Pahami 3 Jenis Kegiatan Distribusi Beserta Contohnya

pahami_3_jenis_kegiatan_distribusi_beserta_contohnya

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak Anda tentang makna kata “distribusi”? Apakah yang tergambar adalah sebuah rantai proses pengiriman barang? Jika ya, lantas bagaimana dengan realitas pembagian sembako yang juga kerap kali disebut sebagai distribusi bantuan? Dalam kesempatan yang berbeda, distribusi terkadang juga diartikan sebagai sebuah proses pemasaran dan penjualan. Sebelum kita beranjak pada pembahasan yang lebih panjang tentang jenis distribusi, perlu disepakati bersama apa makna distribusi.  

Pengertian Distribusi

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata distribusi memiliki beberapa pengartian. Distribusi memiliki arti penyaluran dan pembagian. Sehingga tidak hanya berhenti pada realitas pengantaran sebuah barang atau jasa saja, namun hingga proses barang atau jasa itu sampai kepada customer. Jadi, distribusi dalam hal ini ditekankan pada pengertian penyaluran produk dari produsen ke konsumennya. Proses distribusi menjadi bagian penting dalam rangkaian operasional bisnis suatu perusahaan. Distribusi sangat penting untuk produsen, karena proses inilah yang menjadi kunci bagaimana produk tersalurkan sampai ke tangan customer dan dikonsumsi. Distribusi juga menjadi urat nadi keberlangsungan penjualan. Distribusi yang macet, akan menghambat sampainya produk ke konsumen. Dampaknya, penjualan akan menurun karena stok barang tidak tersalurkan ke tangan konsumen dengan lancar. Karena itulah, beberapa perusahaan bahkan berani menyerahkan proses distribusi produknya kepada perusahaan lain yang memang memfokuskan operasional bisnisnya pada jasa distribusi dan pemasaran. Tujuanya semata-mata agar produsen dapat fokus meningkatkan kualitas produksi produknya tanpa perlu mencemaskan bagaimana produk tersebut dapat sampai ke tangan pelanggan. Berikut ini akan diuraikan satu per satu dari 3 jenis strategi distribusi yang kerap dilakukan oleh perusahaan. Ketiga strategi itu adalah distribusi intensif, distribusi selektif dan distribusi eksklusif. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini! 

Distribusi Intensif

Mungkin sebagian orang masih cukup asing dengan istilah distribusi intensif. Untuk memudahkannya, mari dipahami dari sebuah contoh realitas produk-produk yang menerapkan distribusi intensif tersebut. Salah satu indikator yang paling dasar adalah produk tersebut mudah sekali kita temukan dimana-mana. Hampir di semua toko, mulai dari tradisional hingga modern, kita dapat dengan mudah menemukan produk tersebut. Contohnya minuman kemasan, sembako, dan sebagainya. Produk kebutuhan sehari-hari cenderung mudah kita temukan dimana pun. Inilah realitas distribusi intensif. Distribusi intensif mengandalkan penyaluran produk dimana pun. Targetnya adalah bagaimana produk mudah ditemukan, dikenal dan membangun kesadaran terhadap merk. Produsen dan distributor berusaha menyalurkan produk di semua tempat agar pelanggan dapat menjangkaunya dengan mudah. Baik itu di toko kelontong hingga swalayan besar, offline maupun online. Produk-produk dengan harga yang relatif terjangkau dan dibutuhkan hampir semua orang karena merupakan kebutuhan sehari-hari, cenderung menggunakan strategi ini. Namun, perlu pertimbangan matang untuk menerapkan distribusi intensif. Salah satunya yaitu kekuatan pendanaan perusahaan untuk mendistribusikan produk pada jaringan yang sangat luas. Baik secara modal dana dan juga sumber daya manusianya harus terpenuhi.  

Distribusi Selektif

Jika intensif menargetkan hampir semua pasar yang luas, maka distribusi selektif membutuhkan proses penyaringan dan pemilihan terlebih dahulu. Produk tidak akan didistribusikan ke semua tempat, tapi akan dipilih segmen pasar yang paling prospek saja. Distribusi selektif ini terbilang lebih hemat dari segi biaya distribusi dibandingkan distribusi intensif. Hal itu karena jangkauan pasar distribusi selektif yang lebih sedikit, namun dipilih yang paling menjanjikan saja dari segi prospektus pasarnya. Pada strategi penyaluran ini, pasar dipilih berdasarkan kecocokan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan atau karakteristik produknya. Baik secara harga, kesukaan, bahkan beberapa ciri khas tertentu akan disesuaikan oleh pihak produsen demi memasarkan produknya ke pasar yang prospek. Distribusi selektif ini dinilai lebih tepat sasaran dibandingkan distribusi intensif yang memilih jangkauan seluas-luasnya. Pasar terlebih dahulu diriset, dianalisa, lalu strategi pemasaran akan dirumuskan menyesuaikan karakteristik pasar yang sudah dianalisa sebelum dilakukan distribusi produknya. Sehingga ketika produk sampai ke calon pelanggan, peluang keberhasilan penjualannya tinggi. Namun, di sisi lain, sistem distribusi selektif ini membuat barang atau jasa tidak dapat ditemukan semudah jika menggunakan sistem intensif. Pelanggan yang jauh dari lokasi-lokasi yang ditarget akan kesulitan menjangkau produk. Begitu pun dari sisi produsen atau distributor, mereka sulit menjangkau pasar seluas dengan cara intensif. Hal ini berkonsekuensi pada bagaimana tim pemasaran dapat membuat strategi yang semakin jitu dan tepat sasaran. Contoh dari distribusi selektif ini misalnya produk donat J.co. Kita jarang menemukan J.co jika bukan di mall. Bahkan tidak semua mall memiliki outlet J.co. Ada semacam standart yang ditetapkan oleh J.co untuk mendistribusikan produknya di tempat-tempat tertentu dengan prospektus pasar yang sesuai dengan karakteristik produknya. J.co cenderung ada di mall-mall bergengsi di kota-kota besar dengan daya beli konsumen yang tergolong menengah ke atas. Hal itu sesuai dengan citra merk sebagai donat yang berkelas. 

Distribusi Eksklusif 

Jenis yang ketiga adalah distribusi eksklusif. Sesuai dengan namanya, strategi ini lebih khusus lagi dibanding selektif. Jika selektif masih memilih dengan standart tertentu yang disesuaikan dengan karakter produk dan prospektus pasar, maka pada distribusi eksklusif ini produk hanya disalurkan melalui satu pintu saja atau satu jalur saja. Pendistribusian benar-benar dibatasi karena ingin membangun kesan eksklusivitas. Produk brand papan atas yang berharga fantastis cenderung memilih konsep distribusi ini. Pihak produsen memiliki satu distributor resmi dan hanya melalui distributor tersebut, pelanggan dapat membeli produk. Contoh seperti brand gucci, dior, atau alat berat seperti caterpillar yang hanya memiliki satu distributor resmi di Indonesia. Strategi ini juga memiliki plus dan minusnya. Positifnya, produk menjadi bernilai lebih istimewa dibandingkan yang mudah didapat di mana-mana. Untuk pengusaha yang ingin membangun eksklusivitas pada produknya dan menaikkan nilai produk, dapat menggunakan strategi distribusi ini. Semakin sulit produk didapatkan,  membuat produk semakin bernilai tinggi. Namun di sisi lain, terbatasnya pintu distribusi berdampak kepada bagaimana pihak pemasar dituntut lebih bekerja keras mengenalkan produk tersebut kepada segmen pasar yang dituju. Begitu juga pihak produsen pada akhirnya akan bergantung pada distributor untuk pemasaran, pendistribusian hingga penjualan produknya. Bagi Anda yang sedang menyusun strategi distribusi, semoga artikel ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pertimbangan untuk pilihan terbaik Anda!


You Might Also Like