Membahas tentang pergudangan barang dagang, sangat erat kaitannya dengan manajemen persediaan. Ya, manajemen persediaan gudang menjadi hal krusial bagi perusahaan dagang maupun manufaktur karena kelancaran aktivitas jual beli sangat tergantung dari baik tidaknya pengelolaan persediaan gudang tersebut. Oleh karena itu, staf bagian gudang harus mampu melakukan penghitungan persediaan gudang yang tepat dan cepat sehingga tidak terjadi kelebihan atau bahkan kehabisan persediaan.
Pengelolaan Persediaan Gudang
Persediaan merupakan aset tersimpan yang dimiliki perusahaan untuk digunakan atau dijual. Pada perusahaan dagang, persediaan contohnya ialah barang dagang yang disimpan agar selalu tersedia ketika pelanggan membeli. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, contoh persediaan lebih luas yaitu termasuk pula dengan material atau barang baku, barang jadi, dan barang setengah jadi yang disimpan di dalam gudang untuk digunakan dalam kegiatan produksi.
Pengelolaan persediaan gudang menjadi kegiatan yang tidak bisa dianggap sepele. Kelebihan persediaan akan menciptakan kerugian berupa pengeluaran yang tinggi untuk merawat dan biaya simpan. Begitupun jika terjadi kekurangan, maka akan menghambat kegiatan produksi yang efeknya bisa membuat konsumen kecewa.
Setidaknya ada tiga hal yang dilakukan dalam pengelolaan persediaan gudang, yaitu:
Memastikan persediaan cukup
Mengefisiensikan biaya persediaan
Memastikan persediaan terpakai dengan optimal
Jika ketiga hal di atas bisa dilakukan, maka perusahaan bisa mengoptimalkan laba yang didapatkannya. Nantinya, efisiensi yang berhasil dicapai juga bisa memperkecil biaya persediaan. Menekan biaya persediaan memang menjadi salah satu tujuan utama lantaran jumlahnya bisa sangat besar apabila tidak dikelola dengan benar.
Persediaan Rata-Rata Gudang
Persediaan rata-rata merupakan banyaknya jumlah persediaan secara rerata dari setiap periode. Persediaan rata-rata ini sangat berkaitan dengan rasio perputaran persediaan. Rasio perputaran persediaan sendiri merupakan rasio efisiensi akan efektivitas persediaan yang bisa dikelola dengan membandingkan Harga Pokok Penjualan dalam persediaan rata-rata suatu periode.
Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka semakin baik karena menunjukkan biaya untuk membeli barang lebih sedikit dan teroptimalkannya pengeluaran. Rasio perputaran ini bisa dihitung dengan membagi Harga Pokok Penjualan (HPP) dalam suatu periode dengan rata-rata persediaan periode tersebut. Ya, dengan kata lain, rata-rata persediaan merupakan pembagian antara Harga Pokok Penjualan dengan rasio perputaran persediaan.
Persediaan Rata-Rata = Harga Pokok Penjualan / Rasio Perputaran Persediaan
Namun dalam artian lebih sederhana, maka persediaan rata-rata di suatu periode merupakan penjumlahan antara persediaan di awal dengan persediaan di akhir lalu dibagi dua.
Persediaan Rata-Rata = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2
Persediaan awal merupakan persediaan bahan baku atau produk di gudang pada setiap awal periode. Sedangkan persediaan akhir merupakan bahan baku atau produk yang tersisa di setiap akhir periode. Persediaan akhir periode ini sendiri merupakan pengamatan pada persediaan awal periode berikutnya. Secara matematis, maka persediaan akhir memiliki rumus sebagai berikut.
Persediaan akhir = Persediaan awal + Barang masuk – Barang yang dipakai
Lantas, seperti apa contoh kasus untuk perhitungannya?
Contoh Perhitungan Persediaan Rata-Rata Gudang
Agar lebih memahami tentang perhitungan persediaan rata-rata gudang ini, berikut adalah contoh kasusnya.
Sebuah perusahaan manufaktur melakukan pengumpulan data persediaan bahan baku di gudangnya untuk periode Januari sampai Maret 2019. Data ini sudah dikelompokkan dalam tabel data persediaan awal bahan baku, penerimaan bahan baku, dan pemakaian bahan baku.
Tabel 1. Data Persediaan Bahan Baku Awal, Januari 2019
Tabel 2. Data Masuk Bahan Baku, Januari-Maret 2019
Tabel 3. Data Pemakaian Bahan Baku, Januari-Maret 2019
Berdasarkan informasi data tabel di atas, maka bisa dilakukan pengolahan data sebagai berikut.
Menentukan Persediaan Awal
Persediaan awal merupakan persediaan di setiap awal periode. Berdasarkan data di atas, maka jelas bahwa persediaan awal untuk Bulan Januari 2019 bisa dilihat pada tabel 1. Sedangkan jika ingin mengetahui persediaan awal di bulan Februari adalah dengan menambahkan persediaan awal Januari dengan barang masuk Januari dan dikurangi Pemakaian Januari. Nilai ini sama dengan persediaan akhir Bulan Januari. Begitupun untuk persediaan awal Bulan Maret dimana didapat dengan menambahkan persediaan awal Februari dengan barang masuk Februari dan dikurangi pemakaian Februari.
Contohnya adalah pada bahan baku AB100. Persediaan awal bulan Februari dan Maret didapat melalui rumus sebagai berikut.
Persediaan Awal Bulan Februari Barang AB100 = 200 Kg + 100 Kg – 150 Kg = 150 Kg
Menentukan Persediaan Akhir
Merupakan persediaan bahan baku atau produk tersisa di setiap akhir periode pengamatan. Persediaan akhir ini sendiri merupakan persediaan awal di periode berikutnya. Contohnya adalah pada bahan baku AB100, persediaan akhir di Bulan Januari ialah 150 Kg seperti yang sudah dihitung di atas karena persediaan akhir Bulan Januari merupakan persediaan awal Bulan Februari.
Menghitung Persediaan Rata-Rata
Setelah mengetahui dua hal di atas, maka kita bisa mendapatkan persediaan rata-rata gudang. Perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu:
Persediaan Rata-Rata = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2
Sebagai contoh untuk bahan baku AB100, maka persediaan rata-rata Bulan Januari adalah sebagai berikut.
Persediaan Rata-Rata = (200+ 150) / 2 = 175 Kg
Jadi, persediaan rata-rata untuk bahan baku kode AB100 pada Bulan Januari yaitu 175 Kg. Perhitungan ini berlaku pula untuk bahan baku lainnya pada periode yang diinginkan.
Demikianlah penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan persediaan rata-rata gudang beserta contoh cara menghitungnya. Pengetahuan akan hal ini sangat penting agar perusahaan bisa melakukan pengelolaan yang tepat terkait persediaan gudang. Selain itu, meskipun sudah terbantu dengan teknologi namun ketelitian dalam penginputan data tetap harus dijaga.