Langkah-Langkah Membuat Corrective Action Request yang Efektif

Sindhu Partomo
Corrective Action Request

Daftar Isi


Dalam dunia manajemen kualitas dan operasional, memastikan bahwa masalah yang muncul dapat diatasi dengan solusi yang berkelanjutan sangatlah penting. Corrective Action Request (CAR) adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memperbaiki ketidaksesuaian dalam suatu proses, produk, atau layanan.

Membuat Corrective Action Request (CAR) yang efektif tidak hanya sekadar menangani masalah yang terjadi, tetapi juga mencegah agar masalah serupa tidak terulang di masa depan. Artikel ini akan membahas langkah-langkah sistematis dalam membuat CAR yang efektif serta penerapannya dalam berbagai industri.

Mengapa Corrective Action Request (CAR) Penting untuk Manajemen Kualitas?

Corrective Action Request (CAR) berperan penting dalam sistem manajemen mutu (Quality Management System - QMS), seperti yang diatur dalam standar ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, dan IATF 16949 (untuk industri otomotif). Berikut beberapa alasan mengapa CAR sangat penting:

  1. Mengatasi Ketidaksesuaian yang Terjadi
    • CAR memungkinkan organisasi untuk memperbaiki masalah produk, layanan, atau proses secara sistematis.
  2. Meningkatkan Efisiensi Operasional
    • Dengan menangani akar penyebab masalah, perusahaan dapat menghindari pengulangan kesalahan yang menyebabkan pemborosan waktu dan biaya.
  3. Memastikan Kepatuhan terhadap Regulasi
    • Banyak standar industri dan regulasi pemerintah yang mengharuskan organisasi untuk menerapkan tindakan korektif guna menjaga kepatuhan hukum dan mutu.
  4. Meningkatkan Reputasi dan Kepuasan Pelanggan
    • Dengan menangani keluhan pelanggan secara proaktif, CAR dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan loyalitas merek.

Langkah 1: Identifikasi Masalah dan Penyebab Utama

Langkah pertama dalam membuat Corrective Action Request adalah mengidentifikasi masalah secara jelas dan mendefinisikan penyebab utamanya.

Cara Mengidentifikasi Masalah dengan Efektif:

  • Gunakan data objektif: Gunakan hasil inspeksi, laporan audit, atau keluhan pelanggan untuk memastikan masalah benar-benar terjadi.
  • Definisikan masalah secara spesifik: Contoh formulasi masalah yang baik:
    • “Produk mengalami tingkat kegagalan sebesar 5% dalam pengujian ketahanan akibat cacat pada bahan baku yang digunakan oleh pemasok X.”
  • Klasifikasikan dampak masalah: Apakah masalah ini berdampak pada biaya, kepatuhan regulasi, keamanan, atau kepuasan pelanggan?

Langkah 2: Analisis Akar Penyebab dengan Metode yang Tepat

Setelah masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mencari akar penyebabnya (Root Cause Analysis - RCA).

Metode yang Umum Digunakan dalam RCA:

  1. 5 Whys Analysis
    • Mengajukan pertanyaan “Mengapa?” sebanyak lima kali untuk menemukan akar penyebab.
    • Contoh:
      • Mengapa produk cacat? → Karena dimensi tidak sesuai.
      • Mengapa dimensi tidak sesuai? → Karena mesin tidak dikalibrasi dengan benar.
      • Mengapa mesin tidak dikalibrasi dengan benar? → Karena jadwal pemeliharaan tidak diikuti.
      • Mengapa jadwal pemeliharaan tidak diikuti? → Karena ada kekurangan tenaga kerja.
      • Mengapa ada kekurangan tenaga kerja? → Karena perusahaan tidak memiliki sistem rotasi teknisi yang baik.
  2. Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram)
    • Memetakan berbagai kemungkinan penyebab masalah dalam kategori seperti manusia, metode, material, mesin, lingkungan, dan pengukuran.
  3. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
    • Digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko potensial berdasarkan tingkat keparahan, kemungkinan terjadi, dan deteksi masalah.

Langkah 3: Menentukan Tindakan Korektif yang Sesuai

Setelah mengetahui akar penyebab, langkah berikutnya adalah menentukan tindakan korektif yang tepat.

Prinsip dalam Menentukan Corrective Action yang Efektif:

  • Harus langsung menangani akar penyebab
  • Dapat diimplementasikan dalam jangka panjang
  • Harus terdokumentasi dan terukur

Contoh Corrective Action berdasarkan akar penyebab:

Akar PenyebabTindakan KorektifMesin tidak dikalibrasiMenetapkan prosedur kalibrasi yang lebih ketat dan melatih teknisiPemasok mengirim bahan baku cacatMenegosiasikan ulang standar kualitas dengan pemasok dan meningkatkan inspeksi incoming materialOperator melakukan kesalahan dalam produksiMemberikan pelatihan ulang dan memperbaiki SOP produksi

Langkah 4: Implementasi Corrective Action di Lapangan

Setelah tindakan korektif ditentukan, langkah berikutnya adalah menerapkannya di lapangan.

Cara Implementasi yang Efektif:

  1. Tunjuk Tim yang Bertanggung Jawab
    • Pastikan setiap tindakan memiliki PIC (Person in Charge) yang bertanggung jawab.
  2. Tetapkan Batas Waktu dan Sumber Daya
    • Setiap Corrective Action harus memiliki jadwal implementasi dan sumber daya yang diperlukan.
  3. Dokumentasikan Setiap Langkah
    • Simpan semua catatan sebagai bagian dari audit dan perbaikan berkelanjutan.

Langkah 5: Monitoring dan Evaluasi Hasil Corrective Action

Setelah tindakan korektif diterapkan, perusahaan harus melakukan monitoring untuk memastikan efektivitasnya.

Metode Evaluasi:

  • Audit Internal → Periksa apakah tindakan yang diterapkan sesuai dengan rencana.
  • Analisis Data → Pantau perubahan dalam metrik kualitas, misalnya jumlah cacat berkurang dari 5% menjadi 1%.
  • Umpan Balik dari Pekerja & Pelanggan → Dapatkan masukan untuk memastikan solusi benar-benar bekerja di lapangan.
  • Dokumentasi untuk Audit ISO → Pastikan semua tindakan dicatat dengan baik untuk kepatuhan terhadap standar industri.

Contoh Corrective Action Request dalam Industri Manufaktur dan Bisnis Lainnya

1. Industri Manufaktur Otomotif

Masalah: Komponen mesin mengalami retak setelah penggunaan selama 500 jam.
Akar Penyebab: Paduan logam yang digunakan tidak sesuai standar.
Corrective Action: Pemasok diharuskan mengganti bahan baku dengan spesifikasi yang lebih tinggi dan menerapkan kontrol kualitas yang lebih ketat.

2. Industri Farmasi

Masalah: Obat tidak memenuhi standar pH yang ditetapkan.
Akar Penyebab: Kesalahan dalam proses pencampuran bahan baku.
Corrective Action: Standar prosedur diperbaiki dengan penggunaan sensor otomatis untuk memastikan pencampuran yang lebih akurat.

3. Industri Retail dan E-commerce

Masalah: Keluhan pelanggan meningkat karena pengiriman terlambat.
Akar Penyebab: Kurangnya koordinasi antara gudang dan tim logistik.
Corrective Action: Implementasi sistem ERP untuk meningkatkan koordinasi pengiriman.

Kesimpulan

Corrective Action Request (CAR) adalah elemen krusial dalam manajemen mutu dan operasional bisnis. Dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi masalah dan akar penyebab
  2. Gunakan metode analisis yang tepat
  3. Tentukan tindakan korektif yang sesuai
  4. Implementasikan di lapangan
  5. Lakukan monitoring dan evaluasi

Perusahaan dapat mengurangi risiko, meningkatkan efisiensi, dan menjaga kepuasan pelanggan. Dengan dokumentasi yang baik, CAR juga membantu dalam kepatuhan terhadap standar industri seperti ISO dan regulasi lainnya.

Ukirama ERP memudahkan ratusan perusahaan mengelola bisnis setiap hari

Jadwalkan Demo

Sindhu Partomo
Sindhu Partomo

Seorang penulis dengan fokus pada Branding dan Digital Marketing

You Might Also Like

Hubungi kami via whatsapp