Mengenal Account Receivable atau Piutang Usaha

mengenal_account_receivable__piutang_usaha_yang_perlu_anda_ketahui

Seorang pelaku bisnis perlu mengetahui berbagai macam istilah yang ada di dunia bisnis, salah satunya yaitu Account Receivable atau yang biasa disebut dengan Piutang Usaha.  Bagi yang tidak akrab dengan istilah ini memang bisa sangat membingungkan. Account Receivable adalah catatan transaksi yang menjadi dasar ketika menerima uang. Umumnya Account Receivable baru akan dicatat ketika pembeli/konsumen telah membeli barang dengan Delivery Order atau langsung melunasi seluruh pembayaran di muka. Namun, jika pembayaran dari konsumen dilakukan setelah barang yang dipesan diterima, maka Account Receivable (AR) atau Piutang Usaha baru akan tercatat apabila kita mengeluarkan bukti transaksi berupa Invoice yang diberikan kepada pembeli atau konsumen.Selain istilah Account Receivable, terdapat juga istilah Account Payable (AP) dalam proses transaksi perusahaan yang harus dicatat demi keseimbangan neraca. Secara singkat, Account Payable (AP) merupakan transaksi-transaksi yang menjadi dasar perusahaan untuk mengeluarkan uang. Tentunya ini berbanding terbalik dengan pengertian Account Receivable yang merupakan transaksi yang menjadi dasar perusahaan untuk menerima uang. Intinya, Account Payable (AP) ada karena perusahaan melakukan pembelian, sedangkan Account Receivable (AR) ada karena perusahaan melakukan penjualan. Istilah piutang atau Account Receivable mencakup seluruh yang diklaim dari entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya.Tak sedikit pelaku bisnis yang kesulitan dalam mengelompokkan piutang usaha, apalagi bagi perusahaan kecil yang masih memiliki sistem pembukuan seadanya sehingga terjadi penumpukkan dan ketidakteraturan dalam pencatatan. Tak dapat dipungkiri kalau perusahaan kecil atau yang masih baru berjalan lebih mengutamakan fokusnya kepada pengembangan bisnis. 

Jenis-Jenis Piutang 

  1. Piutang Usaha

Pada piutang jenis ini, transaksi paling umum yang menghasilkan pemasukan dalam bentuk piutang adalah penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang akan dicatat sebagai debit pada akun Piutang Usaha (Account Receivable). Biasanya penagihan piutang usaha dilakukan dalam waktu dekat, yaitu 30 hari atau 60 hari. Jenis piutang ini dikelompokkan ke dalam aset lancar di neraca.

  1. Wesel Tagih atau Notes Receivable

Jenis piutang yang satu ini merupakan pernyataan jumlah hutang pelanggan dalam bentuk dokumen formal. Berbeda dengan piutang usaha, Wesel Tagih baru bisa dikelompokkan ke dalam aset lancar pada neraca apabila jumlah terutang dapat ditagih dalam kurun waktu setahun. Biasanya jenis piutang ini digunakan untuk periode kredit lebih dari 6O hari, misalnya ketika kita membeli kendaraan secara kredit, kita akan menandatangani sebuah surat.Wesel tagih dan piutang usaha yang dihasilkan dari transaksi penjualan disebut juga sebagai Piutang Dagang. Piutang Dagang pun bisa dikelompokkan menjadi dua jenis apabila seperti dibawah ini:

  1. Piutang Dagang atau Trade Receivable

Piutang dagang atau yang juga dikenal sebagai Trade Receivable adalah klaim atau tagihan atas penyerahan barang atau jasa kepada pihak lain. Biasanya pada jurnal Piutang Dagang akan tercatat seperti berikut:Untuk penyerahan barang[Debit] Trade Receivable (Piutang Dagang)[Credit] SalesDan;[Debit] Cost of Goods Sold (COGS) atau dikenal juga dengan Harga Pokok Penjualan (HPP)[Credit] InventoryUntuk penyerahan jasa[Debit] Trade Receivable (Piutang Dagang)[Credit] Revenue (Pendapatan)Pada umumnya, Piutang Dagang merupakan jenis piutang yang termasuk paling current/liquid (lancar) diantara jenis piutang lainnya dimana dapat ditagih paling lama 90 hari dan tanpa bunga. Meskipun pada akhirnya dikenakan bunga karena keterlambatan pembayaran yang telah melewati jatuh tempo, namun biasanya jenis piutang ini tetap tanpa bunga. Sayangnya pada prakteknya tidak sedikit piutang dagang jenis ini baru bisa ditagih setelah bertahun-tahun, atau tertagih hanya sebagian dan bahkan tidak tertagih sama sekali.

  1. Piutang Non-Dagang atau Non-Trade Receivable 

Seperti namanya, Piutang Non-Dagang atau Non-Trade Receivable merupakan piutang yang berasal dari kegiatan perusahaan yang bukan berupa penyerahan barang atau jasa utama yang dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan.Setidaknya ada 4 hal yang memungkinkan transaksi yang tergolong ke dalam Non-Trade Receivable, yaitu:

  1. Penjualan efek atau properti selain persediaan perusahaan yang pembayarannya belum diterima. Misalnya, penjualan mesin yang sudah tidak terpakai lagi secara kredit.
  2. [Deposit yang dikeluarkan atas suatu kontrak, seperti kontrak kerja kepada sub-kontraktor yang pekerjaannya baru akan dimulai, perusahaan mengeluarkan sejumlah deposito sebagai jaminan).
  3. Klaim atas kerugian atau kerusakan yang belum diterima oleh perusahaan atas pembelian suatu barang yang cacat tetapi belum mendapatkan penggantian uangnya.
  4. Potongan harga atau diskon atas pembelian tertentu yang belum diterima oleh perusahaan. Misalnya, diskon atas pembelian peralatan yang total harga yang telah dibayarkan belum dipotong oleh diskon yang diberikan atas pembelian tersebut.
  1. Piutang Lainnya

Piutang yang dimaksud pada jenis ini mencakup piutang bunga, piutang pajak, dan piutang karyawan dimana sifatnya mirip seperti Wesel Tagih, apabila dapat ditagih dalam waktu setahun, maka piutang dapat dikelompokkan sebagai aset lancar.Sebaliknya, jika diperkirakan baru bisa tertagih dalam kurun waktu lebih dari setahun, maka dikelompokkan sebagai aset tidak lancar dan harus dilaporkan kepada bagian investasi.4. Piutang Tak TertagihYang terakhir adalah Piutang Tak Tertagih dimana dapat terjadi jika sebagian pelanggan tidak membayar hutang tertagih. Tidak sedikit perusahaan yang memindahkan risiko piutang tak tertagih ini kepada pihak lain. Misalnya seperti beberapa perusahaan tidak menyediakan fasilitas penjualan kredit  dan seluruh pembelian harus dibayarkan secara tunai atau menggunakan kartu kredit.Dengan cara ini, perusahaan memindahkan risiko piutang tak tertagih kepada perusahaan kartu kredit. Contoh lainnya juga yang saat ini sedang banyak berlaku di e-commerce adalah pembelian secara  kredit melalui perusahaan fintech. Cara Mengelola Piutang Agar EfektifTentunya semua pengusaha tidak ingin memiliki piutang tak tertagih karena biar bagaimanapun, itu termasuk pemasukan perusahaan yang tidak bisa dilepas begitu saja. Salah satu cara untuk memastikan hal tersebut tidak kamu alami adalah dengan mengelola piutang secara efektif dan dengan baik. Berikut beberapa referensi yang dapat kamu terapkan pada bisnis milikmu:

  1. Membuat Daftar Khusus Piutang

Langkah pertama yang dapat kamu lakukan adalah membuat daftar khusus atas piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Coba buat daftar piutang dengan rinci, meliputi seperti nama, tanggal piutang, tanggal jatuh tempo, jumlah terutang, alamat dan kontak yang dapat dihubungi untuk menagih. Jangan lupa untuk rencanakan juga jumlah dan pengumpulan piutangnya. Hal ini dilakukan agar kamu dapat dengan mudah melakukan pengecekan atas piutang yang dimiliki perusahaan.

  1. Pengendalian Piutang

Ada beberapa cara bagi kamu untuk mengendalikan piutang perusahaan, yaitu:

  1. Menyeleksi pelanggan mana yang dapat memperoleh piutang
  2. Menentukan risiko kredit
  3. Menentukan return atau potongan-potongan kredit
  4. Menetapkan ketentuan untuk menghadapi piutang yang macet atau menunggak
  5. Melaksanakan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit
  1. Menghitung Perputaran Piutang

Untuk dapat menilai efisiensi dari pengumpulan piutang yang dilakukan, kamu dapat melakukannya dengan cara menghitung perputaran piutang. Perputaran piutang adalah lamanya atau periode waktu dari total dana piutang tersebut. Apabila rata-rata waktu pengumpulan piutang yang dilakukan lebih lama dibandingkan dengan batas pembayaran jumlah total piutang tertagih, itu artinya pengumpulan piutang yang kamu lakukan kurang efisien.


You Might Also Like