Jurnal koreksi merupakan hal yang biasa terjadi dalam pencatatan laporan keuangan perusahaan. Sesuai dengan namanya, yaitu koreksi artinya jurnal ini dibuat untuk membetulkan sesuatu yang sebelumnya salah. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan lengkap dan contoh mengenai jurnal koreksi berikut.
Definisi Jurnal Koreksi
Pada umumnya, terdapat 4 tipe macam kesalahan yang biasa terjadi dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu:
Pencatatan pada buku besar yang tidak melalui jurnal umum. Jika ini terjadi, cukup segera susun jurnal sesuai dengan transaksi tersebut. Berikan keterangan yang singkat, padat dan jelas, sehingga para pembaca keuangan dapat menerima alasan tersebut dengan baik.
Jurnal umum telah dibuat, namun belum diposting. Kesalahan tipe ini, tidak dibutuhkan jurnal koreksi. Akuntan bisa langsung posting ke buku besar yang terkait.
Adanya jumlah nominal yang salah pada transaksi yang telah disusun dalam jurnal umum, namun belum masuk pada buku besar.
Jurnal umum dibuat dan telah di posting pada buku besar. Namun ternyata ditemukan kesalahan dalam jurnal umum tersebut. Jika kasusnya jurnal telah masuk dalam buku besar, maka saat inilah dibutuhkan jurnal koreksi.
Jurnal koreksi merupakan jurnal yang disusun dengan tujuan untuk membetulkan jurnal yang salah dibuat sebelumnya. Kesalahan bisa berupa jumlah nominal uang, penulisan nama akun yang tidak sesuai, hingga kelalaian tidak tercatatnya suatu transaksi. Jurnal koreksi biasanya dibuat saat periode laporan keuangan tersebut berjalan.
Namun dalam beberapa kasus, jika kesalahan baru terlacak pada periode selanjutnya, dan memiliki pengaruh pada laporan keuangan periode saat ini, maka tetap harus dibuatkan jurnal koreksi. Hal ini karena perusahaan dianggap belum tutup buku pada periode sebelumnya. Padahal periode saat ini sedang berjalan. Jurnal koreksi pada kasus ini diperlukan hanya bila kesalahan mempengaruhi laporan neraca. Kesalahan yang terdapat pada laporan laba rugi tidak perlu dibuatkan jurnal koreksi karena nilai pada akun-akun tersebut telah menjadi nol, sehingga tidak mempengaruhi laporan keuangan pada periode selanjutnya.
Lantas, mengapa tidak dicoret atau menggunakan alat koreksi lainnya daripada harus membuat jurnal koreksi? Hal ini dikarenakan coretan atau penggunaan alat koreksi lainnya tidak dibenarkan dalam proses penyusunan laporan keuangan, khususnya pada buku besar. Aturan ini berlaku bagi pencatatan secara manual maupun bagi yang menggunakan software.
Coretan atau penggunaan alat koreksi pada buku besar akan menimbulkan kecurigaan pada entitas tertentu. Mereka dapat beranggapan akuntan atau perusahaan tidak profesional, atau bahkan menyembunyikan suatu penyimpangan. Oleh karena itulah jurnal koreksi memiliki peran penting. Entitas yang membutuhkan laporan keuangan pun akan melihat dimana letak kesalahannya, apakah kesalahan tersebut memang murni salah pencatatan atau mengandung unsur lain.
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan manfaat dari jurnal koreksi adalah sebagai berikut:
Menyeimbangkan kesalahan pencatatan
Artinya jurnal koreksi menjadi alat untuk menetralkan kesalahan jurnal umum sebelumnya yang terlanjur masuk dalam buku besar. Jurnal koreksi akan membuat jurnal yang salah menjadi nol dan akan timbul transaksi baru yang seharusnya.
Mengetahui histori dari transaksi
Membantu untuk mengetahui darimana asal pencatatan dalam buku besar, entah itu nominal maupun akun yang baru muncul. Pembaca akan mengetahui melalui jurnal umum yang salah sebelumnya, serta jurnal koreksi yang telah dibuat.
Terlihat lebih profesional
Sekalipun jurnal koreksi muncul karena kesalahan, namun dengan adanya jurnal koreksi, perusahaan akan terlihat lebih profesional dan terbuka. Akuntan akan dinilai terlatih dalam membetulkan kesalahan dengan benar dan lebih teliti karena dapat menemukan kesalahan tersebut.
Contoh Transaksi dan Penyelesaian Jurnal Koreksi
Sebelum menyusun jurnal koreksi, dibutuhkan langkah-langkah berikut:
Jurnal pembalik
Setelah kesalahan terdeteksi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membuat jurnal pembalik untuk penghapusan transaksi. Cara menghapusnya cukup dengan membalik akun tersebut, sehingga menjadikan nilai nominalnya nol (0) Misalkan jurnal yang salah seperti dibawah ini:
Mesin Rp. 15,000,000
Kas Rp. 15,000,000
Maka jurnal penghapusan sebagai berikut:
Kas Rp. 15,000,000
Mesin Rp. 15,000,000
Jurnal sebenarnya
Setelah dihapus, maka segera catat jurnal yang seharusnya, sesuai dengan transaksi yang sebenarnya terjadi.
Jurnal koreksi
Jurnal koreksi terjadi setelah kedua langkah di atas dijalankan. Gabungan antara pembalikan jurnal dan jurnal sebenarnya, akan menghasilkan jurnal koreksi.
Jika saat ini Anda masih bingung, mari masuk dalam contoh kasus:
Pada tanggal 20 Oktober 2019, perusahaan membeli perlengkapan kantor berupa komputer, dengan total harga Rp. 20,500,000 secara tunai. Maka atas transaksi tersebut akan muncul jurnal umum sebagai berikut:
20 Oktober 2019 Komputer Rp. 20,500,000
Kas Rp. 20,500,000
Pada saat di posting ke buku besar, akuntan baru menyadari adanya kesalahan nominal. Seharusnya pembelian komputer senilai Rp. 25,500,000, bukan Rp. 25,500,000. Maka perlu disusun jurnal koreksi dengan langkah-langkah seperti berikut:
Jurnal pembalik
Kas Rp. 20,500,000
Komputer Rp. 20,500,000
Jurnal koreksi (mencatat jurnal yang seharusnya disusun)
Komputer Rp. 25,500,000
Kas Rp. 25,500,000
Hanya dengan langkah di atas, maka jurnal koreksi telah selesai dibuat, dan siap di posting kembali di buku besar.
Contoh diatas adalah contoh kesalahan penulisan nominal, bagaimana jika kesalahan terletak pada klasifikasi akun? Berikut kasusnya:
Pada tanggal 20 Oktober 2019 perusahaan menerima pembayaran bunga dari penjualan kredit sebelumnya sebesar Rp. 500,000. Pendapatan tersebut disetujui untuk dimasukan ke dalam kas di bank. Akuntan menyusun jurnal sebagai berikut:
20 Oktober 2019 Kas di bank Rp. 500,000
Pendapatan penjualan Rp. 500,000
Akuntan kemudian menyadari bahwa ada kesalahan pencatatan nama akun. Pendapatan yang seharusnya masuk dalam pendapatan bunga, justru dimasukkan dalam pendapatan penjualan. Sekalipun sama-sama pendapatan, namun apabila perusahaan memisahkan jenis pendapatan, maka hal ini menjadi sangat riskan dan patut di koreksi. Sama seperti sebelumnya, buatlah jurnal pembalik terlebih dahulu, seperti dibawah ini:
Pendapatan penjualan Rp. 500,000
Kas di bank Rp. 500,000
Setelah jurnal dinetralkan, maka selanjutnya buatlah jurnal yang seharusnya sebagai jurnal koreksi.
Kas di bank Rp. 500,000
Pendapatan bunga Rp. 500,000
Adanya jurnal koreksi bukan berarti menghakimi penyusun laporan keuangan tidak teliti. Jurnal koreksi ada justru untuk membenarkan yang salah, tanpa harus membuat kesalahan sebelumnya tidak ada. Dengan adanya jurnal koreksi, para pembaca laporan keuangan akan merasa bahwa tidak ada sesuatu yang ditutupi secara sengaja oleh perusahaan.