Anda tentu mengenal Akuntansi sebagai bagian ilmu ekonomi yang fokus pada pencatatan dan penjurnalan. Dalam penerapannya, akuntansi juga dibagi menjadi beberapa jenis, seperti yang lumrah dijumpai adalah akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi pajak, dan lain sebagainya. Namun bagaimana dengan akuntansi persediaan? Pernahkah Anda mengetahui atau mengenalnya?


Bagi mereka yang tidak bekerja di dunia bisnis, istilah akuntansi persediaan mungkin masih asing didengar. Akuntansi persediaan ini memang lebih lumrah dipakai dalam dunia bisnis terkhusus produksi dan perdagangan karena terkait dengan stok barang. Secara sederhana, akuntansi persediaan ini menyangkut dengan bagaimana suatu usaha bisa mengelola aset dan barangnya agar roda usaha bisa berjalan sebagaimana mestinya.


Pengertian Akuntansi Persediaan

Persediaan (Inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam proses operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual. Menurut buku standar akuntansi keuangan, persediaan merupakan setiap aktiva yang tergolong dalam barang jadi yang siap untuk dijual dalam aktivitas usaha normal, barang yang sedang diproduksi atau sedang dalam perjalanan, dan barang yang masih dalam bentuk bagan atau perlengkapan sebagai input dalam proses produksi barang atau pengiriman jasa.


Schroeder (2000:4) menyatakan bahwa persediaan sebagai stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Rangkuti (2004:1) juga memberikan pandangannya terkait persediaan yaitu suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi maupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.


Menambahkan dari kedua pengertian ahli sebelumnya, Prawirosentono (2005:83) menyatakan pengertian persediaan dalam dua sudut pandang tergantung perusahaan itu sendiri. Dari sudut pandang perusahaan manufaktur, persediaan dipahami sebagai simpanan bahan baku dan barang setengah jadi (work in proses) untuk diproses menjadi barang jadi (finished goods) yang mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga atau konsumen. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan dagang, persediaan merupakan simpanan sejumlah barang jadi yang siap dijual kepada konsumen.


Berdasarkan pengertian di atas, artinya persediaan tidak dimiliki langsung oleh perusahaan jasa. Sedangkan perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang dan perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.


Tujuan Akuntansi Persediaan

Mengapa akuntansi persediaan harus dianggap penting bagi sebuah bisnis? Hal tersebut karena adanya persediaan akan mempengaruhi nilai atau harga produk akhir. Dalam fungsi buku besar di sebuah perusahaan, persediaan juga berkontribusi dalam penyusunan neraca lajur dan penyusunan laporan keuangan karena persediaan akan mempengaruhi laba atau rugi operasional. Kesalahan dalam perhitungan persediaan, akan berakibat pada kesalahan penentuan harga pokok produk, sebagaimana rumus yang berlaku yaitu:

Harga Pokok Produk = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

Dalam penerapannya di dunia bisnis, setidaknya ada tiga tujuan utama dari penilaian persediaan yaitu :

  1. Menyajikan informasi kepada perusahaan terkait berapa nilai produk yang sudah dihasilkan atau diproduksi. Nilai ini didapatkan dari selisih nilai perusahaan dengan aset tertentu dan tanpa aset tertentu.

  2. Menghitung laba dan rugi dengan melakukan perbandingan antara biaya pokok dengan pendapatan yang berkaitan dengan harga produk.

  3. Menyajikan informasi mengenai persediaan untuk memprediksi aliran kas di masa mendatang baik oleh investor atau pengguna laporan keuangan lain.


Penentuan Kuantitas Persediaan

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana caranya mengetahui berapa jumlah barang persediaan di perusahaan mengingat ada banyak elemen yang terkait di sana. Ternyata untuk melakukan perhitungan ini, terdapat dua cara atau metode yang umum diterapkan yaitu metode periodik dan perpetual.

  1. Metode Periodik

Disebut Metode Periodik karena pengecekan arus barang keluar atau terjual nilainya hanya dicatat secara periodik satu kali yaitu di akhir periode. Metode yang juga dikenal dengan nama Stock Opname ini menjadikan persediaan sebagai komponen Cost of Goods Sold (CGS) sehingga perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang.


Dalam sistem periodik, yang perlu dilakukan perusahaan adalah pengecekan fisik persediaan akhir di akhir periode. Nilai persediaan ini akan mempengaruhi harga pokok penjualan sebagaimana rumus yang sudah ditampilkan sebelumnya.


Namun metode periodik ini memiliki kelemahan yaitu perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan overstatement karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurang dengan persediaan akhir. Artinya, jika ada barang rusak, hilang, turun kualitas, dan sebagainya tidak bisa terungkap sehingga laporan laba-rugi kurang informatif.


  1. Metode Perpetual

Kebalikan dari Metode Periodik, pada Metode Perpetual pencatatan nilai arus barang keluar dilakukan setiap ada penjualan. Artinya dengan metode ini maka harga pokok penjualan akan diketahui sepanjang periode. Menggunakan sistem Perpetual juga berarti tetap perlu pengecekan fisik untuk mengetahui kecocokan nilai dalam sistem/buku dan kondisi asli di gudang. Jika terdapat perbedaan maka perlu dilihat beberapa pertimbangan berikut:

  • Apabila jumlah fisik lebih besar dari jumlah di buku, pastikan apakah ada barang yang sudah dibeli oleh konsumen tetapi belum dikirim

  • Apabila jumlah fisik lebih kecil dari jumlah di buku, maka pastikan apakah ada pengiriman yang belum tercatat. Jika semua sudah tercatat, berarti ada kemungkinan kehilangan barang


Untuk menyempurnakan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing metode, biasanya perusahaan memadukan kedua metode diatas. Berikut ilustrasi untuk metode Periodik dan Perpetual.

No

Transaksi

Metode Periodik

Metode Perpetual

1.

Membeli barang dagangan secara kredit Rp100.000

Pembelian Utang

100.000

100.000

Persediaan Barang Dagang Utang

100.000

100.000

2.

Retur Pembelian Rp10.000

Utang Retur Pembelian

10.000

10.000

Utang Persediaan Barang Dagang

10.000

10.000

3.

Barang yang dijual. Harga Jual Rp50.000

Dan harga pokok barang Rp30.000

Piutang/Kas Penjualan

50.000

50.000

Piutang/Kas Penjualan


HPP persediaan Barang Dagang

50.000


30.000

50.000


30.000

4.

Pada akhir tahun

Harus dilakukan inventarisasi fisik untuk mengetahui persediaan barang yang ada

Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, tetapi inventarisasi tetap perlu dilakukan


Misalkan menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp20.000 dan pada awal tahun Rp15.000

Ikhtisar L/R persediaan B.D



Persediaan B.D Ikhtisar L/R

15.000




Rp20.000



15.000




Rp20.000

Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, maka perusahaan perlu membuat jurnal.


Itulah hal-hal umum seputar Akuntansi Persediaan yang berlaku dalam dunia bisnis atau usaha. Pada intinya, akuntansi persediaan penting untuk diperhatikan secara serius bagi perusahaan karena menyangkut langsung dengan perhitungan harga produk. Selain itu, akuntansi persediaan juga diperlukan untuk menjaga aktivitas operasional perusahaan.