Mengidentifikasi Risiko Pada Perusahaan Konstruksi dengan Metode Manajemen Risiko (Risk Management) dan Cara Menanggulanginya

mengidentifikasi_risiko_pada_perusahaan_konstruksi_dengan_metode_manajemen_risiko

Industri konstruksi menjadi salah satu industri terbesar di dunia yang sangat kompetitif. Bagaimana tidak, konstruksi memiliki bidang proyek yang luas dan selalu dibutuhkan di sepanjang masa dan di semua tempat. Teknologi yang digunakan juga tak sedikit dan terus berkembang. Berbagai teknik baru muncul sebagai jawaban agar pekerjaan proyek dapat lebih cepat dan efisien.Sebanding dengan besarnya keuntungan yang didapat, risiko yang dihadapi oleh perusahaan konstruksi juga sangat besar. Risiko yang melekat ini tidak terlepas dari karakteristik utama kegiatan perusahaan tersebut yaitu penyedia jasa konstruksi. Jika tidak dipegang oleh orang-orang yang andal, perusahaan konstruksi bisa dengan mudah untuk bangkrut. Oleh karena itu, pemahaman akan aspek-aspek teknis dari konstruksi sangat diperlukan.Risiko dan Manajemen Risiko Perusahaan KonstruksiRisiko sering dimaknai sebagai akibat atau dampak negatif dari suatu kegiatan yang menyebabkan suatu kerugian. Terkait dengan perusahaan konstruksi, risiko yang dihadapi tidak selalu sama. Hal ini karena ragam pekerjaan / proyek yang dijalankan memiliki karakteristik yang cukup unik tergantung kondisi di lapangan seperti kondisi lahan, peraturan daerah, dan lain sebagainya. Secara umum, sumber-sumber penyebab risiko terdiri dari 4 hal, yaitu :

  1. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
  2. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari lingkungan luar perusahaan
  3. Risiko Keuangan, yaitu risiko yang disebabkan oleh faktor ekonomi seperti perubahan harga, tingkat suku bunga, dan mata uang
  4. Risiko Operasional, yaitu risiko dari faktor-faktor lain seperti manusia, alam, dan teknologi.

Dalam upaya menghindari risiko yang timbul, maka perusahaan konstruksi akan melakukan sebuah manajemen risiko. Manajemen risiko ini didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, menilai, mengontrol, dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. Tujuan dari manajemen risiko pada perusahaan konstruksi adalah  untuk membantu manajer atau pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan serta mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut.Identifikasi Risiko dengan Risk Management Pada Perusahaan KonstruksiIdentifikasi risiko adalah usaha untuk mengetahui atau menemukan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan. Pengidentifikasian risiko dilakukan oleh manajer perusahaan dengan mencari tahu kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu kerugian, memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko, memutuskan pemakaian metode antisipasi risiko paling efektif, serta mengadministrasikan program-program manajemen risiko.Informasi soal risiko sendiri bisa didapatkan dari dokumen internal seperti laporan keuangan, standar operasional prosedur, dokumen SDM, dan lainnya. Selain itu bisa juga didapat dari dokumen eksternal seperti koran, majalah, artikel publikasi, dan lain-lain. Menanyakan dan mencari informasi dari pihak internal perusahaan atau pihak eksternal juga bisa menjadi sumber informasi risiko.Proses identifikasi risiko harus dilakukan secara komprehensif atau secara menyeluruh untuk meminimalisasi peluang risiko yang tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti brainstorming (saling bertukar pikiran), questionnaire (kuisioner atau membuat tanya-jawab), industry benchmarking (membandingan industri), scenario analysis (analisis skenario), risk assessment workshop (lokakarya penilaian risiko), incident investigation (investigasi insiden), auditing (audit), inspection (inspeksi), checklist (membuat daftar pemeriksaan), hazard and operability studies (studi bahaya dan pengoperasian), dan lain sebagainya.Sedangkan langkah-langkah untuk melakukan identifikasi risiko tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Analisa Pendahuluan, yaitu melakukan penelusuran untuk mendapat alasan yang objektif akan kemungkinan risiko.
  2. Membuat Checklist, yaitu menjabarkan berbagai potensi kerugian yang mungkin terjadi dan membuat peringkatnya dari yang berisiko terbesar sampai terkecil.
  3. Membuat Klasifikasi Kerugian, yaitu menyangkut kerugian atas kekayaan (property), kerugian atas utang piutang, serta kerugian atas personel seperti karena usia tua, sakit, dan kematian.

Menanggulangi Risiko pada Perusahaan KonstruksiSetelah berbagai identifikasi risiko dilakukan, perusahaan dapat melakukan strategi penanggulangan risiko. Penanggulangan risiko ini dilakukan untuk memindahkan dampak potensial risiko semaksimal mungkin dan meningkatkan kontrol terhadapnya. Strategi yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.

  1. Menghindari risiko

Menghindari risiko tentu menjadi tujuan utama dari perusahaan konstruksi. Menghindari risiko merupakan strategi penting agar perusahaan dapat mengetahui bahwa perusahaannya tidak akan mengalami kerugian akibat risiko yang telah diidentifikasi. Namun untuk melakukan hal tersebut perusahaan juga mungkin harus merelakan adanya keuntungan yang mungkin hilang. Sebagai contoh perusahaan harus menolak tender proyek jembatan karena ada gejolak politik yang diprediksi akan membuat jalannya proyek menjadi rumit dan peluang risiko kerugian yang besar. Meskipun harus membuang kesempatan keuntungan, tetapi penolakan tersebut harus dilakukan sebagai upaya menghindari risiko.

  1. Mencegah dan Mengurangi Risiko

Strategi berikutnya yaitu dengan mencegah risiko terjadi sekaligus mengurangi adanya kerugian. Sebagai contoh perusahaan konstruksi harus menggunakan peralatan proyek baru yang lebih aman. Meskipun harus mengeluarkan budget lebih tinggi, tetapi hal tersebut lebih baik dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mengurangi kerugian yang mungkin bisa lebih besar jika tidak menggunakannya.

  1. Meretensi Risiko

Retensi risiko artinya memperkirakan risiko secara internal baik secara utuh maupun sebagian dari dampak finansial yang akan dialami oleh perusahaan. Strategi retensi risiko ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu retensi yang terencana dan yang tidak terencana.Retensi risiko terencana adalah asumsi yang dengan sengaja dilakukan oleh perusahaan konstruksi untuk menahan risiko dengan berbagai upaya sesuai kemampuan finansial perusahaan. Sedangkan retensi risiko yang tidak terencana adalah pengendalian risiko dari perusahaan yang secara tidak sadar mengasumsikan kerugian yang akan muncul.

  1. Mentransfer Risiko

Transfer risiko maknanya adalah memindahkan semua atau sebagian dari kemungkinan risiko kepada pihak lain. Strategi ini dilakukan melalui negosiasi antara perusahaan konstruksi dengan pihak lain seperti pemilik, sub kontraktor, atau supplier. Biasanya, transfer risiko ini dilakukan melalui persyaratan yang tertuang dalam kontrakContoh dari mentransfer risiko adalah perusahaan membuat perjanjian dengan pemberi proyek dimana apabila ada perbedaan kondisi lapang di suatu proyek dengan perjanjian awal, maka boleh melakukan penyesuaian harga penawaran.

  1. Asuransi

Melakukan asuransi adalah salah satu strategi yang kerap digunakan untuk menanggulangi risiko. Hal ini mirip dengan transfer risiko dimana pihak asuransi bersedia menerima beban finansial apabila terjadi kerugian. Secara formal, asuransi merupakan kontrak persetujuan antara  pengasuransi dengan pihak asuransi. Melalui kontrak tersebut, pihak asuransi setuju untuk mengganti rugi jika ada kerugian namun dengan balasan pengasuransi harus membayar sejumlah premi tiap periodenya.


You Might Also Like