Cara Menentukan Reorder Point untuk Mengatasi Masalah Stock Gudang

cara_menentukan_reorder_point_untuk_mengatasi_masalah_stock_gudang

Dalam inventory management, utamanya material management, tentu saja perusahaan harus menjaga stock agar selalu bisa digunakan. Sangat diperlukan pengecekan dan pengawasan stock, ini agar saat barang diperlukan bisa didapatkan dari pihak gudang. Dan disisi lain, stock barang yang ada di gudang sebaiknya, jangan terlalu banyak. Karena ini bisa menyebabkan uang berhenti dan resiko barang rusak atau hilang sangat besar.Alangkah baiknya, agar barang terus mengalir dalam jumlah yang bisa dikendalikan, namun harus ada metode yang pas untuk mengendalikannya. Disinilah, reorder point dan safety stock berperan penting dalam sebuah perusahaan. Berikut ini akan kami sampaikan cara menentukan reorder point dan safety stock, silahkan simak artikel dibawah ini.Pengertian reoder pointSudah sesuai dengan namanya, reorder point yakni titik dimana barang sebaiknya diminta oleh pihak gudang. Reorder point ini mengacu pada jumlah stock yang ada di gudang, dan jika stock barang sudah mencapai jumlah tersebut. Pihak gudang harus segera meminta barang yang dibutuhkan tersebut, agar dibelikan oleh purchasing pada bagian procurement.Pengertian safety stockSafety stock ini hampir sama dengan reorder point, keduanya tidak beda jauh dengan arti yang melekat di namanya. Safety stock ini berarti jumlah aman stock barang, jumlah aman ini digunakan untuk berjaga-jaga. Jika lead time dari pembelian memerlukan waktu yang jauh lebih lama dari waktu biasanya, padahal barang sangat diperlukan saat itu juga. Dengan adanya safety stock ini, bisa menjadi pengaman, apabila vendor terlambat dalam pengiriman barangnya. Atau bisa juga stock barang yang ada di vendor mendadak tidak ada, dengan begitu perusahaan manufaktur memiliki waktu untuk mengkonsumsi barang tersebut. Penentuan reorder pointPertanyaannya bagaimanakah kita menentukan reorder point dari suatu barang? Sebenarnya ada banyak sekali cara yang bisa digunakan, dan sebuah perusahaan bisa memilih metode apa yang dirasa cocok digunakan. Namun pada kesempatan kali ini kami hanya akan memberikan 1 metode, dan metode ini saya rasa cocok digunakan oleh berbagai perusahaan. Lalu bagaimana untuk metode penentuan reorder point yang kami maksudkan? Untuk menentukan sebuah reorder point dari suatu barang, kita harus mengetahui safety stock terlebih dahulu. Jika angka safety stock sudah ditemukan, cara selanjutnya cukup menambahkan safety stock tersebut. Menggunakan cara perkalian, yaitu antara lead time dengan rata-rata pemakaian tiap hari barang itu. Jika angka sudah didapatkan atau ditemukan, maka pada titik itulah, alangkah baiknya pihak gudang segera mungkin meminta barang, agar dibelikan purchasing.Penentuan safety stockPenentuan safety stock yaitu, ini sebagai dasar untuk reorder point. Karena sungguh mustahil, jika Anda menentukan reorder point, tanpa menemukan safety stocknya. Pasti Anda bertanya-tanya, bagaimanakah cara menentukan safety stock itu?Pada dasarnya safety stock yaitu hanyalah untuk kepentingan keamanan atau berjaga-jaga. Maka untuk dasar perhitungannya tidak bisa jika hanya sekedar melihat lead time dan pemakaian rata-rata perhari, kalau bisa lebih detail lagi. Kami akan memilih untuk melihat history selisih antara usage date dengan kedatangan barang, setelah itu baru dikalikan dengan rata-rata pemakaian sehari. Mengapa hal ini dilakukan? Ini digunakan untuk menjaga angka dari safety stock tidak terlalu besar. Sehingga ini bisa membuat uang berhenti atau mati semakin banyak. Ingat dari penentuan reorder point dan safety stock adalah agar alur barang dapat berjalan se-efisien mungkin bukan?Dengan melihat history selisih usage date dengan kedatangan sebenarnya, akan membuat jumlahnya lebih ramping. Tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan secara cashflow. Ilustrasi penggunaan reorder point dan safety stockMungkin penjelasan diatas tidak terlalu jelas, karena itu kami akan berikan ilustrasi tentang penggunaan reorder point, safety stock terhadap suatu barang.Katakanlah item A, memiliki lead time 5 hari, untuk penggunaan rata-rata seharinya dalam 1 tahun yaitu 0,5. Ini berarti dia digunakan dalam 2 hari sekali, kalau untuk history selisih usage date dengan penerimaan barang secara real yaitu 2 hari, tetapi usage date nya sering kali dipatok dengan 3 hari kedepan. Dengan data yang seperti itu, maka safety stocknya adalah 1 (2×0,5), dan Reorder pointnya adalah 3,5 (5×0,5+1). Dengan angka tersebut, artinya saat stock dari item A itu mencapai angka 4 atau 3, pihak dari gudang sudah harus meminta barang tersebut untuk dibelikan oleh purchasing. Pada hari ketiga, kemungkinan stocknya hanya tinggal 2, hari kelima sudah tinggal 1, dan jika lead timenya sesuai. Maka pada hari kelima stock barang tersebut akan bertambah lagi (sesuai jumlah pesanan). Tetapi, jika vendor meleset dikit-dikit, seharusnya tetap bisa diatasi, karena ada safety stock itu.Tentu, di dalam kasus yang rata-rata pemakaian yang banyak, dan lead time yang bisa sampai sebulan, jumlah reorder point dan safety stock akan bertambah.Itulah sekilas, namun perhitungan ini memang terlihat mustahil, ini mengingat ada banyak sekali data historis yang bermain disini. Dan item di perusahaan manufaktur biasanya mencapai ribuan, tetapi jika perusahaan tersebut sudah terintegrasi dalam sistem ERP misalnya. Perhitungan itu sangat mungkin sekali dilakukan, bahkan hanya dengan mengklik 1 tombol saja.Demikianlah artikel tentang cara menentukan reorder point untuk mengatasi masalah stock gudang yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat. Terimakasih.


You Might Also Like