Seperti apa contoh neraca keuangan yang benar? Pada neraca keuangan Anda harus memasukkan informasi tentang obligasi, aset, serta modal perusahaan. Melalui laporan tersebut, Anda dapat mengetahui seperti apa kondisi aset, obligasi, maupun modal perusahaan.
Format Contoh Neraca Keuangan
Seperti apa format yang nanti harus Anda gunakan dalam membuat neraca keuangan? Dalam membuat format neraca keuangan, Anda perlu mencantumkan secara jelas tentang nama perusahaan. Kemudian Anda juga perlu menghadirkan beberapa bagian dalam laporan tersebut.
Format yang harus Anda tulis nanti harus berurutan sesuai dengan tingkat likuiditas dari elemen tersebut. selain itu, penulisannya juga harus berdasarkan pada berapa lama waktu untuk mengubah pos menjadi kas, maupun masa manfaat.
Jadi, komponen yang paling utama yang harus Anda laporkan adalah kas. Kemudian Anda ikuti dengan mencantumkan informasi seputar piutang serta persediaan barang. Tidak jauh berbeda dengan yang ada di elemen utang, Anda juga harus menyusunnya secara berurutan sesuai waktu di dalam membayar utang. Ini bisa Anda mulai melalui utang lancar serta utang jangka panjang.
Bentuk Laporan Neraca
Adapun mengenai bentuk neraca keuangan adalah seperti berikut:
Neraca yang Berbentuk Staffel
Anda menyajikan laporan tersebut dengan aktiva yang ada di bagian kiri. Kemudian di bagian kewajiban serta modal ada di sebalah kanan. Contoh sederhananya yaitu:
PT. Jaya Indah
Neraca
Untuk tahun berakhir 31 Desember 2021
Neraca dalam Bentuk Skontro
Bentuk neraca keuangan yang kedua adalah Skontro. Neraca yang satu ini akan menyajikan beragam elemen neraca secara melajur dari atas hingga ke bawah. Untuk contohnya sendiri yaitu:
PT. Jaya Makmur
Neraca
Untuk tahun berakhir 31 Desember 2021
Bagaimana Cara Memahami Tingkat Likuiditas?
Seperti yang telah kami jelaskan bahwa urutan di dalam menyajikan sebuah neraca keuangan harus Anda buat dengan berdasarkan tingkat likuiditas dari elemennya sendiri. Selain bermanfaat di dalam membuat laporan neraca, tingkat likuiditas diperlukan perusahaan ketika ingin mengelola kas maupun aset lancar.
Dengan begitu, perusahaan bisa mengetahui serta melunasi apa saja yang menjadi tanggungan atau tagihannya yang telah jatuh tempo. Sama halnya untuk pihak yang memberikan pinjaman, pemeringkat obligasi, dan juga pemasok. Mereka juga akan memperhatikan tingkat likuiditas ini.
Untuk bisa memahami tingkat likuiditas maka Anda perlu menghitung berapa modal kerja bersih. Bagi yang belum tahu, modal kerja bersih merupakan aset lancar yang nanti akan dikurangi kewajiban lancar.
Untuk menghitungnya, maka Anda harus menggunakan rumus:
Modal Kerja Bersih = Aset Lancar – Kewajiban Lancar
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa memperhatikan contoh berikut ini:
Diketahui sebuah contoh neraca keuangan sebuah perusahaan di akhir 2010 dan 2011. Perusahaan tersebut mempunyai aset sebesar 2 miliar pada tahun 2012. Untuk nilai kewajiban lancarnya sebesar Rp 310 juta.
Kemudian utang jangka panjangnya sebesar Rp 750 juta serta Ekuitasnya yaitu Rp 940 juta yang nanti akan mencerminkan Rp 50 juta saham beredar. Selain itu, Anda juga mengetahui bahwa untuk modal kerja bersihnya pada tahun 2011 sebesar Rp 690 juta.
Maka untuk menghitungnya yaitu Aset Lancar – Kewajiban Lancar, di mana 1 M – 310 juta = 690 juta.
Bagaimana Cara Membuat Neraca Keuangan?
Setelah memahami contoh neraca keuangan, Anda juga harus tahu bagaimana cara membuatnya. Sebenarnya ada tiga bagian utama di dalam menyusun laporan neraca. Kamu harus mengetahui formatnya, bentuk laporan, serta apa saja komponen yang harus ada di dalam neraca keuangan tersebut.
Ketika memahami tiga hal ini, maka Anda bisa menyusun laporan sesuai dengan katentuan atau Standar Akuntansi Keuangan. Untuk lebih mempermudah Anda, kami hanya akan memakai tiga komponen utama dari sebuah laporan neraca yaitu utang usaha, kas, serta modal disetor.
Pada tanggal 1 Maret 2020, Andika mulai menjalankan usaha rumah serta mendirikan perusahaan bernama PT Indah Jaya. Perusahaan tersebut berfokus pada bidang konsultan arsitektur. Selama Maret 2020, perusahaan Andika berhasil menjalankan banyak transaksi sebagai berikut:
1 Maret 2020: Andika menyetorkan uang bisnisnya Rp 50.000.000
10 Maret 2020: perusahaan membeli kebutuhan alat kantor seperti meja, komputer, kursi senilai Rp 10.000.000. pembayaran dilakukan secara kredit dengan DP Rp 5.000.000 dan sisanya mencicil
15 Maret 2020: perusahaan memperoleh order desain pembangunan vilal di daerah Bogor sebesar Rp 10.000.000 dan dibayar secara tunai
25 Maret 2020: perusahaan menggaji para karyawan CS freelance sebesar Rp 2.000.000
Melalui transaksi di atas, kita bisa mulai menyusun neraca keuangan. Ada beberapa langkah yang harus Anda perhatikan yaitu:
Lakukan analisis terkait transaksi serta pencatatannya pada jurnal khusus dan umum
Tanggal 1 Maret 2020:
(Debit) Kas senilai Rp 50.000.000
(Kredit) Modal disetor senilai Rp 50.000.000
10 Maret 2020:
(Debit) Peralatan senilai Rp 10.000.000
(Kredit) Kas senilai Rp 5.000.000
(Kredit) untuk Utang Usaha senilai Rp 5.000.000
15 Maret 2020:
(Debit) Kas sebesar Rp 10.000.000
(Kredit) Pendapatan Jasa senilai Rp 10.000.000
25 Maret 2020:
(Debit) Beban Gaji sebesar Rp 2.000.000
(Kredit) Kas senilai Rp 2.000.000
Memasukkan catatan ke buku besar
Pindahkan setiap akun pada buku besar ke neraca saldo
Sekarang kamu perlu membuat laporan neraca dengan berdasarkan buku besar. Caranya yaitu pindahkan akun besar saldo yang ada di buku besar tersebut.
Buat laporan neraca. Buatlah laporan neraca keuangan dengan berdasarkan format yang ada. Hasilnya yaitu:
Laporan dalam bentuk staffel
PT Indah Jaya
Neraca
Untuk tahun yang berakhir di 28 Maret 2020
Dalam bentuk skontro
PT Indah Jaya
Neraca
Untuk tahun yang berakhir di 28 Maret 2020
AKTIVA
Aset Lancar
Kas Rp 53.000.000
Aset Tetap:
Peralatan Rp. 10.000.000
Total Aset Rp 63.000.000
Utang dan Modal
Utang:
Utang Usaha Rp 5.000.000
Modal:
Modal disetor Rp 50.000.000
Laba ditahan Rp 8.000.000
Total Utang serta Modal Rp 63.000.000.