Daftar Isi
Dalam menjalankan sebuah bisnis, memahami struktur biaya merupakan salah satu langkah krusial yang sering terlewatkan oleh banyak pengusaha. Mungkin kamu berpikir bahwa fokus utama dalam bisnis adalah memperbanyak penjualan dan meningkatkan pendapatan. Hal tersebut memang benar, namun bukan berarti kamu bisa mengabaikan aspek pengelolaan biaya. Justru, dengan memahami dan mengendalikan biaya, kamu bisa meningkatkan margin keuntungan secara signifikan—bahkan tanpa harus menaikkan harga jual atau mencari pelanggan baru.
Dua komponen biaya penting yang perlu kamu kenali dengan baik adalah Fixed Cost (biaya tetap) dan Variable Cost (biaya variabel). Fixed cost tetap muncul terlepas dari seberapa besar volume produksi atau penjualan kamu, sementara variable cost akan naik-turun sejalan dengan tingkat aktivitas produksi atau penjualan. Memahami kedua jenis biaya ini akan membantu kamu untuk:
- Menentukan harga jual produk secara lebih tepat.
- Menghitung break-even point (titik impas) dengan lebih akurat.
- Merencanakan strategi penjualan dan produksi secara efisien.
- Mengendalikan struktur biaya sehingga laba yang dihasilkan bisa lebih optimal.
Artikel ini akan mengulas konsep dasar fixed cost dan variable cost, mengapa penting bagi kamu untuk memahaminya, serta memberikan panduan langkah demi langkah untuk menghitung keduanya. Tak hanya itu, kamu juga akan mendapatkan contoh perhitungan yang nyata agar bisa langsung kamu terapkan dalam bisnis kamu sendiri. Dengan bekal pengetahuan ini, diharapkan kamu bisa mengambil keputusan bisnis yang lebih cerdas dan terencana.
Apa Itu Fixed Cost dan Variable Cost?
Sebelum masuk ke perhitungan, mari kita bahas terlebih dahulu definisi dari fixed cost dan variable cost.
Fixed Cost (Biaya Tetap)
Fixed cost adalah biaya yang nominalnya tidak berubah seiring perubahan volume produksi atau tingkat penjualan. Artinya, apakah kamu memproduksi 1 unit, 100 unit, atau 10.000 unit barang, jumlah biaya ini akan tetap sama pada periode tertentu.Contoh fixed cost antara lain:
- Sewa gedung, toko, atau kantor.
- Biaya asuransi yang tidak tergantung pada jumlah produksi.
- Gaji karyawan tetap (misalnya manajer umum, staf administrasi, akuntan perusahaan) yang tidak dibayar berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan.
- Penyusutan (depresiasi) aset tetap seperti mesin, peralatan, dan kendaraan yang bersifat tetap selama periode tertentu.
Intinya, fixed cost tidak tergantung pada seberapa banyak kamu memproduksi atau menjual. Biaya tersebut akan terus ada selama bisnis kamu berjalan, atau selama kontrak atau perjanjian masih aktif.
Variable Cost (Biaya Variabel)
Variable cost adalah biaya yang berubah-ubah, tergantung pada tingkat produksi atau penjualan. Semakin tinggi volume produksi, semakin besar pula total variable cost yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, jika produksi menurun, total variable cost akan turun seiring dengan turunnya penggunaan bahan baku, tenaga kerja langsung (jika dibayar per unit), atau biaya lain yang berkaitan langsung dengan volume produksi.Contoh variable cost antara lain:
- Bahan baku utama dan penolong yang digunakan untuk memproduksi produk.
- Tenaga kerja langsung yang dibayar berdasarkan jumlah jam kerja per unit, atau per unit produk yang dihasilkan.
- Biaya pengemasan dan distribusi yang meningkat seiring meningkatnya volume penjualan.
Sederhananya, variable cost bergerak naik turun sejalan dengan aktivitas bisnis yang dipacu oleh tingkat produksi atau volume penjualan yang kamu capai.
Mengapa Penting Menghitung Fixed Cost dan Variable Cost dalam Bisnis?
Mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa sih penting sekali menghitung fixed cost dan variable cost? Apakah tidak cukup mengetahui jumlah total biaya secara keseluruhan? Jawabannya adalah: memahami komposisi biaya dapat memberikan banyak manfaat strategis bagi bisnismu. Beberapa di antaranya:
Menentukan Harga Jual yang Tepat
Dengan mengetahui berapa besar fixed cost dan variable cost, kamu bisa dengan mudah menghitung total biaya per unit produk. Dari situ, kamu dapat menetapkan harga jual yang menghasilkan margin kontribusi (contribution margin) yang memadai, sehingga bisnis kamu tidak rugi hanya karena salah strategi penetapan harga.Menentukan Break-Even Point (BEP)
Break-even point adalah titik di mana pendapatan total sama dengan total biaya (baik tetap maupun variabel). Untuk mencari BEP, kamu memerlukan data fixed cost dan variable cost per unit. BEP penting untuk diketahui agar kamu dapat menentukan minimal penjualan yang harus dicapai supaya bisnis tidak merugi.Menyusun Anggaran (Budgeting)
Dengan memahami komposisi biaya, kamu dapat membuat anggaran operasional yang lebih akurat. Kamu bisa memperkirakan pengeluaran setiap bulannya berdasarkan volume produksi atau penjualan yang direncanakan. Ini akan memudahkan kamu dalam mengontrol pengeluaran dan memastikan bahwa bisnis selalu berada dalam jalur yang benar.Meningkatkan Efisiensi Operasional
Jika kamu mengetahui komponen biaya yang bersifat variabel, kamu bisa mencari cara untuk mengefisienkan penggunaan bahan baku atau mengurangi pemborosan dalam proses produksi. Pada gilirannya, hal ini dapat menurunkan total variable cost per unit dan meningkatkan margin laba.Pengambilan Keputusan Strategis
Dalam keadaan tertentu, perusahaan mungkin dihadapkan pada keputusan strategis seperti memperluas kapasitas produksi, menghentikan produk yang tidak menguntungkan, atau beralih ke pemasok lain yang lebih murah. Dengan informasi biaya yang tepat, keputusan-keputusan tersebut dapat diambil secara lebih bijaksana.
Singkatnya, menguasai cara menghitung fixed cost dan variable cost akan memberikan kamu keunggulan kompetitif dalam mengelola bisnis secara keseluruhan.
Cara Menghitung Fixed Cost
Menghitung fixed cost sebenarnya cukup sederhana. Karena sifatnya yang tetap, kamu hanya perlu mengumpulkan semua biaya yang tidak berubah meskipun tingkat produksi atau penjualan berfluktuasi.
Langkah-Langkah Menghitung Fixed Cost:
Identifikasi Semua Biaya Tetap
Langkah pertama adalah mengumpulkan semua biaya yang masuk kategori fixed cost. Pastikan kamu telah memahami karakteristik biaya tetap: biaya ini tidak akan berubah meskipun kamu mengubah volume produksi.
Contoh biaya tetap:
- Sewa tempat (gedung, toko, kantor)
- Gaji karyawan tetap (misalnya manajer, staf administrasi)
- Biaya asuransi properti
- Biaya penyusutan mesin dan peralatan (umumnya linear dan tidak tergantung pada output)
- Pajak bumi dan bangunan
Jumlahkan Semua Biaya Tetap dalam Satu Periode
Setelah mengidentifikasi setiap pos biaya tetap, jumlahkan semuanya dalam satu periode (misalnya per bulan atau per tahun). Misalkan, total fixed cost per bulan kamu adalah:
- Sewa tempat: Rp5.000.000
- Gaji karyawan tetap: Rp10.000.000
- Asuransi: Rp2.000.000
- Penyusutan: Rp3.000.000 Maka total fixed cost per bulan = Rp5.000.000 + Rp10.000.000 + Rp2.000.000 + Rp3.000.000 = Rp20.000.000.
Fixed Cost per Unit (Opsional)
Jika kamu ingin mengetahui biaya tetap per unit, kamu perlu membagi total fixed cost dengan jumlah unit yang diproduksi atau diperkirakan akan dijual dalam periode tersebut. Misalnya, jika kamu memproduksi 10.000 unit per bulan, maka fixed cost per unit = Rp20.000.000 / 10.000 unit = Rp2.000 per unit.
Hal ini akan memudahkan kamu dalam menghitung total biaya per unit ketika nanti kamu menambahkan komponen variable cost.
Secara garis besar, menghitung fixed cost tidak terlalu rumit. Tantangan utamanya adalah mengklasifikasikan biaya dengan benar serta konsisten dalam jangka waktu tertentu.
Cara Menghitung Variable Cost
Berbeda dengan fixed cost, variable cost akan berubah tergantung pada volume produksi. Oleh karena itu, untuk menghitung variable cost, kamu perlu memahami hubungan antara setiap komponen biaya dengan unit output yang dihasilkan.
Langkah-Langkah Menghitung Variable Cost:
Identifikasi Komponen Biaya Variabel
Pertama, pisahkan biaya yang bersifat variabel dari biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang akan meningkat jika kamu meningkatkan produksi. Contohnya:- Bahan baku: jika kamu membuat roti, semakin banyak roti yang diproduksi, semakin banyak tepung, gula, dan bahan lain yang kamu butuhkan.
- Tenaga kerja langsung berbasis output: jika karyawan produksi dibayar per unit yang dihasilkan, maka biaya ini akan naik atau turun sejalan dengan jumlah unit diproduksi.
- Biaya energi yang fluktuatif tergantung pada intensitas penggunaan mesin produksi.
- Biaya pengemasan dan distribusi yang naik seiring jumlah produk yang dikirim.
Hitung Variable Cost per Unit
Untuk memudahkan penghitungan, tentukan variable cost per unit. Misalnya, jika kamu memproduksi kue dan setiap kue memerlukan bahan baku senilai Rp1.500, tenaga kerja langsung per kue Rp500, dan pengemasan Rp300, maka total variable cost per unit kue adalah:
Rp1.500 (bahan baku) + Rp500 (tenaga kerja) + Rp300 (pengemasan) = Rp2.300 per unit.Kalikan Variable Cost per Unit dengan Jumlah Unit yang Diproduksi
Jika dalam satu bulan kamu memproduksi 10.000 unit kue, maka total variable cost kamu adalah:
10.000 unit x Rp2.300 = Rp23.000.000.Perhatikan Perubahan Harga atau Efisiensi Produksi
Variable cost per unit dapat berubah seiring waktu. Misalnya, jika harga bahan baku naik atau kamu menemukan cara yang lebih efisien untuk memproduksi barang sehingga bahan baku yang terbuang berkurang, maka variable cost per unit akan berubah. Karena itu, penting untuk rutin mengevaluasi komponen variable cost.
Dengan menghitung variable cost per unit, kamu akan lebih mudah menghitung total variable cost sesuai dengan fluktuasi dalam produksi.
Contoh Perhitungan Fixed Cost dan Variable Cost untuk Bisnis
Untuk memperjelas konsep yang telah dibahas, mari kita coba sebuah contoh lengkap. Misalkan kamu memiliki bisnis produksi mug kustom. Berikut data yang tersedia:
- Biaya Tetap (per bulan):
- Sewa pabrik: Rp4.000.000
- Gaji staf administrasi dan manajer: Rp6.000.000
- Biaya asuransi: Rp1.000.000
- Penyusutan mesin: Rp2.000.000
- Total fixed cost per bulan = Rp4.000.000 + Rp6.000.000 + Rp1.000.000 + Rp2.000.000 = Rp13.000.000.
- Biaya Variabel per Unit Mug:
- Bahan baku (mug polos, cat, tinta sablon): Rp5.000 per mug
- Tenaga kerja langsung (dibayar per mug): Rp2.000 per mug
- Pengemasan (kotak, bubble wrap): Rp1.000 per mug
- Total variable cost per unit = Rp5.000 + Rp2.000 + Rp1.000 = Rp8.000 per mug.
Sekarang, misalkan kamu memproduksi 5.000 mug pada bulan tersebut:
- Total Variable Cost:
5.000 mug x Rp8.000 per mug = Rp40.000.000. - Total Cost (Total Biaya):
Total Cost = Fixed Cost + Variable Cost
Total Cost = Rp13.000.000 (fixed) + Rp40.000.000 (variable)
Total Cost = Rp53.000.000
Jika kamu ingin mengetahui berapa total biaya per unit mug, maka:
Total Cost per Unit = Total Cost / Jumlah Unit
= Rp53.000.000 / 5.000
= Rp10.600 per mug.
Dari sini, kamu bisa melihat bahwa setiap mug membutuhkan biaya sekitar Rp10.600 untuk diproduksi (termasuk biaya tetap dan variabel). Jika kamu ingin mendapatkan laba, maka kamu harus menjual di atas harga tersebut. Misalnya, kamu memutuskan menjual mug seharga Rp15.000. Maka margin per unit mug adalah:
Rp15.000 (harga jual) - Rp10.600 (total cost per unit) = Rp4.400 per mug.
Semakin banyak kamu menjual mug, total fixed cost akan terbagi ke lebih banyak unit, sehingga biaya tetap per unit turun dan margin laba per unit bisa meningkat.
Kesimpulan
Memahami dan mengelola fixed cost serta variable cost dengan baik merupakan langkah penting dalam manajemen keuangan dan akuntansi bisnis. Dengan mengetahui bagaimana biaya tetap dan variabel berkontribusi dalam struktur biaya total, kamu akan dapat:
- Menetapkan harga jual produk dengan lebih cerdas.
- Menghitung titik impas (break-even point) untuk mengetahui kapan bisnis mulai menghasilkan keuntungan.
- Menyusun rencana anggaran dan proyeksi keuangan yang lebih akurat.
- Meningkatkan efisiensi operasional dengan menekan biaya variabel per unit.
- Mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat berdasarkan data dan analisis biaya yang komprehensif.
Secara garis besar, langkah-langkah untuk menghitung fixed cost dan variable cost adalah:
- Klasifikasikan biaya menjadi fixed cost dan variable cost.
- Hitung total fixed cost dengan menjumlahkan seluruh komponen biaya yang bersifat tetap.
- Hitung variable cost per unit, kemudian kalikan dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual untuk mendapatkan total variable cost.
- Jika diperlukan, gabungkan kedua komponen tersebut untuk mendapatkan total cost per unit, lalu bandingkan dengan harga jual untuk mengetahui margin dan profitabilitas.
Ingatlah bahwa data biaya harus selalu di-update dan dievaluasi secara berkala. Harga bahan baku dapat naik, biaya sewa bisa berubah, atau mungkin kamu berhasil meningkatkan produktivitas yang berimbas pada penurunan variable cost per unit. Dengan pemantauan berkala, kamu akan selalu memiliki informasi terkini untuk mengarahkan bisnismu menuju pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Pada akhirnya, perhitungan fixed cost dan variable cost bukanlah sesuatu yang rumit selama kamu telaten dalam mengumpulkan data dan disiplin dalam melakukan perhitungan. Dengan pemahaman ini, kamu akan selangkah lebih maju dalam mengoptimalkan kinerja bisnis, menyeimbangkan struktur biaya, dan meraih kesuksesan jangka panjang.
Sumber: