir, saluran air bawah tanah. Selain itu ada juga gedung perusahaan serta peralatan kantor, pabrik, kendaraan operasional dll yang turut masuk dalam kategori aset tetap.Kecuali tanah, yang nilainya akan terus meningkat seiring berjalannya waktu, aset tetap yang lain nilainya akan semakin berkurang seiring dengan penggunaan aset tersebut dalam periode tertentu. Ini sama seperti penggunaan handphone Anda yang harganya akan turun apabila Anda ingin menjualnya setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan pada aset tetap, yaitu:
- Harga Perolehan (Acquisition Cost): Ini adalah harga yang harus Anda keluarkan ketika membeli aset tetap tersebut. Faktor ini merupakan yang paling berpengaruh terhadap perhitungan penyusutan karena menjadi dasar perhitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per periode akuntansi.
- Nilai Residu (Salvage Value): Ini merupakan perkiraan nilai yang didapat apabila aset tetap tersebut dijual pada saat penghentian masa guna aset. Nilai Residu tidak ada ketika aset tetap tidak dijual pada saat masa penghentiannya atau dibiarkan habis terkorosi. Tentu saja, setiap akuntan tidak akan menyarankan ini. Ada baiknya aset tetap dapat di daur ulang.
- Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time): Kebanyakan aset tetap memiliki dua jenis umur yang dapat diukur, yaitu umur fisik dan umur fungsional. Suatu aset tetap dinilai masih memiliki umur fisik ketika secara fisik aset tetap tersebut masih dalam kondisi baik, walaupun mungkin fungsinya sudah menurun. Sedangkan umur fungsional dinilai apabila aset tetap tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Biasanya umur fungsional (umur ekonomis) yang dijadikan bahan perhitungan.
Lalu apa bedanya Amortisasi dan Depresiasi? Walaupun sama-sama merupakan prosedur untuk mengukur nilai penyusutan, tetapi objek yang diukur berbeda. Amortisasi mengukur nilai penyusutan pada aset tak berwujud seperti hak paten, copyright, trademark, goodwill (transaksi strategis semisal akuisisi atau merger dengan perusahaan lain). Sedangkan Depresiasi digunakan untuk mengukur nilai penyusutan aset tetap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 3. DeplesiIstilah penyusutan terakhir dalam bidang keuangan adalah Deplesi. Deplesi merupakan kata lain dari penyusutan nilai yang dialami oleh benda yang sifatnya alami dan tidak dapat diperbaharui, dalam hal ini adalah sumber daya alam. Istilah ekonomi geografi ini biasanya digunakan dalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dan sebagainya, dimana aset tetap ini (sumber daya alam) tidak dapat segera diganti apabila sudah habis. Beda dengan aset tetap yang dihitung oleh Depresiasi dimana aset tetap yang diukur pada umumnya dapat diganti jika sudah habis ‘masa pakainya’.Kata Deplesi sendiri berasal dari bahasa Inggris Depletion yang berarti penipisan atau pengurangan. Biasanya deplesi digunakan perusahaan untuk mengalokasikan biaya penggalian atau eksploitasi dan dihitung untuk pengurangan pajak serta pembukuan. Berbeda dengan Amortisasi dan Depresiasi yang hanya memberikan ‘gambaran’ atas penurunan nilai dari sebuah aset, Deplesi merupakan perhitungan ‘nyata’ yang terjadi dari suatu sumber daya alam perusahaan.Perhitungan untuk deplesi biasanya ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
- Harga Perolehan Aset (Aktiva): Ini merupakan total jumlah pengeluaran yang dilakukan sejak memperoleh izin hingga sumber daya alam tersebut dapat diambil hasilnya.
- Taksiran nilai sisa apabila sumber daya alam telah selesai dieksploitasi: Ini merupakan perkiraan nilai dari lahan tambang yang telah dieksploitasi.
- Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi: Taksiran ini merupakan perkiraan deplesi yang dihitung untuk tiap unit dari hasil sumber daya alam yang diambil.
Contohnya:Tanah dengan hutan seluas 20 hektar dibeli dengan harga Rp500.000.00, dimana taksiran hasil yang dapat dieksploitasi sebesar 200.000 ton kayu.Setelah dieksploitasi, tanah tersebut ditaksir bernilai Rp100.000.000. Sehingga deplesi per ton dapat dihitung seperti berikut: Deplesi = (Rp500.000.000 - Rp100.000.000)/200.000 = Rp2.000 per tonSetelah membahas secara lebih detail maksud dan perbedaan dari istilah tersebut, dapat disimpulkan bahwa persamaan diantara ketiganya adalah sama-sama merupakan perhitungan penurunan manfaat ekonomi atas suatu aset tetap (aktiva tetap). Sedangkan perbedaan diantara ketiganya ialah Amortisasi merupakan perhitungan penyusutan nilai untuk aset tetap (aktiva tetap) yang tidak berwujud seperti: hak paten, copyright, trademark, goodwill dsb.Depresiasi adalah metode perhitungan penyusutan manfaat ekonomi untuk aset tetap (aktiva tetap) berwujud seperti tanah, gedung kantor, mesin, kendaraan dsb). Sedangkan Deplesi ialah metode perhitungan penyusutan nilai atas aset tetap (aktiva tetap) berwujud dan tidak berwujud yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti kayu, bijih besi, barang tambang dsb.