Setiap industri memiliki karakteristik dan tantangan unik yang membentuk cara mereka mengelola aliran barang, informasi, dan keuangan. Dua sektor yang paling sering menjadi sorotan karena kompleksitas rantai pasoknya adalah manufaktur dan retail.
Perusahaan distributor yang mencatat dengan metode manual artinya mengelola bisnis secara reaktif. Perusahaan hanya akan mengetahui masalah setelah terjadi: kehabisan stok baru disadari saat ada pesanan masuk, keterlambatan pengiriman teridentifikasi setelah pelanggan mengeluh, dan kondisi arus kas yang sebenarnya baru terlihat di akhir bulan.
Proses yang efisien memastikan produk sampai ke tangan konsumen tepat waktu dengan kualitas terbaik. Namun, di balik kelancaran operasional, ada berbagai tantangan yang siap mengintai.
Supply Chain Management (SCM) adalah pengelolaan seluruh alur produksi barang atau jasa, mulai dari pengadaan bahan mentah, proses produksi, hingga pengiriman produk jadi ke konsumen akhir.
Untuk UMKM, adopsi software retail sudah jadi wajib. Mulai dari akurasi data stok, kecepatan transaksi, hingga analisis bisnis mendalam, manfaat yang ditawarkan secara langsung berkontribusi pada peningkatan profitabilitas dan keberlanjutan usaha.
Banyak pengusaha ritel masih berkutat dengan masalah-masalah klasik yang menghambat pertumbuhan bisnis mereka. Mulai dari stok yang sering tidak cocok, antrean panjang di kasir, hingga laporan penjualan yang memakan waktu untuk dibuat.