Sistem ekonomi Liberalis adalah bentuk sistem ekonomi yang membawa kebebasan setinggi-tingginya kepada orang-orang untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Sederhananya, sistem ekonomi Liberalis adalah sistem ekonomi di mana setiap keputusan ekonomi yang merujuk pada ekonomi pasar dan juga menghormati semua properti pribadi.
Sehingga tidak ada monopoli antara pihak swasta yang dapat membatasi kebebasan semua orang. Dalam hal ini, pemerintah masih menyediakan fasilitas umum, bahkan jika sistem ekonomi bebas dapat dihargai oleh pasar bebas.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Liberalis
sistem ekonomi Liberalis untuk memudahkan untuk mengidentifikasi sistem ekonomi Liberalis, Anda perlu mengenali karakteristik sistem ekonomi ini. Berikut adalah ciri-ciri sistem ekonomi Liberalis :
Setiap orang memiliki kepemilikan yang sama atas alat-alat produksi dan bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Setiap orang memiliki hak yang sama untuk berusaha dan bersaing dengan sektor ekonomi lainnya.
Intervensi pemerintah dalam sistem ekonomi liberal sangat terbatas, tetapi tidak menutup kemungkinan intervensi untuk menutup celah monopoli.
Semua harga pasar untuk barang ditentukan oleh penawaran dan permintaan bebas.
Semua produksi dilakukan untuk keuntungan dan pelaku ekonomi dapat memanfaatkannya sebaik mungkin.
Keuntungan dan Kerugian dari Sistem Ekonomi Kebebasan
Kelebihan
Sistem Ekonomi Liberalis dengan Keuntungan Dalam Sistem Ekonomi Pasar, yaitu:
Mengembangkan inisiatif dan juga kreasi pada seluruh masyarakat untuk semua mengatur kegiatan perekonomian
Setiap orang memiliki hak yang sama dalam memiliki sumber produksi, baik itu barang atau juga jasa.
Meningkatkan efisiensi dan efiktivitas tinggi untuk mencari sebuah keuntungan
Hak untuk bisa memilih sektor usaha tertentu yang disesuaikan dengan adanya kemampuan yang ada
Tingkat produksi ini akan didasari dengan berbagai kebutuhan masyarakat
Kekurangan
Sama dengan sistem ekonomi lainnya, sistem ekonomi Liberalis juga hilang, kerugian dalam implementasi, yaitu:
Monopoli bisa terjadi dimana-mana yang ada di lapisan masyarakat
Menyamaratakan sebuah pendapatan yang memang tidak mudah untuk terus dilakukan karena adanya persaingan pasar bebas
Orang kaya akan menjadi semakin kaya dan miskin akan tetap miskin.
Menimbulkan persaingan yang sangat tidak sehat
Memiliki potensi krisis ekonomi
Penggunaan sumber daya alam sangat banyak atau berlebihan
Sejarah Sistem Ekonomi Liberalis
Timbulnya paham neoliberalisme pada dasarnya tidak mungkin dilakukan terpisah dari ekonomi global setelah adanya kekacauan Perang Dunia Pertama.
Sistem ekonomi liberal yang diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika pada waktu itu tidak bisa sukses dan berhasil. Pasar mulai diklaim mempunyai sebuah kemampuan yang sangat hebat dalam hal mengurus dirinya sendiri.
Namun, setelah ekonomi dunia tenggelam ke dalam jurang resesi besar pada tahun 1930, kepercayaan pada sistem ekonomi liberal ini anjlok.
Saat itu, publik mengira pasar bukan hanya tidak mampu menjaga dirinya sendiri, tetapi juga menjadi sumber malapetaka bagi mereka. Resesi Hebat melanda negara itu, meninggalkan banyak pengangguran dan bisnis bangkrut.
Dengan memahami kelemahan sistem ekonomi liberalisme, beberapa ekonom yang dipimpin oleh Willow dan Eucken di Jerman pada bulan September 1932 yang diusulkan untuk memperbaiki sistem ekonomi dunia, secara khusus meningkatkan peran negara untuk memberikan kebijakan ekonomi.
Selama proses pengembangan, ide ini kemudian dibawa ke AS oleh Ropke dan Simon ke Universitas Chicago untuk nantinya bisa dikembangkan lebih lanjut sampai lembaga pendidikan tersebut dikenal dengan sebutan Chicago School.
Akhirnya, Chicago School telah mampu menyelesaikan konsep ekonomi neoliberal menjadi konsep sistem ekonomi yang dinyatakan yang dapat mengatasi dan mengurangi tingkat depresi di suatu negara. Namun, pemahaman Neo Liberalis pada saat itu lebih rendah daripada tren konsep State Kesejahteraan oleh John Maynard Keynes.
Tujuan dari Sistem Ekonomi Neoliberalisme
Tujuan utama gagasan sistem ekonomi neoliberal ada tiga, yaitu :
Pertama, mengembangkan kebebasan masing-masing pihak untuk dapat bersaing secara bebas dan sempurna di pasar.
Kedua, kepemilikan pribadi atas semua faktor produksi akan diakui.
Ketiga, penetapan dan pembentukan harga di pasar bukanlah suatu hal yang wajar, tetapi merupakan hasil pengaturan yang dilaksanakan oleh negara seiring dengan berlakunya undang-undang.
Peran negara dalam sistem ekonomi neoliberal berdasarkan ketiga tujuan di atas hanya sebatas sebagai pengatur dan pelindung mekanisme pasar.
Dalam perkembangannya, peran negara dalam sistem ekonomi neoliberal ini ditekankan untuk dapat melakukan empat hal.
Pertama, menempuh kebijakan fiskal yang ketat, seperti penghapusan subsidi. Kedua, liberalisasi sektor keuangan publik. Ketiga, liberalisasi sistem perdagangan. Terakhir, privatisasi perusahaan publik.
Sebaliknya, dalam sistem ekonomi kerakyatan sebagaimana tertulis dalam Pasal 33 UUD 1945 disebutkan bahwa ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kedaulatan rakyat melalui kondisi ekonomi.
Ada tiga prinsip dasar dalam ekonomi kerakyatan.
Pertama, sistem ekonomi dipahami sebagai usaha bersama dengan konsep dasar kekeluargaan.
Kedua, semua industri manufaktur yang dianggap penting bagi negara dan menyangkut kepentingan banyak orang akan dikuasai oleh negara.
Ketiga, semua sumber daya alam negara akan dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.
Jika lebih diperhatikan, prinsip tersebut menunjukkan bahwa peran negara dalam sistem perekonomian rakyat sangatlah penting. Hal ini ditunjukkan dalam pasal 27 ayat 2 dan pasal 3
Dampak Negatif Sistem Ekonomi Liberal
Pada umumnya sistem ekonomi liberal dikaitkan dengan adanya tekanan politik multilateral, melalui kartel yang mengatur sistem perdagangan seperti Bank Dunia. Kondisi ini menurunkan kekuasaan pemerintah sampai pada level yang paling rendah.
Sistem ekonomi ini akan menimbulkan tekanan intervensi pemerintah dan juga akan mampu meningkatkan kekuatan pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi liberal ini seringkali menjadi hambatan bagi perdagangan yang adil dan gerakan-gerakan lain yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial, yang seharusnya menjadi prioritas tertinggi di suatu negara.
Sistem ekonomi liberal juga akan menambah kemiskinan, karena sistem ekonomi ini lebih menitikberatkan pada hak penanam modal, kapitalis atau penanam modal. Jadi memungkinkan mereka untuk berada di lokasi sentral adalah suatu hal yang sangat penting.
Sebaliknya, posisi manusia akan ditempatkan pada posisi margin atau residual. Dengan demikian, sistem ekonomi liberal jelas akan mengusir orang miskin, pembangunan rakyat akan menjadi tidak seimbang dengan pembangunan ekonomi. Orang-orang kelas bawah akan selalu menjadi budak di negara mereka sendiri.
Pengaruh Sistem Ekonomi Liberal pada Negara Indonesia
Propaganda yang dilakukan Thatcher dan Reagan telah mendapatkan momentum. Beberapa negara, seperti Jerman, Prancis, dan banyak pemimpin negara lain, telah menerapkan sistem ekonomi liberal, yang berperan penting dalam kebijakan ekonomi yang diajukan oleh International Monetary Fund (IMF) dan juga World Bank, serta adanya sebuah pengutamaan dalam berbagai aspek materialistik.
Indonesia sendiri, pelaksanaan berbagai program sistem ekonomi liberal secara masif mengikuti badai krisis mata uang 1997-1998. Beberapa kebijakan ekonomi yang ada di lingkungan pemerintah saat ini tampaknya masih cenderung mengikuti paham ekonomi liberal.
Hal ini terlihat karena adanya kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat, seperti yang diwajibkan PT Pertamina untuk dapat bersaing dengan perusahaan minyak asing dengan standar harga yang tinggi, memberikan ruang kosong bagi pihak asing. Untuk bisa mengisi posisi yang penting dalam hal sektor BUMN, serta juga ditariknya semua subsidi listrik untuk semua kalangan kelas bawah.